Menteri Lingkungan Hidup (LH) RI Hanif Faisol Nurofiq, akan melakukan penegakan hukum dan pengawasan jika masih ada pihak melanggar ketentuan pemberhentian impor sampah plastik. Ketentuan ini akan diberlakukan mulai tahun 2025.
"Importir-importir yang masih nakal, kami akan turun, kami akan tegakkan aturan terkait dengan konteks ini. Kami akan kenakan pasal-pasal yang memang dibebankan kepada pelanggar seperti ini," kata Hanif saat ditemui di Jakarta Recycle Center (JRC), Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Rabu (30/10) dilansir dari Antara.
Menurut dia, pelarangan impor sampah plastik itu akan berlaku kepada semua jenis, termasuk yang terpilah. Impor sampah adalah langkah yang tidak bijaksana, sehingga mereka yang mencari keuntungan dari sampah seharusnya bergerak bersama memecahkan masalah pengurangan dan pengelolaan sampah di tanah air yang sekaligus akan memastikan ketersediaan bahan baku plastik dan kertas yang dibutuhkan oleh industri.
"Jadi saya ingatkan kita semua, tahun depan tidak ada lagi impor plastik. Cukup sudah, plastik kita cukup banyak dan tidak terkelola dengan baik," tambah Hanif.
Sampah di Indonesia banyak macamnya. Komposisi sampah dibagi dua, berdasarkan jenisnya dan berdasarkan sumbernya. Selain itu, di Indonesia sendiri sudah dilakukan pendataan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan) melalui Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). SIPSN juga mendata timbulan sampah berdasarkan Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi Indonesia.
2023, Sampah Makanan dan Plastik Mendominasi
Berdasarkan jenisnya, komposisi sampah dapat dibagi menjadi 9 jenis. Berikut data dari SIPSN 2023 yang menyajikan data tentang total komposisi sampah berdasarkan jenisnya di Indonesia:
- Sisa Makanan (39,65%): Sampah organik yang terdiri dari sisa makanan seperti buah, sayur, dan makanan yang tidak habis.
- Plastik (19,21%): Sampah anorganik yang terdiri dari berbagai jenis plastik seperti botol, kantong, dan kemasan.
- Kayu/Ranting (12,09%): Sampah organik yang berasal dari sisa-sisa kayu, daun, dan ranting pohon.
- Kertas/Karton (10,83%): Sampah anorganik yang terdiri dari kertas, karton, dan bahan serupa.
- Logam (3,24%): Sampah yang terdiri dari berbagai jenis logam seperti aluminium, besi, dan baja.
- Kain (2,91%): Sampah yang berasal dari produk tekstil seperti pakaian bekas, kain perca, dan karpet.
- Karet/Kulit (2,53%): Sampah yang berasal dari produk karet dan kulit, seperti ban bekas, dompet, dan sepatu.
- Kaca (2,46%): Sampah anorganik yang terdiri dari botol kaca, kaca jendela, dan produk kaca lainnya.
- Lainnya (7,08%): Sampah lain yang tidak termasuk ke dalam kategori di atas.
Mayoritas Berasal dari Rumah Tangga
Berdasarkan sumbernya, kompoisi sampah dapat dibagi menjadi 8 sumber. Berikut data dari SIPSN 2023 yang menyajikan data tentang total komposisi sampah berdasarkan sumbernya di Indonesia:
- Rumah Tangga (50,8%): Sampah yang berasal dari aktivitas sehari-hari di rumah, seperti sisa makanan, plastik, kertas, dan sampah anorganik lainnya.
- Perniagaan (14,77%): Sampah yang berasal dari toko, restoran, dan pusat perbelanjaan, termasuk sampah kemasan, sisa makanan, dan plastik.
- Pasar (12,19%): Sampah dari aktivitas perdagangan di pasar, biasanya berupa sisa-sisa sayuran, buah-buahan, plastik, dan kertas pembungkus.
- Kawasan (8,12%): Sampah yang dihasilkan dari kawasan pemukiman, seperti taman, area publik, dan kompleks perumahan.
- Perkantoran (6,03%): Sampah yang dihasilkan dari aktivitas di kantor, seperti kertas, plastik, dan sampah elektronik.
- Fasilitas Publik (5,24%): Sampah yang berasal dari fasilitas umum seperti stasiun, terminal, sekolah, dan rumah sakit, biasanya mencakup sampah kertas, plastik, dan organik.
- Lain (2,85%): Sumber sampah lainnya yang tidak termasuk dalam kategori di atas, seperti sampah dari konstruksi atau demolisi.
Timbulan Sampah di Indonesia 5 Tahun Terakhir
Hingga tahun 2023, SIPSN sudah mendata Timbulan Sampah secara konsisten. Data yang dikumpulkan mulai dari tahun 2019 hingga 2023. Data sampah diambil dari setiap Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi Indonesia, meskipun terdapat data yang belum bisa diambil seperti dari daerah pemekaran.
Menurut SIPSN, pada tahun 2019 hingga 2021 tidak terjadi perubahan yang signifikan. Hanya terjadi penurunan sebesar kurang lebih 100 ribu ton dari 2019 ke 2020. Kemudian naik kembali pada tahun 2021 sejumlah 1 juta ton.
Perubahan yang signifkan terjadi pada tahun 2021 ke 2022. Timbulan sampah naik dari 28,5 juta ton ke 38,6 juta ton atau sebesar 35,44%. Kemudian pada tahun 2023, turun sebanyak sekitar 400 ribu ton menjadi 38,2 juta ton.
Baca Juga: Menguak Kebiasaan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia 2023
Penulis: Alim Mauludi Ramanda
Editor: Editor