PPN 12% Potensi Kosongkan Dompet Gen Z

Rencana untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai berlaku pada 1 Januari 2025, memunculkan berbagai kekhawatiran akan dampaknya.

PPN 12% Potensi Kosongkan Dompet Gen Z Ilustrasi Gen Z Berbelanja | Unsplash

Rencana pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% yang akan mulai berlaku pada 1 Januari 2025 memunculkan berbagai kekhawatiran terkait dampaknya terhadap kondisi ekonomi masyarakat. Kenaikan PPN ini diperkirakan akan memberikan beban tambahan pada pengeluaran rumah tangga di hampir semua lapisan masyarakat, mulai dari yang miskin hingga menengah, serta kelompok-kelompok konsumen spesifik seperti gen Z.

Kelompok yang kini menjadi konsumen dominan dengan karakteristik belanja yang terfokus pada hiburan, teknologi, dan gaya hidup ini diperkirakan akan menghadapi peningkatan biaya hidup yang signifikan. Publikasi terbaru dari Celios menunjukkan bahwa kenaikan PPN dapat meningkatkan pengeluaran tahunan mereka, yang berpotensi memperburuk ketimpangan sosial dan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Seiring dengan semakin populernya barang dan jasa yang dikenakan pajak, penting untuk memahami bagaimana perubahan ini akan memengaruhi pola pengeluaran, terutama bagi kelompok yang memiliki daya beli terbatas.

Baca Juga: Memahami Daya Tarik Gaya Hidup Minimalis di Mata Generasi Muda 2024

Tambahan Pengeluaran Kelompok Masyarakat Akibat Kenaikan PPN 12%

Tambahan Pengeluaran Kelompok Masyarakat Akibat Kenaikan PPN 12
Tambahan Pengeluaran Kelompok Masyarakat Akibat Kenaikan PPN 12% | GoodStats

Rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% menjadi topik yang mencuri perhatian banyak pihak. Dalam kajian terbaru oleh Center of Economics and Law Studies (Celios), diungkapkan bahwa perubahan tarif PPN ini dapat menambah pengeluaran rumah tangga hingga Rp357.000 per bulan atau Rp4,2 juta per tahun, yang tentunya memberatkan banyak keluarga, baik di kalangan masyarakat miskin, rentan, maupun menengah.

Dampak Kenaikan PPN terhadap Pengeluaran Masyarakat

Kenaikan tarif PPN tentu akan meningkatkan harga barang dan jasa yang selama ini dikenakan pajak konsumsi. Celios dalam kajian mereka melakukan simulasi dengan merujuk pada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), memperhitungkan efek inflasi yang dipicu oleh kenaikan tarif PPN tersebut, yang diperkirakan mencapai 4,1%. Pengaruh dari kenaikan ini sangat dirasakan oleh hampir semua lapisan masyarakat, terutama yang berada di bawah garis kemiskinan.

1. Pengaruh pada Kelompok Miskin

Kelompok masyarakat miskin yang sebelumnya sudah berjuang dengan penghasilan terbatas, diperkirakan akan mengalami kenaikan pengeluaran sebesar Rp101.880 per bulan atau Rp1,2 juta per tahun.

Kondisi ini akan semakin membebani mereka, mengingat sebagian besar dari mereka bergantung pada barang pokok yang harga-harganya sudah mulai melambung tinggi. Hal ini membuat keluarga miskin semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti pangan dan sandang, yang sudah menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.

Direktur Kebijakan Publik Celios, Media Wahyudi Askar, menjelaskan bahwa bagi keluarga miskin, tambahan pengeluaran akibat kenaikan PPN ini bisa menjadi beban berat, mengingat terbatasnya pendapatan yang mereka peroleh. Bahkan, mereka sudah mulai merasakan kenaikan harga barang pokok, yang membuat daya beli mereka semakin menurun.

2. Pengaruh pada Kelompok Rentan

Kelompok masyarakat rentan, yaitu mereka yang memiliki pendapatan sedikit lebih tinggi dari kelompok miskin tetapi belum cukup sejahtera, juga tidak luput dari dampak kenaikan PPN ini. Mereka diperkirakan akan mengalami peningkatan pengeluaran sebesar Rp153.871 per bulan atau Rp1,8 juta per tahun. Tanpa adanya jaring pengaman sosial yang memadai, kelompok rentan ini bisa jatuh kembali ke dalam kemiskinan.

Kelompok ini, yang sering kali harus mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan yang lebih penting namun kurang mendesak, akan lebih memilih menghemat untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti makanan dan minuman. Akibatnya, pengeluaran mereka untuk pendidikan, asuransi kesehatan, atau barang-barang penting lainnya bisa berkurang drastis.

3. Pengaruh pada Kelas Menengah

Kelompok menengah akan merasakan dampak kenaikan PPN yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok miskin dan rentan. Berdasarkan simulasi yang dilakukan Celios, pengeluaran rumah tangga di kelas menengah diperkirakan akan meningkat hingga Rp354.293 per bulan atau Rp4,2 juta per tahun. Hal ini akan semakin memperburuk daya beli mereka, yang dalam kondisi tertentu sudah mulai stagnan atau menurun.

Dampak kenaikan PPN ini menjadi beban tambahan bagi kelompok menengah yang selama ini bergantung pada konsumsi barang-barang yang dikenakan pajak, seperti pakaian, alat elektronik, dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya. Selain itu, meningkatnya pengeluaran ini juga mengganggu keseimbangan anggaran rumah tangga mereka, yang mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Simulasi Pengeluaran Barang dan Jasa Populer di Kalangan Gen Z

Total Pengeluaran Barang dan Jasa yang Populer di Kalangan Gen Z
Total Pengeluaran Barang dan Jasa yang Populer di Kalangan Gen Z | GoodStats

Berdasarkan data yang tersedia, pengeluaran total gen Z untuk barang dan jasa yang populer per bulan tercatat sebesar Rp66.421.995. Jika dihitung secara tahunan, total pengeluaran ini mencapai Rp174.826.476. Pengeluaran ini mencakup berbagai jenis barang dan jasa yang banyak diminati oleh gen Z, seperti produk teknologi, fashion, makanan dan minuman, serta hiburan, terutama yang berkaitan dengan musik, konser, dan merchandise terkait artis.

Dampak Kenaikan PPN terhadap Pengeluaran Gen Z

Salah satu faktor yang memengaruhi total pengeluaran ini adalah tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan pada berbagai barang dan jasa. Kenaikan PPN menjadi 12% tentu akan memberikan dampak langsung terhadap jumlah yang harus dibayar oleh konsumen, termasuk gen Z.

1. Biaya Pajak PPN dengan Tarif 11%

Dengan tarif PPN 11%, gen Z diperkirakan membayar pajak sebesar Rp19.230.912 per tahun. Biaya ini mencakup berbagai barang dan jasa yang dibeli, seperti produk-produk konsumsi, tiket konser, dan berbagai hiburan lain yang terkena pajak. Jumlah pajak yang dibayar ini merupakan bagian dari total pengeluaran mereka, yang bisa menjadi beban tambahan seiring dengan meningkatnya harga barang dan jasa akibat kenaikan tarif PPN.

2. Biaya Pajak PPN dengan Tarif 12%

Jika tarif PPN dinaikkan menjadi 12%, pengeluaran pajak tahunan gen Z akan meningkat menjadi Rp21.979.177. Artinya, dengan kenaikan tarif PPN sebesar 1%, gen Z harus mengeluarkan tambahan Rp1.748.265 per tahun. Kenaikan ini akan terasa signifikan, terutama bagi Gen Z yang memiliki pola belanja konsumtif, khususnya untuk barang-barang dan jasa yang sering mengalami kenaikan harga.

3. Selisih Pajak

Kenaikan tarif PPN dari 11% menjadi 12% berarti ada tambahan pajak sebesar Rp1.748.265 per tahun yang harus ditanggung oleh konsumen, dalam hal ini gen Z. Walaupun jumlahnya terlihat tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan total pengeluaran mereka, namun bagi kelompok konsumen muda yang baru memulai karier atau memiliki pendapatan terbatas, tambahan biaya ini dapat memengaruhi daya beli mereka.

Jenis Barang dan Jasa yang Menjadi Pengeluaran Utama Gen Z

Pengeluaran gen Z didominasi oleh barang dan jasa yang terkait dengan gaya hidup, hiburan, dan teknologi. Beberapa barang dan jasa yang populer di kalangan gen Z antara lain:

  • Produk Teknologi: Gen Z sangat tergantung pada perangkat teknologi, seperti ponsel, laptop, dan gadget lainnya. Mereka cenderung memilih produk dengan harga yang cukup mahal, seperti smartphone terbaru, yang sudah pasti dikenakan pajak PPN.
  • Fashion dan Aksesoris: Kebutuhan fashion juga menjadi salah satu prioritas utama bagi gen Z. Mereka sering membeli pakaian, sepatu, dan aksesoris dari berbagai merek, baik lokal maupun internasional.
  • Hiburan: Salah satu pengeluaran terbesar gen Z adalah untuk hiburan, terutama dalam bentuk tiket konser musik, yang menjadi fenomena besar di kalangan mereka, terutama konser K-pop dan artis internasional. Selain itu, mereka juga banyak mengeluarkan uang untuk membeli merchandise terkait artis atau band favorit.
  • Makanan dan Minuman: Gen Z sering kali membelanjakan sebagian besar penghasilannya untuk makanan dan minuman, baik itu makan di restoran, delivery makanan, atau mengunjungi kafe-kafe trendy.

Baca Juga: Bagaimana Endorsement Selebriti dan KOL Berperan dalam Keputusan Belanja Anak Muda?

Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor

Konten Terkait

Pizza Hut dan KFC Gulung Tikar, Imbas dari Boikot?

Pizza Hut mengikuti jejak KFC dalam menutup beberapa gerai dan memberhentikan karyawan, salah satunya akibat gerakan boikot produk terafiliasi Israel.

Realisasi Anggaran Kesehatan Indonesia per Oktober 2024

Anggaran kesehatan Indonesia di 2024 mencapai Rp187,5 triliun dan sudah terealisasi sebesar 78,4% per Oktober 2024, mayoritas untuk PBI JKN.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook