Laporan audit Sungai Watch 2024 menempatkan Aqua sebagai brand yang paling banyak timbulkan sampah plastik di Bali dan Banyuwangi. Terdapat 10 brand penyumbang sampah plastik terbanyak di kedua wilayah tersebut, masing-masing berasal dari induk perusahaan yang berbeda.
Tahun lalu, Sungai Watch memperluas jangkauan auditnya ke Banyuwangi. Sebelumnya, audit baru dilakukan di wilayah Bali. Menurut keterangan Sungai Watch, Jawa dan Bali menjadi lokasi krusial tren sampah plastik.
Sampah plastik yang dikumpulkan berasal dari sungai, tempat pembuangan sampah terbuka, hutan bakau, sawah, serta pantai. Totalnya mencapai 623.021 item sampah terkumpulkan. Akan tetapi, ada 48.760 item yang tidak dapat teridentifikasi.
Polusi sampah plastik merupakan risiko dari pilihan perusahaan yang terus menggunakan bahan ini. Berdasarkan laporan audit tersebut, Wings merupakan induk perusahaan yang paling banyak sumbang sampah plastik.
Dari 52.600 sampel sampah produk Wings, teridentifikasi 60 brand berbeda. Top 5 jenis sampah plastik yang ditemukan adalah sampah minuman kemasan cup, susu botol polyethylene terephthalate (PET), kecap kemasan sachet, mi instan kemasan sachet, dan produk pencuci piring kemasan sachet.
Kemudian, Danone sebagai induk perusahaan dari ragam produk air mineral, paling banyak sumbang sampah plastik berupa botol PET, kemasan cup, dan hard plastic. Sebanyak 39.480 item dari perusahaan ini diaudit.
Sementara itu, terdapat 34.043 item dari Indofood yang teraudit. Jenis sampah plastik yang paling banyak ditemukan adalah susu tetra pak, susu hard plastic, susu kemasan sachet, dan mi instan kemasan sachet.
Air Kemasan Sebagai Pilihan Aman
Menurut catatan Sungai Watch, meskipun Indonesia termasuk wilayah dengan curah hujan tinggi dan sumber daya air melimpah, akses air minum bersih belum terakomodasi dengan maksimal.
Di daerah pedesaan misalnya, akses air ledeng yang bersih masih belum merata. Pun apabila ingin menggunakan air tanah di perkotaan, airnya seringkali sudah tercemar polusi industri, atau memang memiliki sanitasi dan pengolahan yang buruk.
Dengan demikian, air minum dalam kemasan seperti galon maupun botol plastik masih menjadi alternatif pilihan. Dampaknya, sampah yang ditimbulkan semakin banyak.
Salah satu langkah yang dilakukan Danone untuk mengurangi sampah plastik dari produk minumannya adalah mengeluarkan Aqua kemasan PET berukuran 220 ml. Produk ini akan menggantikan Aqua kemasan cup (polypropylene (PP)). Akan tetapi, Sungai Watch menemukan produk cup tersebut masih beredar di pasaran.
Plastik PET lebih mudah terurai dari plastik PP. Harga yang dibandrol Aqua untuk minuman kemasan PET ini juga sedikit lebih mahal. Masalahnya, jika minuman kemasan cup juga masih tersedia di pasaran, konsumen rentan memilih yang lebih murah, tanpa mempertimbangkan mana yang lebih cepat terurai.
Upaya lain, Danone juga telah mengoperasikan sistem isi ulang galon 19 liter. Langkah ini dinilai dapat membantu mengurangi limbah plastik.
Perlunya Aturan yang Mengikat
Kampanye berisi komitmen menjaga keberlanjutan lingkungan dinilai tidak cukup menjawab persoalan sampah plastik. Perusahaan perlu memiliki tanggung jawab untuk melakukan langkah antisipasi, kemudian mengelola sampah plastik yang dihasilkan, didukung oleh regulasi yang mengikat.
Selain perusahaan, pemerintah juga berperan besar melalui regulasi dan pengawasan yang dilakukan. Sejumlah regulasi untuk mengurangi sampah plastik sudah beberapa kali dikeluarkan di beberapa daerah. Di Jakarta dan Bali misalnya, penggunaan kantong plastik dilarang sejak 2020 dan 2019. Akan tetapi, penerapannya belum konsisten.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen menyebut bahwa produsen harus mengurangi sampah plastik yang dihasilkan hingga 30% sebelum 2029. Aturan ini tidak akan efektif tanpa pengawasan yang ketat.
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup, Novrizal Tahar, menyampaikan bahwa di tingkat nasional, sejumlah kementerian tengah mengumpulkan langkah konkret untuk mengurangi sampah laut. Langkah yang akan dilakukan di antaranya menerapkan kebijakan dan melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik.
World Bank juga memberikan sejumlah rekomendasi, yaitu dengan mengurangi produksi dan konsumsi sampah plastik, meningkatkan pengumpulan dan efisiensi pengolahan sampah, meningkatkan infrastruktur daur ulang sampah, memperkenalkan insentif keuangan untuk alternatif keberlanjutan, serta mempertegas aturan dan penegakan hukum.
Baca Juga: Negara Pemasok Sampah Plastik Terbanyak ke Indonesia 2024
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor