Tren Baru Konsumsi Daging Laboratorium, Bagaimana Reaksi Publik?

Tren konsumsi daging laboratorium menjadi menarik untuk mengatasi krisis pangan dan kesehatan. Meski begitu, masih banyak tantangan dari penerimaan publik.

Tren Baru Konsumsi Daging Laboratorium, Bagaimana Reaksi Publik? Penerimaan masyarakat terhadap tren konsumsi daging buatan laboratorium masih belum merata (Longevity Technology)

Daging buatan laboratorium, juga dikenal sebagai lab grown meat atau daging kultur merupakan daging yang dikembangbiakan secara artifisial dari sel hewan.

Sel-sel ini kemudian ditempatkan dalam "mandi nutrisi" untuk mengembangkan daging di luar anatomi tubuh hewan.

Secara teori, daging kultur dapat menawarkan pilihan bagi mereka yang peduli tentang kesejahteraan hewan, atau dampak industri daging terhadap planet, karena produksinya tidak memerlukan pengembangbiakan atau penyembelihan hewan hidup.

Menurut survei Statista yang dilakukan pada Januari-Desember 2023 terhadap 2.000-10.000 orang dewasa usia 18-64 tahun per negara, penerimaan masyarakat terhadap daging buatan laboratorium masih belum merata.

Menurut survei, 20% responden di India bahkan mengatakan bahwa mereka tertarik untuk mengonsumsi daging buatan laboratorium. Fakta ini adalah peningkatan yang signifikan dalam jumlah orang yang makan daging buatan laboratorium, dan kemungkinan akan terus bertambah di masa depan.

Meskipun demikian hanya 9% responden di Prancis yang mengatakan mereka tertarik untuk mengonsumsi daging artifisial. Di Amerika Serikat, yang merupakan salah satu dari hanya dua negara tempat daging ini banyak dipasarkan, 16% responden mengatakan mereka terbuka untuk ide mengonsumsi produk ini.

Ketertarikan Masyarakat Mengonsumsi Daging Buatan Laboratorium (Statista Consumer Insights/GoodStats)

Potensi Tren Konsumsi Daging Buatan Laboratorium

Meskipun daging buatan laboratorium masih terbilang konsep yang baru, tidak menutup kemungkinan ke depannya daging ini akan semakin populer.

Daging buatan laboratorium memiliki beberapa potensi manfaat. Produksi daging buatan laboratorium tidak memerlukan pembibitan atau penyembelihan hewan. Hal ini bisa menjadi terobosan bagi mereka yang prihatin dengan kesejahteraan hewan.

Selain itu, industri daging ternak memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Produksi daging buatan laboratorium diperkirakan membutuhkan lebih sedikit air, tanah, dan energi dibandingkan dengan produksi daging ternak konvensional.

Daging buatan laboratorium juga dapat diproduksi dalam lingkungan yang terkendali, yang dapat membantu mengurangi risiko penyakit bawaan makanan.

Tidak hanya itu, prospek pengembangan daging buatan laboratorium dapat membantu mengatasi kekurangan pangan global. Karakteristik lab grown meat dapat diproduksi di mana saja, terlepas dari iklim atau ketersediaan lahan peternakan.

Tantangan Daging Buatan Laboratorium

Meskipun daging buatan laboratorium memiliki potensi manfaat yang besar, ada juga beberapa tantangan yang perlu diatasi. Dari segi finansial saat ini, produksi daging buatan laboratorium masih tergolong mahal. Namun, biaya produksi diperkirakan akan turun seiring dengan semakin berkembangnya teknologi.

Selain itu, persepsi masyarakat awam mungkin masih merasa aneh dan tidak biasa dengan gagasan makan daging yang ditanam di laboratorium.

Survei Statista menunjukkan bahwa sebagian besar orang di negara-negara yang disurvei tidak mau makan daging buatan laboratorium. Maka dari itu, persepsi konsumen perlu diubah agar daging buatan laboratorium menjadi diterima secara luas.

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, daging buatan laboratorium sebenarnya berpotensi menjadi sumber protein yang berkelanjutan dan etis di masa depan.

Untuk memastikan produk ini dapat berkembang dengan baik, perlu adanya regulasi yang jelas dalam proses produksi untuk memastikan kualitas produk yang aman dikonsumsi publik.

Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Daya Tarik Kedai Kopi di Mata Anak Muda 2024

Tren kunjungan anak muda ke kedai kopi terus meningkat. Apa yang membuat kedai kopi jadi tempat wajib generasi ini?

Intip Tren Kuliner Anak Muda Indonesia: Hobi Jajan Namun Tetap Hemat

Survei mengungkap bahwa 49,6% anak muda lebih memilih jajan hemat, dengan anggaran antara Rp10.000-Rp25.000 setiap kali mereka membeli makanan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook