Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia?

Menurut laporan Populix, terdapat beberapa perilaku yang telah diterapkan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Apa saja?

Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia? Ilustrasi sedang memilah sampah plastik | Rawpixel.com/Freepik

Permasalahan sampah di tanah air seolah tak pernah selesai. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan berdampak panjang bagi kerusakan alam dan kelangsungan hidup manusia.

Merujuk pada Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2022, jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton berdasarkan hasil input dari total 202 kabupaten/kota se-Indonesia.

Adapun dari total produksi sampah tersebut, sebanyak 13,9 juta ton atau sekitar 65,71% sampah dilaporkan dapat terkelola. Sedangkan sisanya sebanyak 7,2 juta ton atau 34,29% masih belum terkelola dengan baik.

Untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia, diperlukan kontribusi dan partisipasi dari semua pihak. Sehubungan dengan hal ini, Populix dalam laporannya yang bertajuk Empowering Circular Economy & Engaging Stakeholders for Effective Waste Management mengkaji mengenai peran dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Populix melaporkan, dari total 1.018 orang yang disurvei, 73% responden memiliki kesadaran untuk melakukan pengelolaan sampah. Adapun, 80% responden juga mendorong orang terdekatnya untuk berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah, seperti membawa tas belanja dan botol air minum dari rumah.

Inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sampah | Goodstats

Berkaitan dengan hal tersebut, Populix merangkum beberapa kegiatan yang biasa dilakukan individu dalam pengelolaan sampah. Hasilnya, perilaku membawa tas belanja sendiri menjadi inisiatif yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat dengan persentase 80% responden.

Lalu, disusul oleh perilaku membawa botol minum sendiri dengan perolehan 75%. Selain itu, ada pula beberapa perilaku lainnya, yaitu membawa wadah makan sendiri (53%), daur ulang sampah plastik (45%), memakai sedotan yang bisa dipakai berulang kali (42%), memakai tas dari kertas (36%), serta mengembalikan kemasan/botol ke brand/toko tertentu (18%).

Sementara itu, pemerintah baik pusat dan daerah dilaporkan bakal terus mengupayakan dan menjalankan program kolaboratif dan persuasif antar pemangku kepentingan. Tak hanya pemerintah, kesadaran kolektif dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah juga menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.

Sekretaris Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) berharap agar Gerakan Indonesia Bersih dapat menjadi gerakan sosial kolaboratif untuk membina mental masyarakat agar sadar dan paham akan permasalahan sampah.

“Pola tradisional pengelolaan sampah: kumpul - buang – angkut harus ditinggalkan dan mulai mengubah perilaku dengan upaya memilah sampah di rumah melalui gaya hidup 3R (reduce, reuse, recycle),” ujar Gatot.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Work From Home Ternyata Tidak Selamanya Baik Untuk Kesehatan

Metode bekerja dari rumah ternyata memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Lantas, bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Pasca Lebaran 2024, Jakarta Diprediksi Bakal Sepi Pendatang

Tahun ini, Dukcapil DKI Jakarta memperkirakan jumlah pendatang baru di Jakarta usai Lebaran hanya mencapai 15 ribu hingga 20 ribu orang.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X