Job fair, ajang yang seharusnya menjadi jembatan bagi pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan, justru menjadi sorotan akibat kericuhan yang terjadi. Peristiwa di Bekasi Pasti Kerja Expo di President University, Cikarang Utara, pada Selasa (27/5/2025), viral karena membludaknya pelamar yang berujung pada aksi saling dorong hingga adu jotos.
Tingginya antusiasme ini sekaligus menggambarkan defisit lowongan kerja yang signifikan di berbagai provinsi. Namun, di balik semangat para pelamar, muncul kabar mengejutkan bahwa banyak job fair diduga hanya formalitas belaka. Isu ini memicu kekecewaan dan memunculkan pertanyaan tentang efektivitas acara semacam ini dalam menjawab kebutuhan nyata masyarakat akan pekerjaan.
Kabar tersebut lalu ditanggapi oleh Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, yang mengecam keras tuduhan tersebut setelah ditemui awak media pada Minggu (1/6/2025).
“Nah itu pernyataan yang gak bertanggung jawab, formalitas. Saya minta HRD-nya untuk segera dipecat itu,” ujarnya.
Baca Juga: Indonesia Duduki Peringkat Ke-7 Pengangguran Tertinggi di Asia 2025
Membludaknya Job Fair
Acara Bekasi Pasti Kerja Expo menjadi sorotan setelah puluhan ribu pencari kerja memadati lokasi, jauh melebihi kuota awal yang hanya diperuntukkan bagi 2.000 pelamar. Kerumunan ini memicu kericuhan ketika para pelamar berebut mendekati pamflet berisi QR Code daftar perusahaan peserta yang ditempel di dinding.
Situasi semakin memanas karena banyak pelamar yang telah mengantre sejak pagi kehilangan kesabaran, hingga beberapa orang pingsan akibat desak-desakan.
Kejadian ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Ketidaksiapan penyelenggara dalam mengelola jumlah peserta yang jauh melebihi perkiraan memperparah situasi, hingga berujung pada aksi saling dorong dan adu jotos.
Defisit Lowongan Kerja Tiap Provinsi
Data terakhir (2024) oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan adanya kesenjangan besar antara jumlah pencari kerja dan lowongan yang tersedia di berbagai provinsi. Jawa Barat, misalnya, memiliki 296.636 pencari kerja, tetapi hanya menyediakan 148.663 lowongan, menunjukkan defisit yang signifikan.
Provinsi lain seperti Jawa Tengah (179.414 pencari kerja vs 131.741 lowongan) dan Lampung (31.259 pencari kerja vs 9.539 lowongan) juga menghadapi masalah serupa, memperlihatkan tantangan besar dalam penyerapan tenaga kerja.
Kondisi ini menjelaskan mengapa job fair selalu dipadati pelamar. Banyaknya pengangguran, terutama di kalangan muda, mendorong mereka untuk memanfaatkan setiap peluang, meskipun harus bersaing dengan ribuan orang lain. Namun, keterbatasan lowongan kerja membuat peluang tersebut seringkali hanya menjadi harapan kosong bagi sebagian besar pelamar.
Isu Formalitas Job Fair: Kepercayaan Publik di Ujung Tanduk
Kabar mengejutkan muncul ketika seorang staf HRD dari perusahaan dalam negeri menyebut bahwa sebagian besar job fair hanya formalitas belaka, diduga karena tekanan pemerintah agar perusahaan berpartisipasi. Pernyataan ini memicu reaksi keras dari Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, yang menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Namun, di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan X, banyak netizen yang mengaku tidak terkejut dan justru menyebut pernyataan itu sebagai fakta yang sudah lama diketahui.
Beredar pula komentar oleh akun anonim yang mengaku sebagai HRD bahwa 90% job fair hanya menjadi ajang seremonial, di mana perusahaan yang ikut serta tidak benar-benar membuka lowongan.
“Aku salah satu staf HRD dan 90% job fair seperti ini itu hanya FORMALITAS karena perusahaan dipaksa oleh pemerintah untuk mengikuti kegiatan ini, padahal kita lagi nggak cari pekerja,” tulisnya
Hal ini membuat banyak pencari kerja merasa dipermainkan, terutama karena mereka telah mengeluarkan waktu, tenaga, dan biaya untuk menghadiri acara tersebut. Sebagai alternatif, banyak netizen merekomendasikan platform pencari kerja online yang dianggap lebih transparan dan efisien.
“Berarti kurang ajar itu. Ya kalau seandainya butuh investigasi, kita investigasi. Makanya maksud saya, HRD-nya siapa? Jangan bikin hoaks saya,” tegas Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, menanggapi komentar tersebut.
Baca Juga: Lulusan SMA Sumbang Pengangguran Terbanyak di Indonesia
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor