Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2024 pada Jumat (15/11). Tercatat, standar hidup layak berdasarkan pengeluaran per kapita per tahun orang Indonesia adalah Rp12,341 juta atau sekitar Rp1,03 juta per bulan selama 2024.
Angka tersebut tentunya menjadi perhatian karena selama 5 tahun terakhir IPM Indonesia rata-rata meningkat sebesar 0,75% yang tercermin dari kenaikan dimensi pembentuknya seperti standar hidup layak dan pengetahuan. BPS mencatat nilai standar hidup layak tahun ini meningkat Rp442 ribu atau 3,71% dari tahun sebelumnya (2023) yang sebesar Rp11,89 juta per tahun.
"Ini lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan 2020-2023 yang sebesar 2,61%," ujar Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers, Jumat (15/11).
Bergeser ke tingkat provinsi, Jakarta menempati posisi teratas menjadi provinsi dengan biaya standar hidup layak tertinggi, mencapai Rp19,953 juta per tahun atau setara Rp1,662 juta per bulan. Sementara itu, Papua Pegunungan berada di posisi terendah dengan biaya standar hidup layak sebesar Rp5,71 juta per tahun, atau sekitar Rp476 ribu per bulan.
Perbandingan Standar Biaya Hidup Layak Orang Jakarta dan Indonesia Per Bulan
Selama tiga tahun terakhir (2022–2024), terdapat tren kenaikan biaya hidup baik di Jakarta maupun secara nasional. Pada tahun 2022, rata-rata biaya hidup nasional mencapai Rp956 ribu per bulan. Sementara itu, biaya hidup di Jakarta sudah berada di angka Rp1,577 juta, atau hampir 65% lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
Memasuki 2023, standar biaya hidup nasional naik menjadi Rp991.583 per bulan, menunjukkan kenaikan sebesar 3,6%. Jakarta juga mengalami kenaikan biaya hidup menjadi Rp1,614 juta, meningkat sekitar 2,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kemudian, pada 2024, biaya hidup nasional melampaui angka Rp1 juta per bulan, yakni mencapai Rp1,028 juta. Jakarta kembali mencatat kenaikan, mencapai Rp1,662 juta per bulan. Dengan angka ini, Jakarta tetap menjadi wilayah dengan biaya hidup tertinggi, sekitar 62% lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
Baca Juga: Memahami Daya Tarik Gaya Hidup Minimalis di Mata Generasi Muda 2024
Dimensi Standar Hidup Layak dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Peningkatan standar hidup layak di Indonesia sejalan dengan kemajuan yang tercatat dalam IPM. Pada tahun 2024, IPM Indonesia mencapai 75,02, meningkat 0,63 poin atau 0,85% dibandingkan tahun sebelumnya (74,39). Selama periode 2020–2024, rata-rata pertumbuhan IPM adalah 0,75% per tahun, dengan pertumbuhan pada tahun 2024 mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Dimensi standar hidup layak menjadi salah satu kontributor utama peningkatan IPM ini, bersama dengan dimensi pengetahuan. Pada tahun 2024, pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan meningkat sebesar Rp442 ribu atau 3,71% dibandingkan tahun 2023.
Di sisi lain, peningkatan juga terlihat pada dimensi pengetahuan. Harapan lama sekolah (HLS) bagi anak usia 7 tahun meningkat dari 13,15 tahun pada 2023 menjadi 13,21 tahun pada 2024. Rata-rata lama sekolah (RLS) bagi penduduk usia 25 tahun ke atas juga naik dari 8,77 tahun menjadi 8,85 tahun.
Pada dimensi kesehatan, umur harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2024 meningkat menjadi 74,15 tahun, naik 0,22 tahun dibandingkan dengan bayi yang lahir pada tahun sebelumnya.
Standar Biaya Hidup Layak Indonesia Per Tahun (Juta)
Jika dihitung secara tahunan, biaya hidup layak nasional menunjukkan kenaikan yang stabil dari tahun 2020 hingga 2024. Pada 2020, rata-rata biaya hidup tahunan adalah Rp11,013 juta, setara dengan Rp917 ribu per bulan. Kenaikan mulai terlihat pada 2021, di mana biaya tahunan mencapai Rp11,156 juta, atau sekitar Rp929 ribu per bulan.
Pada 2022, biaya hidup tahunan naik menjadi Rp11,479 juta, dan melonjak lebih tinggi pada 2023 dengan angka Rp11,899 juta, menunjukkan kenaikan 3,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2024, angka ini melampaui Rp12 juta, tepatnya Rp12,341 juta, setara dengan Rp1,028 juta per bulan.
Baca Juga: Isu Biaya Hidup Jadi yang Paling Dikhawatirkan Gen Z
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor