Di tengah pesatnya perkembangan media sosial dan teknologi yang kerap membagikan tren gaya hidup konsumerisme, anak muda semakin rentan terhadap perilaku impulsif dan FOMO (Fear of Missing Out). Meski begitu, gaya hidup minimalis belakangan ini semakin populer di kalangan anak muda yang mulai menyadari pentingnya kesederhanaan dan keseimbangan.
Gaya hidup minimalis merupakan gaya hidup yang menekankan individu untuk hidup dengan meminimalisir barang-barang yang dipakai serta berfokus dengan kualitas bukan kuantitas. Dikenal sejak kurang lebih 8 tahun yang lalu, saat ini para generasi muda mulai menerapkan banyak aksi yang mendukung gaya hidup minimalis dalam kehidupan mereka.
Untuk memahami preferensi gaya hidup minimalis di kalangan generasi muda Indonesia, pada tugas akhir Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) GNFI Batch 7 dengan topik Applied Data Analyst & Visualization for Digital Journalism, telah dilakukan survei bertema Preferensi Gaya Hidup Minimalis oleh Generasi Muda 2024. Survei ini berlangsung secara online mulai tanggal 26 Oktober hingga 11 November 2024 menggunakan platform Google Form. Responden yang terlibat dalam survei ini berjumlah 216 orang dari berbagai daerah di Indonesia, dengan rentang usia 16 hingga 30 tahun.
Alasan Utama Generasi Muda Tertarik Menerapkan Gaya Hidup Minimalis
Hasil survei menunjukkan bahwa 56,9% responden tertarik menerapkan gaya hidup minimalis, dengan motivasi utama untuk menghemat uang. Generasi muda menyadari bahwa dengan hidup sederhana, mereka dapat lebih berhemat dan menabung untuk kebutuhan yang lebih penting.
Selain faktor finansial, 24,5% responden menerapkan gaya hidup ini untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna. Dengan fokus pada hal-hal yang bernilai positif, mereka belajar bahwa kebahagiaan tidak hanya berasal dari materi, tetapi juga dari menghargai hal-hal kecil dalam hidup.
Di sisi lain, aspek kesehatan mental juga menjadi pertimbangan utama. Tercatat sebanyak 11,1% responden menjadikan gaya hidup minimalis sebagai cara untuk mengurangi stres dan kecemasan. Generasi muda melihat gaya hidup minimalis sebagai solusi untuk menjaga keseimbangan mental di tengah tekanan hidup modern.
Berdasarkan data survei yang telah disajikan, menunjukkan bahwa gaya hidup minimalis semakin berkembang di kalangan generasi muda Indonesia. Bukan lagi menjadi sekadar tren, akan tetapi menjadi strategi yang digunakan untuk menghadapi tantangan dalam dunia modern yang serba cepat dan kompleks.
Hal Yang Diterapkan Generasi Muda Dalam Gaya Hidup Minimalis
Di balik motivasi generasi muda untuk menjalani gaya hidup minimalis, ada penerapan nyata yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Generasi muda dilihat berusaha menyelaraskan pilihan gaya hidup dengan prinsip minimalisme yang mereka pilih, sehingga menciptakan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan.
Pengelolaan keuangan yang bijak menduduki peringkat teratas, dengan 74,4% responden menyatakan telah menerapkan prinsip ini. Hal ini mencerminkan komitmen generasi muda untuk menabung dan memprioritaskan finansial, yang menggambarkan keselarasan antara niat dan tindakan mereka dalam menjalani prinsip hidup minimalis.
Adapun 66% responden memilih untuk fokus pada kualitas daripada kuantitas dalam konsumsi. Generasi muda lebih memilih untuk membeli produk yang tidak banyak namun memiliki kualitas tinggi. Hal ini menunjukkan adanya pertimbangan yang bijak dalam berbelanja, di mana nilai dan kegunaan jangka panjang lebih diutamakan daripada pembelian yang bersifat impulsif.
Disamping itu, hampir sebagian besar responden (47,3%) secara aktif mengurangi jumlah barang di rumah. Hal ini menunjukkan adanya komitmen untuk benar-benar menerapkan prinsip-prinsip minimalis, yang berfokus pada barang-barang yang penting dan bermanfaat.
Kendala Yang Dihadapi Dalam Menerapkan Gaya Hidup Minimalis
Tidak bisa dipungkiri, meskipun banyak anak muda yang memilih untuk menerapkan gaya hidup minimalis, proses perjalanan menuju kehidupan yang lebih sederhana ini melewati banyak tantangan. Tekanan sosial untuk konsumsi berlebihan menjadi kendala utama, dengan 33,3% responden mengakui bahwa mereka kesulitan menghadapi tekanan ini. Di era digital yang dibanjiri iklan dan konten di sosial media, generasi muda sering kali tergoda untuk membeli barang yang tidak diperlukan.
Tantangan besar berikutnya adalah mengubah kebiasaan lama. Sebanyak 32,9% responden merasa sulit melepaskan gaya hidup yang sudah terbentuk bertahun-tahun. Ini menunjukkan bahwa transisi menuju gaya hidup minimalis membutuhkan proses adaptasi yang lebih panjang dan konsistensi yang kuat.
Selain itu, sebanyak 29,2% responden menghadapi kesulitan dalam mengurangi jumlah barang pribadi. Tantangan ini sering kali berkaitan dengan nilai sentimental atau kenangan dari barang-barang tersebut, yang membuat proses penerapan gaya hidup minimalis menjadi lebih rumit secara emosional.
Meskipun gaya hidup minimalis mempunyai banyak manfaat, data ini menunjukkan bahwa implementasinya tidak selalu mudah. Perjuangan melawan tekanan sosial dan kebiasaan lama menjadi hambatan nyata yang perlu diatasi. Memahami tantangan-tantangan ini dapat membantu mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mendukung transisi menuju gaya hidup yang lebih sederhana.
Dampak Positif dari Gaya Hidup Minimalis
Meskipun perjalanan menuju gaya hidup minimalis tidak selalu mudah, hasil survei menunjukkan bahwa banyak anak muda yang berhasil merasakan manfaat luar biasa dari pilihan hidup ini. Hal ini membuktikan bahwa, meskipun ada tantangan di awal, usaha yang diinvestasikan untuk mengatasi hambatan tersebut terbayar dengan hasil yang nyata.
Dampak yang paling signifikan dari gaya hidup minimalis adalah efisiensi waktu dan finansial. Hal ini membuktikan bahwa gaya hidup minimalis bukan hanya tren, tetapi solusi praktis untuk mengelola sumber daya dengan lebih bijaksana.
Di sisi lain, 26,9% responden merasakan adanya peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan. Dengan berfokus pada hal-hal yang benar-benar penting, mereka menemukan bahwa kebahagiaan tidak selalu terkait dengan banyaknya barang yang dimiliki.
Gaya hidup minimalis juga berdampak pada kesehatan mental, dengan 18,1% responden melaporkan penurunan stres dan kecemasan. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan. prinsip minimalisme ternyata memberikan ruang untuk lebih tenang dan fokus.
Dari hasil survei ini, dapat dilihat bahwa penerapan gaya hidup minimalis mampu memberikan dampak positif, baik secara finansial, emosional, maupun lingkungan. Mengurangi konsumsi berlebihan dan fokus pada hal-hal yang benar-benar mempunyai fungsi bukan hanya membuat hidup lebih sederhana, tetapi juga lebih memuaskan.
Memulai gaya hidup minimalis mungkin terasa sulit. Namun, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Kamu bisa mulai sekarang—dan rasakan sendiri bagaimana hidup menjadi lebih sederhana, lebih bermakna, dan tentu saja lebih bahagia.
Baca Juga: Apakah Gen Z Masih Tertarik Untuk Memiliki Rumah?
Penulis: angelica sanjaya
Editor: Editor