Karet alam merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan unggulan yang berperan dalam memajukan perekonomian Indonesia. Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadikan karet sebagai komoditas andalan di berbagai sektor khususnya di sektor industri. Berawal dari getah pohon hingga menjadi bahan baku aplikasi medis dan otomotif, karet dapat digunakan sebagai bahan baku beragam produk menjanjikan.
Pada tahun 2024 luas perkebunan karet di seluruh wilayah Indonesia adalah 3.15 juta hektare (ha) yang didominasi oleh Sumatra Selatan dengan area perkebunan karet terluas di Indonesia yaitu sebesar 772,1 ribu ha, disusul Jambi dengan luas ribu 375,7 ha. Posisi ketiga perkebunan karet terluas masih berada di Pulau Sumatra yaitu Sumatra Utara seluas 340 ribu ha, selanjutnya Kalimantan Barat dengan luas kebun sebesar 302,7 ribu ha, disusul Kalimantan Tengah seluas 274 ribu ha.
Riau mengisi peringkat keenam dengan luas 225,3 ribu ha, kemudian Kalimantan Selatan memiliki luas kebun sebesar 181,9, selanjutnya Lampung dengan luas 142,6 ribu ha, Sumatra Barat dengan 114,2 ribu ha, dan Bengkulu sebesar 88,1 ha. Dilihat berdasarkan data, Pulau Sumatra memiliki lahan perkebunan karet paling luas dibanding dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Potensi Karet di Dunia Industri
Industri karet Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang terutama di tengah meningkatnya permintaan global. Indonesia juga memiliki pasar yang luas dengan lima negara tujuan utama ekspor karet Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Jepang, China, India dan Korea Selatan.
Seiring berkembangnya industri karet, maka kebutuhan akan bahan bakunya pun akan semakin meningkat. Industri karet juga banyak digunakan untuk menopang industri lain, seperti industri otomotif dalam produksi ban, konstruksi untuk isolasi getaran bangunan, hingga sektor medis dalam pembuatan sarung tangan medis hingga kateter dan tabung.
Peran Pemerintah Mengembangkan Potensi Produksi Karet
Potensi komoditas karet ini tentu perlu didukung oleh pemerintah, salah satunya mulai dari upaya pemberian insentif replanting, subsidi pupuk, hingga pelatihan teknologi panen kepada petani kecil. Selain itu, perlu ada strategi hilirisasi nasional yang konkret. Dibutuhkan roadmap industri karet nasional yang memuat target pengurangan ekspor bahan mentah, peningkatan ekspor produk olahan, dan pembangunan industri pengolahan di daerah sentra produksi.
Indonesia masih punya peluang besar untuk tetap menjadi pemain utama dalam pasar karet dunia. Tetapi peluang itu hanya bisa diwujudkan jika semua pihak terutama pemerintah, petani, industri, dan lembaga riset seperti Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) perkebunan, bekerja bersama secara sinergis. Jika tidak, ironi yang menyakitkan bisa saja terjadi, negeri penghasil karet terbesar kedua dunia malah gagal memetik hasil dari kekayaannya sendiri.
Baca Juga: Melihat Potensi Komoditas Karet Indonesia
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/02/28/8cfe1a589ad3693396d3db9f/statistik-indonesia-2025.html
https://tanamanindustri.bsip.pertanian.go.id/berita/analisis-pasar-karet-alam-indonesia-dalam-konteks-global#:~:text=Karet%20alam%20pernah%20menjadi%20salah,65%20juta%20ton%20pada%202023.
https://www.plasticsandrubberindonesia.com/archives/872
Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor
