Environmental Performance Index (EPI) merilis data terkait negara mana yang paling “hijau” dan ramah lingkungan di dunia tahun 2022. Data tersebut mengklasifikasikan 180 negara dengan Indeks Kinerja Lingkungan terbaik yang dicatat berdasarkan banyak matriks untuk membandingkan hingga menganalisis kinerja tiap negara dalam persoalan iklim dan lingkungan.
Denmark menempati posisi pertama dengan Indeks Kinerja Lingkungan terbaik dengan total skor 77,90. Tak jauh dari Denmark, Britania Raya dan Finlandia berada di posisi dua dan tiga dengan Indeks Kinerja Lingkungan terbaik dengan masing masing skor 77,70 dan 76,50.
Ironis, Amerika Serikat yang punya citra sebagai negara metropolitan dan futuristik punya peringkat yang jauh lebih baik dari Indonesia. Amerika Serikat berada di urutan 43, sementara Indonesia berada di urutan 164. Bahkan jika dibandingkan dengan Malaysia sebagai negara tetangga yang memiliki luas lebih kecil, Indonesia masih terpaut 30 peringkat di bawah Malaysia yang duduk di posisi ke 130.
Meski, memiliki banyak sumber daya alam dan punya kawasan hutan yang luas rupanya tidak cukup menjadikan Indonesia ada di jajaran 100 besar negara paling hijau di dunia.
Banyak aspek penting yang menjadi tolok ukur negara dikatakan hijau dengan standar EPI. Beberapa indikator yang digunakan dalam penilaian tersebut meliputi mitigasi perubahan iklim, ketersediaan habitat flora dan fauna, manajemen sampah, dan kualitas udara. Indikator-indikator penilaian tersebut akan coba kami ulas satu per satu.
Mitigasi perubahan kklim
Indeks Mitigasi Perubahan Iklim menjadi salah satu indikator penilaian EPI. Dalam data tersebut, peringkat satu hingga empat juga ditempati oleh negara-negara dengan Indeks Kinerja Lingkungan terbaik yaitu Denmark, Britania Raya, Finlandia, dan Malta.
Untuk diketahui mitigasi perubahan iklim diukur melalui NDC (Nationally Determined Contribution) atau komitmen negara untuk penanganan perubahan iklim. NDC sendiri disusun oleh tiap negara dan dihimpun oleh UN (United Nations) pasca perjanjian paris pada tahun 2015.
Denmark menempati peringkat pertama dengan total skor Indeks Mitigasi Perubahan Iklim di angka 92,40, disusul dengan Britania Raya dan Finlandia dengan masing masing skor di angka 91,50 dan 83,60. Sayangnya, Indonesia berada di peringkat ke 162 dari 180 dalam ranking Indeks Mitigasi Perubahan Iklim dengan skor indeks 23,20.
Ketersediaan habitat flora dan fauna
Kanada menjadi negara dengan Indeks Ketersediaan Habitat Flora dan Fauna tertinggi dengan skor indeks sebesar 78,60. Peringkat dua dan tiga berhasil ditempati Singapura dan Suriname dengan skor indeks sebesar 78,10 dan 77,90.
Indonesia yang kaya dengan flora dan fauna, berhasil masuk ke dalam urutan 51 dari 180 perihal ketersediaan Habitat Flora dan Fauna. Mengingat pemerintah telah genjar menetapkan kawasan konservasi dan taman nasional di beberapa Provinsi untuk menjaga kelestarian flora dan fauna, peringkat ke-51 dalam aspek ketersediaan habitat flora dan fauna bukanlah hal yang mengherankan.
Manajemen sampah
Tentu saja permasalahan lingkungan tak akan luput dari manajemen sampah. Permasalahan sampah semakin menjadi ketika sampah tak lagi hanya mengganggu lingkungan darat, namun juga sampah yang ada di lautan.
EPI memberikan skor 79,10 untuk Indeks Manajemen Sampah Luksemburg dan menjadikan Luxemburg sebagai negara yang memiliki penanganan sampah terbaik secara global. Disusul Austria dan Switzerland dengan masing masing skor 77,40 dan 76,40.
Untuk permasalahan sampah plastik di laut. EFP juga merilis data skor Indeks Sampah Plastik di Lautan. EFP menjelaskan bahwa semakin besar skor indeks, artinya sampah plastik di lautan negara tersebut semakin minim.
Antigua dan Barbuda menjadi negara dengan Indeks Plastik Lautan terbaik di angka 83,70. Peringkat dua dan tiga dengan skor Indeks Sampah Plastik di Lautan terbaik ditempati oleh negara Dominika dan Samoa dengan skor masing-masing 74,30 dan 73,60.
Kualitas udara
Kualitas udara juga menjadi matrik pengukuran EFP untuk mengatakan seberapa Hijaunya sebuah negara. Islandia menjadi negara dengan kualitas udara terbaik dengan skor 96,00 disusul Swedia dan Finlandia yang memiliki perbedaan skor cukup tipis dan berada di peringkat dua dan tiga dengan masing masing skor 94,00 dan 93,50.
Cukup disayangkan, Indonesia berada di posisi ke 152 dari 180 perihal kualitas udara. Beberapa faktor penyebab buruknya kualitas udara di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh pencemaran akibat asap kendaraan bermotor dan semakin tingginya konsentrasi polutan.
Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya