Selama bertahun-tahun, umumnya pemenuhan kebutuhan si kecil selalu dilakukan oleh ayah selaku pemberi nafkah bagi keluarga. Namun, semakin ke sini, budaya tersebut perlahan mulai mengalami pergeseran.
Pada Juli 2025, Snapcart melakukan survei tentang kemampuan ibu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sang buah hati. Survei dilakukan terhadap 721 ibu di Indonesia menggunakan metode Targeted Audience-based Survey & Crowdsourcing (TASC) secara online.
Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 63% publik sebagai ibu di Indonesia mampu memenuhi beragam kebutuhan bayi secara mandiri. Setelahnya, 25% mengaku bahwa pemenuhan kebutuhan si kecil dilakukan oleh sang ayah atau partner. Temuan ini menyajikan fenomena independensi perempuan yang semakin menguat di tanah air.
Lebih lanjut, sebanyak 6% responden menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan bayi dilakukan oleh anggota keluarga secara bergantian, 5% dilakukan anggota keluarga lainnya seperti ibu atau ibu mertua, dan 1% dilakukan oleh asisten rumah tangga.
Dahulu, terdapat stigma yang telah mengakar kuat di kalangan masyarakat bahwa segala pemenuhan kebutuhan rumah tangga adalah tugas seorang ayah atau suami. Stigma inilah yang kemudian membuat perempuan didorong untuk fokus saja pada segala urusan rumah tangga.
Namun, berkat perjuangan kesetaraan yang berlangsung secara konsisten, sedikit demi sedikit keadaan perlahan berubah. Kesempatan bagi perempuan untuk berkarier mulai terbuka lebar dan pada kenyataannya, wanita juga memiliki kemampuan untuk ikut memenuhi kebutuhan keluarga terutama keperluan untuk sang bayi.
Perempuan Makin Independen, Apa Sebabnya?
Perempuan yang memiliki kemampuan untuk ikut memenuhi kebutuhan finansial keluarga mengindikasikan bahwa dirinya memiliki pekerjaan, baik pekerjaan pada sektor formal maupun informal, atau pekerjaan yang bersifat penuh waktu maupun paruh waktu. Akses perempuan terhadap pekerjaan tentunya berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK adalah persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).
Jumlah angkatan kerja dihitung melalui penjumlahan antara masyarakat bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Lantas bagaimana TPAK pada perempuan dalam 2 tahun terakhir?
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasinya tentang Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) telah merilis data TPAK tiap semester sampai dengan yang terbaru pada Februari 2025.
Setiap semester, TPAK perempuan selalu naik tanpa adanya penurunan sama sekali. Hal ini berbeda dengan tren TPAK laki-laki yang walaupun selalu lebih besar dari perempuan tetapi sempat turun persentasenya pada Februari 2024 dan Februari 2025.
TPAK yang selalu naik menunjukkan bahwa kesempatan perempuan untuk masuk ke dunia kerja selalu meningkat setiap periodenya. Akan tetapi, kenaikan ini tidak selalu berarti baik karena populasi perempuan yang masih menganggur juga cukup tinggi. Lantas, bagaimana perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada laki-laki dan perempuan?
Berdasarkan data dari BPS, tiap semester dari periode yang sama yakni mulai Februari 2023 sampai Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka perempuan hampir selalu lebih rendah dari laki-laki setiap periodenya. Satu-satunya periode di mana tingkat pengangguran perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki adalah pada Agustus 2024. TPT laki-laki 4,90% dan perempuan 4,92%, dengan selisih hanya 0,02%.
Berikut rincian data Tingkat Pengangguran Terbuka laki-laki dan perempuan selama beberapa semester terakhir, mulai Februari 2023 hingga Februari 2025
Periode | Laki-Laki (%) | Perempuan (%) |
Februari 2023 | 5,83 | 4,86 |
Agustus 2023 | 5,42 | 5,15 |
Februari 2024 | 4,96 | 4,60 |
Agustus 2024 | 4,90 | 4,92 |
Februari 2025 | 4,98 | 4,41 |
Tren ini menandakan bahwa jumlah tenaga kerja perempuan dominan lebih banyak terserap dalam dunia kerja. Meskipun TPAK laki-laki selalu lebih tinggi dari perempuan, tingkat pengangguran pada laki-laki ternyata lebih banyak ketimbang perempuan.
Dengan demikian, tingginya persentase perempuan yang mampu membiayai kebutuhan bayi secara mandiri didorong oleh beberapa hal, di antaranya karena TPAK perempuan yang konsisten naik tiap periodenya dan angka pengangguran terbuka perempuan yang cenderung lebih rendah dibanding laki-laki.
Baca Juga: Partisipasi Angkatan Kerja Umur 20-34 Tahun Tak Sampai 80%
Sumber:
https://snapcart.global/happy-mom-happy-baby/
https://www.bps.go.id/id/publication/2023/07/07/40a0b3f1fd46be1a5edbae1d/booklet-survei-angkatan-kerja-nasional-februari-2023.html
https://www.bps.go.id/id/publication/2023/12/22/ffb3e2d42b94d727d97e78d8/booklet-survei-angkatan-kerja-nasional-agustus-2023.html
https://www.bps.go.id/id/publication/2024/07/05/0455778ea851bbeda66890a8/booklet-sakernas-februari-2024.html
https://www.bps.go.id/id/publication/2024/12/20/145b7ca9b2e159c6c0493290/booklet-sakernas-agustus-2024.html
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/07/14/90a6b20c25c63176d23ab46c/booklet-sakernas-februari-2025.html
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor