Survei Indeks Optimisme Indonesia 2025 dari GoodStats menunjukkan bahwa tingkat optimisme masyarakat Indonesia ada di angka 5,51 pada 2025. Skor ini turun drastis dari capaian 2023 yang mencapai 7,77, menunjukkan pergeseran harapan dan semangat optimisme responden akan kondisi masa depan Indonesia.
Survei ini dilaksanakan pada 3 Juni-3 Juli 2025, melibatkan 1.020 responden secara kuantitatif melalui online survey. Responden berasal dari berbagai kelompok usia, pendidikan, dan pekerjaan, membuat hasil survei lebih komprehensif, mencakup pandangan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Adapun indeks optimisme ini diukur berdasarkan delapan dimensi, yang mana masing-masing dimensi kemudian dipecah ke dalam 2-3 unsur penyusun. Kedelapan dimensi tersebut adalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, teknologi dan inovasi, politik dan pemerintahan, budaya dan kreativitas, sosial dan toleransi, serta geopolitik dan hubungan internasional.
Pengukuran didasarkan pada skala likert pada rentang 1-10. Nilai indeks optimisme diraih dari rata-rata setiap dimensi. Semakin tinggi skornya, maka semakin optimis responden terhadap isu tersebut. Berikut adalah pengelompokkan indeks optimisme.
- 1-2: Sangat pesimis
- 3-4: Pesimis
- 5-6: Netral
- 7-8: Optimis
- 9-10: Sangat optimis
Menariknya, generasi tua cenderung lebih optimis ketimbang generasi muda, jika dibandingkan dari indeks optimisme di tiap kelompok usia.
Indeks optimisme untuk responden berusia 46-55 tahun mencapai 6,21, bahkan melebihi rata-rata keseluruhan. Sebaliknya, optimisme dari generasi usia 17-25 tahun hanya 5,45, jadi yang terendah dan di bawah rata-rata nasional. Hal ini mencerminkan dinamika psikologis dan sosial yang berbeda lintas generasi di Indonesia.
Perbedaan ini bisa disebabkan berbagai hal, salah satunya pengaruh paparan informasi. Generasi muda mampu mengakses lebih banyak informasi melalui media sosial dan media digital lain, termasuk berita buruk yang biasa cepat menyebar, membangun persepsi negatif yang kadang kala berlebihan. Sebaliknya, generasi tua umumnya tidak begitu terpapar informasi media sosial dan dapat lebih selektif memilah informasi yang diterima.
Generasi muda juga lahir di era internet, mendorong ekspektasi yang tinggi ketimbang generasi tua yang telah melewati masa-masa kelam Indonesia, seperti transisi Orde Baru, krisis 1998, dan lain-lain. Menatap kondisi sekarang, tak heran jika generasi tua cenderung merasa lebih optimis.
Kondisi sosial dan ekonomi juga dapat memengaruhi. Generasi muda cenderung baru memulai karier dan membangun keluarga, sehingga banyak menghadapi tekanan dalam mencari kerja, mencari rumah dengan harga terjangkau, dan ketidakpastian lainnya, memengaruhi pandangan akan kondisi Indonesia. Sebaliknya, generasi tua cenderung lebih stabil dalam kehidupan ekonomi dan sosial, sehingga memandang Indonesia secara lebih optimis.
Baca Juga: Indeks Optimisme Indonesia 2025 Turun: Antara Harapan dan Keraguan
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor