Semangat gotong-royong telah lama tertanam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak zaman sebelum kemerdekaan, masyarakat Indonesia sangat senang hidup berkelompok dan bahu membahu untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.
Nilai-nilai gotong royong Indonesia, tercermin dalam riset Charities Aid Foundation (CAF) yang bertajuk World Giving Index. Riset tersebut telah menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia selama 4 tahun berturut-turut, mulai dari tahun 2021 hingga tahun 2024. Pada tahun 2020, CAF tidak merilis World Giving Index akibat Covid-19.
Sebelum jadi juara selama 4 tahun berturut-turut, saat pertama kali indeks ini dirilis oleh CAF pada tahun 2010, peringkat World Giving Index Indonesia terpuruk di urutan ke-50 dunia. Lambat laun peringkat serta nilai indeks Indonesia berangsur naik dan bertahan jadi jawara selama 7 tahun lamanya.
Bagaimana CAF Menyusun World Giving Index?
Dalam menyusun World Giving Index, CAF bekerja sama dengan Gallup, sebuah perusahaan survei asal Amerika Serikat. Metodologi yang digunakan dalam penyusunan indeks ini sama dengan dengan survei Gallup World Poll.
Survei Gallup World Poll rata-rata menggunakan 1.000 responden sebagai sampel riset, di lebih dari 150 negara. Namun, jumlah responden dapat bervariasi antara 500-1.000 orang, bahkan mencapai 2.000 orang di beberapa negara dengan populasi yang besar. Terdapat dua metode survei yang digunakan oleh Gallup yaitu wawancara tatap muka, dan wawancara melalui sambungan telepon.
Indeks tersebut dinilai berdasarkan tiga aspek yaitu persentase orang dewasa yang pernah menolong orang lain dalam sebulan terakhir saat disurvei, persentase orang dewasa yang pernah berdonasi sebulan terakhir saat disurvei, serta persentase orang dewasa yang pernah melakukan kerja sukarela atau pengabdian dalam sebulan terakhir saat disurvei.
Dari ketiga aspek penilaian, Indonesia paling unggul dalam jumlah orang yang gemar berdonasi, sementara untuk kegemaran dalam menolong orang lain dan melakukan pekerjaan sukarela cenderung berada di tingkat yang sama. Tingkat kegemaran berdonasi orang Indonesia hampir selalu berada di atas 60%, bahkan di lima tahun ke belakang telah menyentuh angka 80%.
World Giving Index merupakan nilai rata-rata dari ketiga aspek penilaian di atas, dan dinyatakan dalam rentang angka 0-100. Nilai 0 menggambarkan populasi yang paling tidak dermawan, sementara nilai 100 menggambarkan populasi yang paling dermawan.
Perbedaan Metodologi Indeks pada 2025
Pada tahun 2025, CAF tidak lagi bekerja sama dengan Gallup dalam penyusunan World Giving Index. CAF kini bekerja sama dengan Focaldata, sebuah perusahaan survei asal Britania Raya. Riset World Giving Index tahun ini cukup berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan tahun ini, tidak ada World Giving Index, yang ada hanyalah World Giving Report dengan beberapa poin penilaian tertentu.
Tahun ini CAF bersama dengan Focaldata memutuskan untuk menggunakan formula penilaian yang berbeda untuk menilai tingkat kedermawanan di berbagai negara. Sehingga tidak disarankan untuk membandingkan hasil penilaian tahun 2025, dengan tahun-tahun sebelumnya.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya sekarang terdapat 14 poin penilaian yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu kategori berdonasi/memberikan uang, dan keterlibatan sosial.
Kategori kegemaran berdonasi meliputi:
- Jumlah donatur secara keseluruhan (% populasi)
- Jumlah donasi secara keseluruhan (% pendapatan)
- Jumlah donatur dalam galang dana (% populasi)
- Jumlah donasi dalam galang dana (% pendapatan)
- Jumlah donatur keagamaan (% populasi)
- Jumlah donasi keagamaan (% pendapatan)
- Jumlah donatur langsung (% populasi)
- Jumlah donasi langsung (% pendapatan)
- Jumlah donatur untuk bantuan penanggulangan bencana luar negeri & dalam negeri (% populasi)
- Penilaian kemurahan hati diri sendiri (rentang angka 0-7)
Kemudian, kategori keterlibatan sosial, meliputi:
- Pekerja sukarela/pekerja sosial (% populasi)
- Rata-rata jam bekerja sukarela per orang
- Kepercayaan terhadap galang dana (rentang angka 0-15)
- Seberapa penting kegiatan galang dana (rentang angka 0-15)
Setiap poin penilaian di atas dinilai berdasarkan satu tahun ke belakang, jadi survei tahun 2025 ini lebih menggambarkan kondisi kedermawanan berbagai negara pada satu tahun ke belakang.
Indonesia berhasil masuk peringkat sepuluh besar dalam tiga poin penilaian, yaitu jumlah donatur secara keseluruhan (peringkat 10), jumlah donatur keagamaan (peringkat 5), jumlah donatur untuk bantuan penanggulangan bencana luar negeri (peringkat 9), serta donatur bantuan bencana dalam negeri (peringkat 2). Berikut rincian penilaian Indonesia dalam World Giving Report 2025:
Poin Penilaian |
Skor |
Jumlah donatur galang dana (% populasi) |
44 |
Jumlah donasi galang dana (% pendapatan) |
0,38 |
Jumlah donatur keagamaan (% populasi) |
53 |
Jumlah donasi keagamaan (% populasi) |
0,48 |
Jumlah donatur langsung (% populasi) |
59 |
Jumlah donasi langsung (% pendapatan) |
0,69 |
Jumlah donatur penanggulangan bencana dalam negeri (% populasi) |
48 |
Jumlah donatur penanggulangan bencana luar negeri (% populasi) |
22 |
Jumlah donatur keseluruhan (% populasi) |
82 |
Jumlah donasi keseluruhan (% pendapatan) |
1,55 |
Jumlah pekerja sukarela (% populasi) |
31 |
Rata-rata jam bekerja sukarela per orang |
8 |
Penilaian kemurahan hati diri sendiri (skala 0-7) |
4,3 |
Kepercayaan terhadap galang dan (skala 0-15) |
9,9 |
Seberapa penting galang dana (skala 0-15) |
10,6 |
Metode pengumpulan data untuk laporan tahun ini, menggunakan panel survei daring, penyusunan pertanyaan survei juga dibantu oleh mitra dalam negeri di berbagai negara. Namun jumlah negara yang masuk dalam survei tahun ini sedikit berkurang, jadi hanya 101 dari yang sebelumnya mencapai 150 lebih, karena keterbatasan dalam metode baru.
Target sampel merupakan orang dewasa atau penduduk berusia 18 tahun ke atas, dengan sebaran umur, jenis kelamin, dan penghasilan yang merata untuk mewakili populasi sampel. Jumlah responden masing-masing negara bervariasi mulai dari 250 orang hingga 1.000 lebih orang, semakin tinggi populasi sebuah negara umumnya sampel yang diambil akan lebih banyak.
Beda Negara, Beda Cara Tolong Sesama
Jika dilihat per kategori penilaian, dapat terlihat perbedaan yang jelas bagaimana masing-masing negara di dunia dalam menolong sesama. Negara-negara maju memiliki kecenderungan untuk berdonasi melalui penggalangan dana, sementara negara-negara berpenghasilan menengah cenderung berdonasi secara langsung kepada penerima, maupun melalui lembaga/organisasi keagamaan.
Sedikit sulit untuk memutuskan siapa negara paling dermawan pada tahun 2025, memang beberapa negara bisa masuk dalam peringkat sepuluh besar di hampir setiap kategori, seperti Nigeria yang bisa masuk sepuluh besar di 10 dari 14 kategori. Namun, masing-masing negara di dunia memiliki caranya sendiri dalam membantu sesama. Ada negara yang lebih senang membantu melalui donasi, dan ada pula negara yang lebih suka terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan sukarela. Ada negara yang mampu memberi donasi lebih banyak, terdapat pula negara yang hanya dapat membantu seadanya.
Laporan ini tidak diperuntukkan untuk menjadi ajang perlombaan dan ajang menjatuhkan negara lain. Sejatinya laporan ini hanya menggambarkan bagaimana perilaku sebuah populasi dalam menolong sesama, dan sebagai pengingat bagi diri pribadi untuk selalu menolong sesama, sesuai dengan kemampuan diri.
Baca Juga: Indonesia Jadi Negara yang Paling Suka Berdonasi
Sumber:
https://www.cafonline.org/insights/research/world-giving-index
https://www.cafonline.org/docs/default-source/inside-giving/wgi/wgi_2024_report.pdf
https://www.worldgivingreport.org/explore-the-data#
https://cdn.prod.website-files.com/67d1838beb72321adb3f57fc/6835d4af270837ade1cbbdeb_WGR%20Method%20Statement%202025%20-%20FINAL%20(1).pdf
Penulis: Bintang Ridzky Alfathi
Editor: Editor