Belakangan ini, ramai kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa wilayah, meliputi Sumatra Selatan, Lampung, Tasikmalaya, Riau, dan banyak wilayah lainnya. Totalnya menyentuh 4.711 kasus di seluruh Indonesia.
“Jadi total catatan kami itu ada sekitar 4.711 porsi makan yang menimbulkan gangguan kesehatan,” tutur Dadan Hindayana, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), mengutip Kompas.com (22/9/2025).
Kejadian ini tentu menuai protes di kalangan orang tua murid. Banyak dari mereka membagikan pandangan dan saran agar program MBG kedepannya dapat berjalan dengan lebih baik. Lalu apa saja harapan publik terhadap program MBG?
Menurut Populix, sebanyak 56% responden mengharapkan adanya peningkatan kualitas kontrol pada makanan yang dibagikan kepada siswa/i. Mayoritas publik masih menyetujui keberlanjutan program dengan catatan pemerintah harus berbenah dan memperbaiki sistem kualitas kontrol. Hal ini mencakup keseluruhan proses, mulai dari pemilihan bahan baku, penyimpanan, pengolahan, sampai dengan penyajian makanan harus ditinjau ulang agar kandungan gizi di dalamnya terus terjaga dan kejadian serupa tak lagi terulang.
Selanjutnya, 15% responden ingin agar orang tua dan masyarakat dapat terlibat dalam proses persiapan makanan bergizi. Sebagai masyarakat lokal daerah yang memang benar-benar mengetahui potensi dan keamanan bahan baku, publik berharap agar pelibatan ini dapat meminimalisir risiko yang tidak diinginkan.
Kemudian dengan proporsi yang tak jauh berbeda, 14% responden justru ingin agar program MBG dihentikan untuk sementara. Berbeda dengan golongan pertama, 14% publik berpandangan bahwa langkah terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghentikan sementara program demi kesehatan generasi penerus. Penghentian ini diharapkan menjadi momen evaluasi besar-besaran bagi pemerintah agar saat tiba waktunya nanti, program telah benar-benar siap.
Lebih lanjut, 9% publik ingin agar sistem distribusi lebih diperkuat dan menurut 6% lainnya salah satu cara yang efektif adalah dengan menerapkan sanksi lebih berat bagi distributor dan produsen makanan. Dengan begitu, pihak terkait akan jauh lebih berhati-hati dalam membuat dan menyimpan bahan baku.
Survei ini dilakukan oleh Populix terhadap 3.393 responden selama 2 hingga 5 Oktober 2025 menggunakan metode polling daring.
Apa Langkah Pemerintah?
Menanggapi kasus ini, Nanik S. Deyang selaku Wakil Kepala BGN mengatakan telah membentuk dua tim investigasi yang terdiri dari berbagai pihak.
“Di tim investigasi ini kita bentuk dua. Dari dalam ada Deputi Tauwas, itu pemantauan dan pengawasan, nanti akan bekerja sama, di situ ada Kepolisian, BIN, Dinkes, BPOM, dan juga pemda setempat, untuk mengadakan investigasi,” tutur Nanik mengutip laman Portal Informasi Indonesia (2/10/2025).
Upaya ini menunjukkan tanggung jawab pemerintah dalam mengatasi kasus yang terjadi. Sampai saat ini, pemerintah masih terus bekerja memulihkan kualitas program agar dapat kembali efektif dan mampu menciptakan pemerataan gizi nasional.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Dapur MBG Terbanyak Mei 2025
Sumber:
https://www.instagram.com/p/DPlXXujkjCf/?igsh=MWNrNmRpaTc2a20zZw%3D%3D&img_index=4
https://nasional.kompas.com/read/2025/09/24/13213571/di-mana-saja-4711-kasus-keracunan-mbg-terjadi-ini-daftar-lengkapnya
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/10146/langkah-tegas-menyelamatkan-kualitas-gizi-anak-bangsa?lang=1
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor
