Tidak Hanya Pertengkaran, Judi & Mabuk Juga Jadi Alasan Banyaknya Perceraian di Indonesia

Terlepas dari penyebabnya, perceraian sering kali menjadi keputusan yang sulit dan penuh pertimbangan.

Tidak Hanya Pertengkaran, Judi & Mabuk Juga Jadi Alasan Banyaknya Perceraian di Indonesia Ilustrasi Perceraian | Shutterstock

Perceraian merupakan salah satu peristiwa besar dalam kehidupan yang menandai berakhirnya ikatan pernikahan secara hukum. Dalam banyak kasus, perceraian bukan hanya sekadar pemisahan antara dua individu, tetapi juga membawa dampak secara emosional, sosial, dan ekonomi bagi pasangan yang bercerai, anak-anak, serta keluarga besar.

Meskipun pernikahan diharapkan menjadi hubungan yang langgeng, kenyataannya tidak semua pasangan mampu mempertahankan rumah tangga mereka hingga akhir hayat.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan perceraian, dan setiap pasangan memiliki alasan serta dinamika yang berbeda dalam menghadapi konflik rumah tangga. Faktor-faktor ini dapat muncul secara perlahan atau terjadi secara tiba-tiba, bergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh pasangan.

Beberapa pasangan mungkin mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri satu sama lain, sementara yang lain mungkin menghadapi tekanan dari lingkungan eksternal yang berpengaruh terhadap hubungan mereka.

Sebagian besar perceraian di Indonesia terjadi akibat pertengkaran atau perselisihan | GoodStats

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penyebab utama perceraian sepanjang tahun 2024 didominasi oleh pertengkaran atau perselisihan, dengan jumlah kasus mencapai 251.125.

Hal ini mencerminkan bahwa konflik dalam rumah tangga masih menjadi tantangan besar bagi banyak pasangan. Ketidakmampuan dalam menyelesaikan perbedaan pendapat, komunikasi yang buruk, serta kurangnya toleransi dapat memicu ketegangan yang berujung pada perceraian.

Selain itu, masalah ekonomi menjadi faktor kedua terbanyak dengan 100.198 kasus. Kesulitan finansial sering kali menambah tekanan dalam rumah tangga, terutama jika salah satu pasangan merasa terbebani atau tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Keadaan ini dapat menyebabkan ketegangan emosional, perasaan frustrasi, hingga kehilangan kepercayaan dalam hubungan pernikahan.

Penyebab perceraian lainnya yang cukup signifikan adalah pasangan yang meninggalkan keluarganya, dengan jumlah kasus mencapai 31.265. Ketika salah satu pasangan pergi tanpa kejelasan atau tidak lagi menjalankan tanggung jawabnya, hal ini sering kali memicu ketidakstabilan dalam rumah tangga, yang akhirnya berujung pada perceraian.

Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) juga menjadi penyebab yang cukup tinggi, dengan 7.256 kasus. KDRT tidak hanya berdampak pada korban secara fisik, tetapi juga secara psikologis, sehingga banyak pasangan memilih perceraian sebagai jalan keluar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih aman dan sehat.

Beberapa penyebab lain yang turut berkontribusi terhadap tingginya angka perceraian antara lain judi (2.889 kasus), mabuk (2.004 kasus), dan pasangan yang dihukum penjara (1.335 kasus). Perilaku destruktif seperti judi dan mabuk dapat merusak kepercayaan dalam pernikahan, sementara hukuman penjara dapat menciptakan jarak dan ketidakpastian dalam hubungan.

Faktor-faktor lain seperti perselingkuhan atau zina (1.005 kasus), perubahan keyakinan atau murtad (1.000 kasus), serta poligami (849 kasus) juga menjadi pemicu perceraian. Ketiga faktor ini berkaitan dengan perubahan nilai dan komitmen dalam pernikahan yang bisa memicu konflik berkepanjangan.

Selain itu, terdapat faktor-faktor yang lebih jarang terjadi tetapi tetap menjadi alasan perceraian, seperti penyalahgunaan narkotika atau madat (436 kasus), pernikahan yang dipaksakan (307 kasus), dan kondisi fisik atau cacat badan (252 kasus).

Meskipun jumlahnya lebih kecil dibandingkan faktor utama lainnya, alasan-alasan ini tetap menunjukkan kompleksitas permasalahan dalam rumah tangga.

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa perceraian bukanlah hasil dari satu faktor tunggal, melainkan akumulasi dari berbagai permasalahan yang dihadapi pasangan.

Dengan memahami berbagai penyebab perceraian ini, diharapkan kesadaran serta pentingnya komunikasi, pemahaman, dan kesiapan dalam menghadapi tantangan pernikahan dapat meningkat, sehingga angka perceraian dapat ditekan di masa depan.

Baca Juga: 59% Gen Z Indonesia Akui Tingginya Tingkat Perceraian

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Tantangan Indonesia: Rendahnya Lulusan Pelajar Penyandang Disabilitas

Akses pendidikan terhadap penyandang disabilitas di Indonesia masih kurang merata, dengan masih rendahnya proporsi pelajar disabilitas di tanah air.

Mengetahui Kandungan Alkohol pada Arak, Bir, dan Tuak khas Indonesia

Berdasarkan PP RI Nomor 74 Tahun 2013, Indonesia memiliki beberapa jenis minuman beralkohol dan memiliki tiga kategori.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook