Posisi Perempuan dalam Skema Pertanian Indonesia

Perempuan menjadi salah satu unsur penting penggerak roda pertanian di Indonesia.

Posisi Perempuan dalam Skema Pertanian Indonesia Potret petani perempuan di Indonesia | Radicul Pict/Unsplsh
Ukuran Fon:

Perempuan telah lama mengambil peran dalam berbagai sendi kehidupan, termasuk pertanian. Di Indonesia sendiri, perempuan tidak hanya terlibat dalam kegiatan domestik atau sosial, tetapi juga turut aktif sebagai pelaku utama dalam sektor pertanian, atau yang biasa disebut sebagai petani. 

Keterlibatan ini bukan hal baru, melainkan bagian dari tradisi dan realitas sosial-ekonomi yang telah berlangsung lama di berbagai daerah. Berdasarkan data yang tersedia, terdapat sekitar 14,8 juta perempuan di Indonesia yang menjadi petani per Februari 2025, dalam pengertian pertanian sempit.

Jumlah ini tentu mencerminkan kontribusi besar perempuan dalam mendukung ketahanan pangan dan ekonomi rumah tangga, khususnya di wilayah pedesaan.

Lalu apa bedanya pertanian dalam artian sempit dengan pertanian dalam artian luas? Penting untuk memahami bahwa istilah ini digunakan untuk membedakan cakupan aktivitas pertanian yang dimaksud. Pertanian dalam arti sempit mencakup kegiatan yang berfokus pada budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Kegiatan ini merupakan bentuk paling umum dari pertanian yang sering dijumpai sehari-hari, seperti menanam padi, beternak sapi, atau mengelola kebun sayur. Sementara itu, pertanian dalam arti luas mencakup seluruh kegiatan dalam pertanian sempit ditambah sektor lainnya seperti perikanan, kehutanan, dan perburuan. Dengan kata lain, pertanian dalam arti luas mencakup seluruh aktivitas pengelolaan sumber daya alam yang berkaitan dengan produksi pangan, bahan mentah, dan sumber daya hayati lainnya.

Terdapat 3 juta lebih petani perempuan di Jawa Timur | Goodstats

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, terdapat sepuluh provinsi dengan jumlah petani perempuan terbanyak di Indonesia, yang menunjukkan besarnya peran perempuan dalam sektor pertanian di berbagai daerah. Jawa Timur menempati posisi pertama dengan sekitar 3 juta petani perempuan, disusul oleh Jawa Tengah dengan 2,1 juta, serta Jawa Barat dengan lebih dari 1,4 juta orang.

Dari luar Pulau Jawa, Sumatra Utara mencatat sekitar 745 ribu petani perempuan, diikuti oleh Lampung dengan 718 ribu, Sumatra Selatan sebanyak 702 ribu, dan Nusa Tenggara Timur dengan 701 ribu. Sementara itu, Kalimantan Barat memiliki sekitar 445 ribu petani perempuan, Sulawesi Selatan sebanyak 437 ribu, dan Papua Pegunungan sebanyak 428 ribu.

Angka-angka ini tidak hanya menggambarkan sebaran geografis keterlibatan perempuan dalam pertanian, tetapi juga menunjukkan bahwa kontribusi perempuan tidak terbatas pada satu wilayah tertentu. Keberadaan mereka nyata dirasakan di berbagai penjuru Indonesia, baik di pulau-pulau besar maupun kawasan yang lebih terpencil. Fakta ini menambah urgensi untuk memberikan perhatian khusus pada pemberdayaan petani perempuan dan akses mereka terhadap sarana produksi.

Data ini sekali lagi menegaskan bahwa perempuan memainkan peran penting dalam ketahanan pangan nasional. Keterlibatan mereka di sektor pertanian menjadi tulang punggung banyak daerah, terutama dalam menjaga produktivitas dan keberlanjutan sistem pertanian di Indonesia. Perempuan bukan hanya pelengkap, tetapi aktor utama yang menjaga agar rantai produksi pangan terus berjalan dari hulu ke hilir.

Oleh karena itu, kebijakan pembangunan pertanian yang inklusif dan responsif gender menjadi kunci untuk memperkuat ketahanan pangan yang adil dan berkelanjutan. Memastikan akses terhadap teknologi, pelatihan, dan perlindungan sosial bagi petani perempuan adalah langkah penting dalam mewujudkan keadilan ekonomi di sektor pertanian. Mereka bukan hanya pekerja, tetapi juga pengambil keputusan yang layak mendapat ruang dan pengakuan.

Baca Juga: Ketimpangan Gender Indonesia Makin Tipis, Kesetaraan di Depan Mata

Sumber:

https://satudata.pertanian.go.id/assets/docs/publikasi/Statistik_Tenaga_Kerja_Semester_I_2025.pdf

Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor

Konten Terkait

Berapa Proporsi Pengeluaran untuk Biaya Pendidikan di Indonesia?

Rata-rata pengeluaran biaya pendidikan di kelompok rentan miskin adalah 3,62% per tahun, terendah dari kelompok ekonomi lain.

Tren Optimisme Masyarakat Indonesia Turun di Tahun 2025

Indeks Optimisme 2025 turun tajam ke skor 5,51 dari 7,77 pada 2023. Gelombang PHK, kondisi ekonomi, serta gejolak politik disebut jadi penyebab utama.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook