Perkembangan internet dan perangkat komunikasi digital telah mengubah beragam aspek dalam hidup kita, tak terkecuali bagi anak-anak dan remaja. Sayangnya, kecanggihan fitur internet juga banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab yang menyebarluaskan konten-konten kekerasan, termasuk kekerasan seksual terhadap anak.
Berdasarkan hasil temuan Organisasi nirlaba yang berbasis di Inggris Internet Watch Foundation (IWF), terdapat sekitar 255.571 konten terkait kekerasan seksual terhadap anak yang tersebar di internet. Konten-konten tersebut berasal dari situs-situs URL yang berisikan gambar atau video kekerasan seksual anak.
Sama seperti tahun lalu, IWF menemukan bahwa sebanyak 150.419 konten pada 2022 atau sekitar 59% dari total laporan berasal dari negara-negara anggota Uni Eropa. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 156.362 laporan.
“Uni Eropa masih menempati peringkat teratas di dunia sebagai kawasan dengan laporan konten pelecehan seksual anak terbanyak, di mana tiga dari lima laporan konten kekerasan seksual terhadap anak ditemukan di kawasan tersebut,” tulis IWF.
Berdasarkan negaranya, Belanda menjadi negara dengan laporan konten kekerasan seksual anak di internet terbanyak menurut laporan. Pada 2022, IWF menemukan sebanyak 82.605 aduan konten pelecehan seksual atau sekitar 32% dari total laporan berasal dari negara ini.
“Pada tahun 2022, kami terus melihat penurunan proporsi situs-situs yang berisikan konten kekerasan seksual anak di Belanda. Angkanya turun menjadi 32% dari 41% pada tahun 2021,” papar IWF.
Menyusul Belanda, Amerika Serikat (AS) menempati posisi kedua dengan jumlah temuan konten mencapai 37.285 laporan atau menyumbang sebesar 15% dari proporsi global. Selanjutnya, ada Slovakia dengan total aduan mencapai 31.826 laporan.
Jumlah laporan konten terkait kekerasan seksual anak terbanyak berikutnya juga ditemukan di Rusia, Taiwan, dan Hong Kong yang sama-sama menyumbang proporsi 5% dari total laporan dunia pada 2022. Adapun, jumlah laporan konten di negara-negara tersebut secara berturut-turut mencapai 13.285 laporan, 13.127 laporan, dan 12.786 laporan.
CEO IWF Susie Hargreaves menegaskan bahwa efek dari penyebaran konten-konten tersebut oleh predator seksual akan terus menghantui para penyintas sepanjang hidupnya. Oleh sebab itu, ia meminta dukungan dari semua pihak untuk membantu memberantas konten-konten tidak senonoh ini.
"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan segera untuk memberantas citra mengerikan ini dari platform dan penyedia layanan di Eropa dan di seluruh dunia,” katanya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya