Badai Melissa mengguncang kawasan Karibia dengan kekuatan luar biasa pada akhir Oktober 2025.
Dengan kecepatan angin mencapai 295 km/jam, badai kategori 5 ini disebut sebagai yang terkuat di abad ini dan meninggalkan jejak kehancuran besar di Jamaika hingga Kuba.
Melintasi Samudra Atlantik dan Laut Karibia
Melissa terbentuk dari gelombang tropis di Samudra Atlantik bagian timur, kemudian bergerak perlahan melintasi Laut Karibia menuju barat laut.
Proses penguatan badai dipicu oleh suhu permukaan laut yang tinggi dan kelembaban ekstrim di atmosfer.
Arah pergerakan badai ini dimulai dari timur Atlantik menuju Jamaika, lalu terus bergerak ke Kuba dan Bahama bagian tenggara.
Badai ini melintasi jalur klasik badai Atlantik, dengan pergerakan dominan dari timur ke barat laut, sebelum akhirnya melemah di atas perairan utara Karibia.
Negara-negara yang Dilewati
Badai Melissa tahun 2025 melintasi sejumlah negara di kawasan Karibia dengan kekuatan dahsyat. Jamaika menjadi wilayah paling parah terdampak dengan kecepatan angin mencapai 295 km/jam, menjadikannya badai terkuat yang pernah menghantam negara tersebut sejak 1851.
Di Haiti dan Republik Dominika, badai kategori 5 ini menimbulkan hujan ekstrem, tanah longsor, serta kerusakan infrastruktur dan pemadaman listrik di berbagai daerah.
Saat bergerak menuju Kuba, kekuatan badai sedikit menurun ke kategori 4, namun tetap memaksa 700.000 penduduk untuk dievakuasi akibat gelombang tinggi dan curah hujan hingga 51 cm.
Sementara itu, Bahama bagian tenggara menjadi lokasi awal pembentukan badai ketika masih berada pada kategori 3 dengan pergerakan lambat ke arah timur laut.
Secara keseluruhan, lintasan Melissa menunjukkan skala kerusakan besar dan menegaskan statusnya sebagai salah satu badai paling kuat dalam sejarah modern Karibia.
Dampak Global dan Peringatan Iklim
Fenomena Badai Melissa menjadi pengingat nyata bahwa meningkatnya intensitas dan frekuensi badai super di era perubahan iklim.
Pemanasan global yang terus meningkat menyebabkan suhu permukaan laut naik, memperkuat energi pembentuk badai hingga mencapai kategori tertinggi.
Bencana ini sekaligus menegaskan urgensi kerja sama internasional dalam menekan emisi karbon dan memperkuat sistem peringatan dini demi melindungi jutaan jiwa di kawasan rawan bencana.
Baca Juga: Fakta dan Data Terkini Angin Topan Super Ragasa
Sumber:
https://www.nhc.noaa.gov/graphics_at3.shtml?start#contents
Penulis: Angel Gavrila
Editor: Muhammad Sholeh