Pasangan muda yang baru memiliki atau sedang merencanakan kehadiran buah hati perlu memahami berbagai faktor yang menunjang kesehatan anak sejak dini. Salah satu aspek penting yang tidak boleh diabaikan adalah pemberian imunisasi dasar. Langkah ini menjadi fondasi utama bagi perlindungan kesehatan anak agar tidak mudah terjangkit penyakit, sekaligus mengurangi risiko komplikasi serius saat terpapar.
Dalam Perpres Nomor 60 Tahun 2013 dijelaskan bahwa anak usia dini (AUD) adalah individu sejak berada dalam kandungan hingga berusia enam tahun. Pada rentang usia tersebut, pemberian imunisasi memegang peran penting karena sistem imun anak masih berkembang dan membutuhkan perlindungan tambahan terhadap berbagai penyakit menular. Tanpa imunisasi, anak berisiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 63,88% anak usia 12-23 bulan telah memperoleh imunisasi dasar lengkap. Capaian ini cukup menggembirakan, tetapi masih menyisakan pekerjaan rumah mengingat masih ada sebagian anak yang belum terlindungi secara optimal. Salah satu temuan menarik dari data tersebut adalah adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan kelengkapan imunisasi yang diterima anak.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Baduta Penerima Imunisasi Lengkap Tertinggi 2024
BPS mencatat bahwa anak dari ibu yang tamat kuliah memiliki tingkat kelengkapan imunisasi tertinggi dengan 70,56%. Angka tersebut menurun pada kelompok ibu tamat SMA sebesar 64,97%, tamat SMP sebesar 62,84%, tamat SD sebanyak 57,81%, dan terendah pada ibu yang tidak tamat SD dengan 47,25%. Pola ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, semakin besar kesadaran dan pemahaman mereka tentang pentingnya imunisasi sebagai investasi kesehatan jangka panjang bagi anak.
Jika dikaitkan dengan kondisi ekonomi, akses imunisasi sebenarnya tidak menjadi hambatan utama. Kementerian Kesehatan RI menegaskan bahwa pemerintah telah menyediakan 14 jenis imunisasi dasar secara gratis di puskesmas, posyandu, dan berbagai fasilitas kesehatan lainnya. Artinya, informasi dan pemahaman tentang pentingnya imunisasi lebih berpengaruh dibandingkan kemampuan finansial keluarga.
Pada akhirnya, imunisasi bukan hanya hak anak, tetapi juga bentuk tanggung jawab orang tua dalam memastikan masa depan kesehatan yang lebih baik. Penyakit seperti campak, polio, hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, dan tetanus tetap menjadi ancaman nyata tanpa perlindungan imunisasi. Dengan pemahaman yang baik dan akses layanan kesehatan yang tersedia, orang tua dapat membantu memastikan setiap anak tumbuh lebih sehat dan terlindungi sejak awal kehidupannya.
Baca Juga: Deretan Masalah Kesehatan yang Paling Dikhawatirkan Gen Z
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/12/05/0aa15c4692d4dbc27049aa33/profil-anak-usia-dini-2025.html
Penulis: izzul wafa
Editor: Editor