Transaksi melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) semakin diminati. Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mencatat jumlah transaksi QRIS pada Kuartal I 2025 mencapai Rp104 triliun, naik 72,5% dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar Rp82 triliun. Volume transaksinya pun mencapai 1,02 miliar pada tiga bulan pertama 2025, menunjukkan masifnya ketergantungan masyarakat terhadap metode pembayaran satu ini.
Kenaikan ini salah satunya turut didorong oleh banyaknya merchant yang kini menggunakan QRIS. Pada Kuartal I 2025, rata-rata volume transaksi QRIS mencapai 26,8 juta transaksi per merchant per bulan dengan rata-rata transaksi mencapai Rp2,73 juta per bulan. Jumlah merchant pengguna QRIS pun bertambah, mencapai 38 juta pada Kuartal I 2025, naik 6 juta atau 19% secara tahunan.
Banyaknya merchant yang kini memanfaatkan QRIS tidak lepas dari banyaknya konsumen yang menggunakan QRIS. Per Kuartal I 2025, sudah ada 56 juta konsumen pengguna aktif QRIS, naik 17% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Jika ditinjau berdasarkan provinsinya, provinsi di Jawa mendominasi jumlah merchant terbanyak di Indonesia.
Dari 38 merchant yang menggunakan QRIS secara nasional, 8,24 juta di antaranya berada di Jawa Barat, atau setara 21%, menjadikannya provinsi dengan merchant QRIS terbanyak per Kuartal I 2025. Masih dari Jawa, Jakarta duduk di peringkat kedua dengan 6,04 juta merchant, disusul oleh Jawa Timur dengan 4,51 juta, Jawa Tengah dengan 3,87 juta, dan Banten dengan 2,24 juta.
Di luar Jawa, Sumatra Utara memimpin dengan 1,45 juta merchant QRIS, diikuti oleh Sulawesi Selatan (1,17 juta), Sumatra Selatan (979 ribu), Bali (959 ribu), dan DI Yogyakarta (908 ribu).
Sebaliknya, Sulawesi Barat jadi provinsi dengan merchant QRIS paling sedikit, hanya 87 ribu. Maluku menyusul dengan 90 ribu merchant, diikuti Papua Barat dan Kalimantan Utara yang sama-sama memiliki 102 ribu merchant QRIS.
Waspada Kemudahan Transaksi
Kemudahan transaksi QRIS juga perlu diwaspadai. Pasalnya, modus penipuan lewat QRIS mulai marak terjadi. Salah satu modusnya yang paling umum adalah ketika memindai QR code yang tersedia, maka rekening korban otomatis habis tak tersisa. QR code tersebut adalah kode palsu yang meniru identitas pedagang, jenis barang, hingga jumlah transaksi secara real-time. Korban pun tidak sadar sedang bertransaksi dengan pelaku.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menyebutkan bahwa keamanan QRIS merupakan tanggung jawab bersama.
"QRIS keamanannya itu tanggung jawab bersama. BI, ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia) dan pelaku industri PJP (Perusahaan Jasa Penilai) selalu melakukan sosialisasi dan edukasi terkait keamanan transaksi QRIS kepada para merchant," ungkapnya.
Ia menegaskan pada para merchant QRIS agar memastikan gambar QRIS selalu berada dalam pengawasan dan selalu memeriksa status pembayaran, misalnya melalui notifikasi transaksi yang masuk.
Tidak hanya pedagang, pembeli juga diharapkan bijak dalam mengatasi masalah ini. Menurutnya, pembeli harus tetap siaga dan memastikan QRIS yang mereka pindai sudah sama dengan identitas merchant.
Baca Juga: Penggunaan QRIS Terus Meningkat, Nominal Transaksi Capai Rp659 Triliun
Sumber:
https://aspi-indonesia.or.id/statistik-qris/
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250810175439-37-656720/penipu-colong-uang-lewat-qris-bikin-rekening-ludes-ini-modusnya
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor
