Menurut World Risk Report 2023, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan risiko bencana tertinggi, dengan skor kerentanan mencapai 43,5. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia sendiri. Negara yang dijuluki negeri seribu pulau ini berdiri di atas The Ring of Fire atau cincin api yang menyebabkan Indonesia memiliki ratusan gunung berapi aktif, meningkatkan risiko bencana seperti letusan gunung berapi, longsor dan gempa bumi. Indonesia juga diapit oleh dua samudra besar yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia yang menjadikannya terekspos oleh ancaman yang datang dari arah lautan.
Lebih spesifik lagi, Indonesia sangat rawan terhadap tsunami. Sejarah mencatat salah satu tsunami terbesar dalam peradaban modern terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam. Tsunami tersebut menelan korban 227 ribu lebih korban jiwa dan menjadikannya tsunami paling mematikan di Indonesia.
Kerentanan akan tsunami di Indonesia diperparah dengan kondisi alam dan demografi di pesisir Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan negara ketiga dengan garis pantai terpanjang di dunia, dengan total panjang garis pantai mencapai 58.133 kilometer.
Merespons hal tersebut Indonesia terus berupaya mempersiapkan masyarakat pesisir untuk lebih sigap menghadapi bahaya tsunami. Melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pemerintah telah menyusun Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) atau Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami.
Peringatan dini ini berisikan prosedur komprehensif yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi tsunami. Terdapat empat komponen utama dalam peringatan dini tsunami. Komponen pertama adalah pengetahuan akan risiko tsunami tersebut. Komponen tersebut memastikan apakah kerentanan dan risiko bencana telah dipahami oleh masyarakat yang kemungkinan besar terpapar, mengenal tren dan pola dari tsunami itu, serta ketersediaan peta dan data terkait yang bisa diakses secara luas.
Kedua, terkait teknologi pemantauan dan layanan peringatan. Perangkat observasi terbagi menjadi tiga jenis, yakni observasi gempa bumi menggunakan seismograf, pemantauan deformasi kerak bumi dengan GPS, serta pemantauan tsunami menggunakan tide gauge, buoy, CCTV, dan radar tsunami. Seluruh data tersebut dikirim melalui jaringan komunikasi ke pusat peringatan dini tsunami di BMKG untuk dianalisis dan digunakan dalam menyusun skenario potensi ancaman tsunami.
Komponen ketiga adalah penyebaran peringatan dan komunikasi. Komponen ini memastikan informasi peringatan dan langkah langkah respons sebelum, ketika dan sesudah bencana sampai kepada setiap individu yang terpapar bencana tersebut. Komponen terakhir adalah kemampuan respons. Masyarakat mesti memahami betul rencana penanggulangan bencana, rute evakuasi, dan lembaga lembaga yang berwenang merespons.
Lalu Berapa Banyak Sistem Peringatan Dini di Indonesia?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat 751 desa dengan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia. Terdapat sepuluh provinsi dengan jumlah desa terbanyak yang memiliki sistem peringatan dini tsunami. Sumatra Barat berada di posisi teratas dengan 90 desa yang telah dilengkapi fasilitas tersebut. Hal tersebut selaras dengan panjang nya garis pantai yang dimiliki oleh provinsi tersebut yaitu 375 kilometer.
Jawa Tengah menyusul dengan 79 desa, diikuti Aceh dengan 63 desa. Provinsi lain yang juga mencatat jumlah signifikan antara lain Sulawesi Utara dengan 61 desa, Jawa Timur (57 desa), Maluku (44 desa), Bali (41 desa), serta Nusa Tenggara Timur (36 desa). Adapun Banten memiliki 29 desa, sementara Maluku Utara berada di urutan kesepuluh dengan 28 desa.
Temuan ini menunjukkan bahwa provinsi-provinsi yang berada di wilayah rawan tsunami telah lebih banyak membangun sistem peringatan dini, meski pemerataannya di seluruh daerah Indonesia masih menjadi tantangan.
Baca Juga: Daftar Tsunami Terbesar di Dunia, Tragedi 2004 Masih Tak Terlupakan
Sumber:
https://www.gitews.de/tsunami-kit/id/E3/perangkat/Pedoman%20Pelayanan%20Peringatan%20Dini%20Tsunami%20InaTEWS.pdf
https://weltrisikobericht.de/wp-content/uploads/2023/10/WRR_2023_english_online161023.pdf
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/OTcxIzI=/banyaknya-desa-kelurahan-menurut-upaya-antisipasi-mitigasi-bencana-alam--desa-.html
Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor