Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu istilah yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat. AI adalah rekayasa teknologi yang memungkinkan sistem komputer dan software untuk diprogram agar dapat berpikir dan meniru tindakan manusia.
Melansir DataIndonesia.id, pesatnya perkembangan teknologi AI di dunia dikhawatirkan bakal semakin mengikis kesempatan kerja bagi masyarakat. Bahkan, World Economic Forum (WEF) memprediksi bahwa akan ada sekitar 83 juta pekerjaan yang hilang akibat maraknya adopsi teknologi AI ini.
Lebih lanjut, WEF juga memaparkan sejumlah keterampilan yang diperlukan oleh perusahaan dalam lima tahun ke depan untuk mengantisipasi ancaman teknologi AI. Hasilnya, keterampilan untuk berpikir kreatif menempati peringkat pertama dengan persentase mencapai 73,2% responden.
Selanjutnya, keterampilan berpikir analitis menempati posisi kedua sebagai keterampilan yang paling dibutuhkan menurut perusahaan dengan persentase 71,6%. Disusul oleh keahlian literasi teknologi serta keingintahuan dan pembelajaran seumur hidup dengan persentase masing-masing sebesar 67,7% dan 66,8%.
Kemudian, sekitar 65,8% responden menilai bahwa ketangguhan, fleksibilitas, dan ketangkasan merupakan keterampilan yang penting untuk mengantisipasi ancaman AI. Selain itu, keterampilan berpikir sistematis serta kecerdasan buatan dan big data mendapatkan persentase masing-masing sebesar 59,9% dan 59,5%.
Di sisi lain, keterampilan motivasi dan kesadaran diri juga dinilai penting oleh perusahaan dengan persentase mencapai 58,9%. Adapun, laporan ini bersumber dari hasil penelitian yang dilakukan oleh WEF terhadap 803 perusahaan di 27 klaster industri yang tersebar di 45 negara di dunia.
Sehubungan dengan maraknya perkembangan teknologi AI di seluruh dunia, Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) Ma’ruf Amin mengatakan bahwa pemerintah Indonesia terus mengkaji perkembangan AI di tingkat nasional dan global.
“Menyongsong era penggunaan kecerdasan buatan, pemerintah Indonesia juga terus mengkaji dan mengamati perkembangan domestik dan global untuk menghasilkan kebijakan yang efektif,” ujarnya seperti yang dikutip dari Antaranews.
Terkait hal ini, ia berharap agar seluruh pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri, akademisi atau ilmuwan, serta masyarakat untuk berkolaborasi bersama dalam menyikapi perkembangan teknologi.
Selain itu, ia juga berharap agar kementerian serta lembaga terkait bisa menciptakan talenta digital yang dapat mengadopsi dan mengimbangi kompleksitas digitalisasi. Menurutnya, hal ini bisa diwujudkan dengan upaya memperluas layanan dan produk keuangan digital di berbagai wilayah di tanah air.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya