Tren Optimisme Masyarakat Indonesia Turun di Tahun 2025

Indeks Optimisme 2025 turun tajam ke skor 5,51 dari 7,77 pada 2023. Gelombang PHK, kondisi ekonomi, serta gejolak politik disebut jadi penyebab utama.

Tren Optimisme Masyarakat Indonesia Turun di Tahun 2025 Ilustrasi Pesimis | Freepik/Rawpixel
Ukuran Fon:

GoodStats kembali menghadirkan Survei Indeks Optimisme 2025. Survei ini dilaksanakan untuk mengukur tingkat optimisme masyarakat terhadap masa depan Indonesia yang lebih baik di delapan sektor kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan, teknologi dan inovasi, politik dan pemerintahan, budaya dan kreativitas, sosial dan toleransi, serta geopolitik dan hubungan internasional.

Output dari survei ini berupa skor optimisme yang berada dalam rentang 1 hingga 10. Skor tersebut merepresentasikan tingkat optimisme masyarakat secara umum, di mana nilai yang semakin tinggi menunjukkan optimisme yang semakin kuat, dan nilai yang rendah mencerminkan pesimisme atau keraguan publik terhadap arah masa depan negara.

Berapa Skor Indeks Optimisme 2025?

Berdasarkan hasil survei, skor Indeks Optimisme 2025 tercatat sebesar 5,51. Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat berada pada posisi yang netral, belum sepenuhnya pesimis, namun juga belum menunjukkan rasa optimisme yang kuat.

“Angka ini tidak mencerminkan pesimisme penuh, namun juga belum bisa disebut optimis. Ia merepresentasikan optimisme yang tertahan, keyakinan yang belum mantap, atau bahkan keraguan kolektif di tengah keinginan untuk tetap percaya bahwa masa depan masih bisa membaik,” tulis GoodStats dalam laporannya.

Terendah Sejak Pertama Kali Digelar pada 2021

Jika menilik tren dari tahun ke tahun, skor indeks tahun 2025 menjadi yang terendah sejak survei pertama kali digelar pada tahun 2021. Penurunan ini bahkan lebih tajam dibandingkan dengan masa-masa sulit saat pandemi Covid-19 masih melanda.

Pada tahun 2023, indeks optimisme mencatatkan skor tinggi sebesar 7,77, yang kala itu mencerminkan tingginya harapan masyarakat terhadap pemulihan dan kemajuan nasional. Sementara pada tahun 2022, skornya sempat turun ke 6,03 dari 6,40 pada 2021. Meski demikian, kala itu publik masih melihat secercah harapan dengan mulai membaiknya situasi setelah pandemi.

Namun pada 2025, harapan itu tampaknya kembali pudar. Penurunan tajam ke angka 5,51 menggambarkan kegamangan masyarakat terhadap berbagai tantangan yang belum terpecahkan dan janji-janji perubahan yang belum terasa dampaknya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Apa Penyebabnya?

Survei ini mengukur delapan dimensi kehidupan yang dianggap penting bagi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, skor yang rendah mengindikasikan bahwa publik belum merasakan perbaikan atau kemajuan yang berarti dalam aspek-aspek tersebut. Mereka merasa bahwa delapan dimensi tersebut belum berjalan secara ideal dalam kehidupan mereka sebagai warga negara.

Dari seluruh dimensi yang disurvei, dimensi politik dan pemerintahan memperoleh skor terendah, yang turut menjadi penyebab anjloknya indeks optimisme tahun ini, yakni hanya 3,87. Angka ini merefleksikan rasa kecewa yang semakin meluas. Masyarakat tampak kesulitan untuk menaruh harapan terhadap sektor ini, terutama setelah terlalu sering mendengar janji manis mengenai perbaikan tata kelola, pemberantasan korupsi, serta pelibatan warga dalam pengambilan keputusan. Namun dalam kenyataannya, berbagai janji tersebut belum banyak terwujud.

Selanjutnya, sektor ekonomi menempati urutan kedua sebagai dimensi dengan skor terendah, yakni 5,16. Rasa pesimisme muncul dari responden yang mengalami langsung penurunan pendapatan, kenaikan harga kebutuhan pokok, serta tingginya gelombang PHK di lingkungan sekitar. Faktor-faktor ini menyebabkan masyarakat kehilangan rasa aman secara finansial, yang berimbas pada melemahnya fondasi optimisme ekonomi.

Masih Ada Harapan

Kendati tingkat optimisme Indonesia rendah, beberapa dimensi mencatatkan skor netral, mencerminkan masih bertahannya harapan. Dimensi budaya dan kreativitas mencatatkan skor tertinggi, mencapai 6,75, sedangkan dimensi teknologi dan inovasi duduk di peringkat kedua dengan skor 6,69.

Capaian ini menjadi penanda bahwa harapan masih ada, terutama terkait budaya, teknologi, dan inovasi, untuk membawa masa depan Indonesia ke arah yang lebih baik. 

Pada akhirnya, rendahnya indeks optimisme bukan berarti masyarakat tidak peduli atau tidak mencintai negaranya. Sebaliknya, ini adalah bentuk ekspresi dari harapan yang belum juga terpenuhi. Publik masih menyimpan keinginan agar perubahan bisa terjadi, namun kepercayaan terhadap sistem yang ada mulai goyah karena belum menunjukkan hasil yang diharapkan.

Survei Indeks Optimisme 2025 dilaksanakan oleh GoodStats pada periode 3 Juni hingga 3 Juli 2025, melibatkan 1.020 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan survei daring, kemudian data diperkuat dengan Forum Group Discussion (FGD).

Baca Juga: Generasi Tua Lebih Optimis Ketimbang Generasi Muda RI, Kenapa?

Sumber:

https://goodstats.id/publication/indeks-optimisme-2025-X2xNZ

Penulis: izzul wafa
Editor: Editor

Konten Terkait

Head-to-Head Borneo FC vs Bhayangkara FC, Hasil Seri Banyak Terjadi

Borneo FC akan bertemu Bhayangkara FC dalam laga pembuka BRI Super League 2025-2026.

Berikut Daftar Lengkap Ballon d’Or 2025, Siapa Jagoanmu?

Sebanyak 30 nama pesepakbola masuk dalam daftar panjang nominasi pemenang Ballon d'Or 2025.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook