Di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu bidang riset paling dinamis dan strategis dalam dunia sains dan teknologi.
Dari pemrosesan bahasa alami hingga sistem pengambilan keputusan otomatis, perkembangan AI telah menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia modern. Tak heran jika riset di bidang ini terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, baik dari segi volume maupun kedalaman ilmiah.
Salah satu indikator penting dalam mengukur dampak suatu riset adalah seberapa sering publikasi tersebut dikutip oleh peneliti lain. Kutipan menjadi semacam pengakuan ilmiah bahwa suatu penelitian memiliki kontribusi berarti dalam membentuk arah perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam konteks AI, publikasi yang paling banyak dikutip biasanya merupakan hasil kerja tim riset yang merancang model, algoritma, atau pendekatan baru yang kemudian menjadi dasar bagi banyak inovasi lanjutan.
Menariknya, publikasi-publikasi AI paling berpengaruh ini tidak hanya datang dari satu wilayah saja. Beberapa negara telah menunjukkan dominasinya sebagai pusat riset AI global, ditandai dengan konsistensi mereka dalam menghasilkan publikasi-publikasi yang masuk ke dalam daftar 100 karya paling banyak dikutip setiap tahunnya.
Hal ini mencerminkan keberadaan ekosistem riset yang kuat, baik dari sisi institusi akademik, dukungan pemerintah, hingga kolaborasi industri, yang memungkinkan lahirnya inovasi-inovasi AI berskala global.
Dominasi Amerika Serikat
Data dari The AI Index Report 2025 menunjukkan dominasi Amerika Serikat dalam lanskap penelitian kecerdasan buatan (AI) global. Dari 100 publikasi AI yang paling banyak dikutip di dunia pada tahun 2023, sebanyak 50 di antaranya berasal dari Amerika Serikat.
Ini berarti separuh dari publikasi dengan dampak tertinggi secara global dikembangkan di negeri Paman Sam, memperkuat posisinya sebagai pusat utama inovasi dan riset AI.
China menyusul di posisi kedua dengan 34 publikasi, menunjukkan bahwa negara tersebut juga merupakan kekuatan besar dalam pengembangan AI.
Kedua negara ini secara kolektif menyumbang 84% dari seluruh publikasi yang masuk daftar teratas, menandakan dominasi yang kuat dari dua raksasa teknologi dunia dalam bidang penelitian kecerdasan buatan.
Sementara itu, negara-negara lain memiliki kontribusi yang jauh lebih kecil namun tetap signifikan dalam konteks global. Hong Kong dan Jerman masing-masing mencatat 7 publikasi, diikuti oleh Korea Selatan dan Kanada dengan masing-masing 6 publikasi.
Britania Raya menyumbang 5 publikasi, sementara Singapura, Israel, dan Arab Saudi masing-masing memiliki 4 publikasi dalam daftar.
Sektor Akademik dan Industri Berperan Besar
Berdasarkan data dari The AI Index Report 2025 oleh Stanford University, sektor akademik mendominasi dengan menyumbang 42 publikasi dari total 100, jauh mengungguli sektor-sektor lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan dan riset masih menjadi pusat utama pengembangan pengetahuan dan teori dalam bidang kecerdasan buatan.
Namun, kehadiran sektor kolaboratif juga terlihat menonjol. Sektor industri dan akademik serta sektor campuran masing-masing menyumbang 25 dan 24 publikasi. Ini menandakan bahwa sinergi antara dunia industri dan akademik semakin penting dalam menghasilkan riset yang berkualitas tinggi dan berdampak luas.
Kolaborasi ini memungkinkan pemanfaatan sumber daya teknologi dan praktis dari industri, dikombinasikan dengan pendekatan teoritis dan eksploratif dari dunia akademik.
Menariknya, sektor industri murni justru hanya menyumbang 7 publikasi, sedangkan sektor lain yang tidak terklasifikasi dengan jelas menyumbang 2 publikasi.
Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun perusahaan-perusahaan teknologi besar sangat aktif dalam pengembangan AI, kontribusi mereka dalam bentuk publikasi yang banyak dikutip masih relatif terbatas jika tidak dilakukan bersama institusi riset atau akademik.
Dengan kata lain, kekuatan AI tidak hanya terletak pada kepemilikan teknologi, melainkan juga pada sejauh mana hasil riset tersebut dibagikan dan memberikan pengaruh dalam komunitas ilmiah global.
Baca Juga: Peta Persaingan AI Global, Negara Mana yang Paling Siap Pimpin Masa Depan?
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor