Bukan Industri, Ini Sektor Penyumbang Gas Rumah Kaca Terbesar di Indonesia 2024

Sektor agrikultur jadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia pada 2024.

Bukan Industri, Ini Sektor Penyumbang Gas Rumah Kaca Terbesar di Indonesia 2024 Ilustrasi Polusi | Damir K./Pexels
Ukuran Fon:

Gas rumah kaca (GRK) adalah jenis gas tertentu yang keberadaannya mampu memerangkap panas matahari di atmosfer bumi. Beberapa jenis gas seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan klorofluorokarbon (CFC) adalah sedikit contoh dari banyaknya jenis gas rumah kaca yang sering dihasilkan dari aktivitas manusia, terutama dari sektor industri dan transportasi.

Sektor Agrikultur Jadi Penyumbang Emisi GRK Terbesar

World Data Lab melalui publikasinya bertajuk World Emissions Clock secara rutin merilis besaran emisi GRK yang dihasilkan dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Menariknya, sektor agrikultur menjadi penyumbang utama emisi GRK di tanah air.

Agrikultur Jadi Sektor Penyumbang Gas Rumah Kaca Terbesar 2024 | Goodstats

Sektor agrikultur menghasilkan 996,5 MT emisi GRK sepanjang 2024. Dalam sektor ini, emisi dihasilkan dari beberapa aktivitas seperti alih fungsi lahan, kegiatan pertanian serta perkebunan, hingga peternakan.

Setelah sektor agrikultur, sektor yang juga secara signifikan menyumbang emisi GRK adalah sektor pengelolaan energi dan hasil tambang. Sektor ini tercatat menyumbang emisi GRK sebanyak 679,5 MT per 2024. Beberapa aktivitas yang turut berkontribusi di antaranya adalah produksi bahan bakar fosil, produksi listrik dari batu bara, gas, minyak, dan beragam aktivitas penggunaan energi lainnya.

Urutan ketiga ditempati oleh sektor industri dengan emisi GRK sebesar 302 MT. Pada sektor ini, emisi GRK dihasilkan dari aktivitas pembuangan limbah industri, kegiatan operasional dari industri logam, kimia, semen, dan berbagai bidang industri lainnya.

Lebih lanjut, emisi GRK juga banyak berasal dari penggunaan sarana transportasi sehari-hari seperti mobil pribadi, pesawat, kapal, kereta, bus, dan jenis-jenis moda transportasi lainnya. Emisi GRK yang dihasilkan mencapai 154,9 MT.

Terakhir, sektor penyumbang emisi GRK di Indonesia berasal dari aktivitas pembangunan atau konstruksi sebesar 28 MT.

Aktivitas Sektor Agrikultur Penyumbang Emisi GRK

Dari keseluruhan sektor, sektor agrikultur jadi yang paling banyak menyumbang emisi gas rumah kaca di Indonesia. Angkanya hampir mencapai 1 Gigaton (GT). Lantas aktivitas apa yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap tingginya angka GRK?

Aktivitas Alih Fungsi Lahan Peroleh Persentase Tertinggi Proporsi GRK | GoodStats

Menurut World Data Lab, sub sektor dari agrikultural yang paling mendominasi sumbangan emisi GRK berasal dari aktivitas alih fungsi lahan (deforestasi). Perubahan fungsi lahan menjadi daerah pertanian dan perkebunanan menghasilkan emisi GRK sebesar 797,7 MT. Proporsinya mencapai 80,1% dari total keseluruhan.

Pembukaan lahan untuk pertanian atau perkebunan biasanya melibatkan aktivitas penebangan pohon dan pembakaran sisa-sisa vegetasinya. Kedua aktivitas ini akan menghasilkan gas yang dapat meningkatkan kadar gas rumah kaca di atmosfer. Penebangan pohon dan pembakaran sisa vegetasinya dapat melepas berbagai macam gas seperti karbon dioksida, karbon monoksida, metana, dan lainnya.

Tingginya angka ini mengindikasikan bahwa kegiatan membuka lahan baru untuk pertanian dan perkebunan sangat masif terjadi di 2024. Perubahan bentang hutan alam menjadi perkebunan sawit adalah salah satu yang paling sering terjadi di Indonesia.

“Sejak awal memang sawit merupakan salah satu sektor yang mendorong terjadi deforestasi di Indonesia dan bukan hal yang baru,” tutur Arie Rompas selaku Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia dalam Tempo (2/5/2024).

Berdasarkan data dari Auriga Nusantara, deforestasi untuk pembukaan lahan sawit pada 2024 tercatat mencapai 37.483 hektare. Deforestasi konsesi sawit terluas terjadi di Kalimantan Barat oleh PT. Borneo International Anugerah, angkanya mencapai 2.019 hektare.

Lebih lanjut, emisi GRK dalam sektor agrikultur juga banyak dihasilkan dari kegiatan pertanian dan perkebunan. Hutan alam yang sebelumnya telah dikonversi menjadi kebun sawit selanjutnya dirawat dan diberi pupuk yang mana pupuk ini juga akan melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Emisi GRK yang dihasilkan sebesar 167 MT dengan proporsi 16,7%.

Selain pada bidang pertanian dan perkebunan, peternakan nyatanya juga berkontribusi aktif dalam pelepasan emisi GRK. Jumlahnya mencapai 31,9 MT dengan persentase 3,2%. Pada sub sektor peternakan, emisi GRK dihasilkan dari kotoran hewan ternak yang mengandung gas metana.

Baca Juga: Simak Target Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia 2025-2029

Sumber:

https://worldemissions.io/

https://simontini.id/id/status-deforestasi-indonesia-2024#metodologi

https://www.tempo.co/ekonomi/greenpeace-sebut-pembukaan-lahan-hutan-untuk-sawit-pemicu-utama-deforestasi--62907#goog_rewarded

Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor

Konten Terkait

Negara-negara Ini Juga Merdeka di Bulan Agustus, Mana Saja?

Kurang lebih 22 negara di dunia menyatakan kemerdekaannya pasca berakhirnya Perang Dunia II, beberapa di bulan Agustus.

Intip Biaya Produksi Film Demon Slayer: Infinity Castle vs Mugen Train

Film Demon Slayer the Movie hadir dengan produksi fantastis, dari Mugen Train hingga Infinity Castle. Berikut perbanding biaya produksinya.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook