Ragam Faktor Ekonomi yang Bikin Enggan Punya Anak

Deretan faktor ekonomi seperti keterbatasan finansial, harga rumah, hingga pengangguran membuat pasangan RI kurangi jumlah anak.

Ragam Faktor Ekonomi yang Bikin Enggan Punya Anak Potret Keluarga | Unsplash
Ukuran Fon:

Fenomena menurunnya minat untuk punya anak menjadi perhatian serius di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Dulu, mempunyai anak dipandang sebagai kewajiban, suatu hal lumrah yang harus dilakukan setelah menikah, bahkan menjadi simbol kebahagiaan dan keberkahan keluarga. Namun kini, banyak pasangan, terutama generasi muda, yang memilih buat menunda punya anak, bahkan sama sekali tidak berpikiran ingin memiliki anak. Pergeseran pola pikir ini mencerminkan perubahan nilai dan tantangan baru yang dihadapi generasi muda saat ini.

Terdapat berbagai faktor yang mendorong pasangan enggan memiliki anak, salah satunya adalah terkait faktor ekonomi. Survei dari United Nations Population Fund (UNFPA) menyebutkan bahwa sebagian masyarakat global memiliki lebih sedikit anak dibanding rencana awal ketika menikah. Dari 10.000 responden yang sudah atau ingin memiliki anak, 39% mengaku keterbatasan finansial memengaruhi keputusan mereka dalam memiliki keturunan.

Hal serupa juga ditemukan di Indonesia, di mana terdapat ragam keterbatasan ekonomi yang membuat pasangan mengurungkan niat untuk memiliki anak.

Ragam faktor ekonomi yang membuat orang Indonesia kurangi punya anak | GoodStats
Ragam faktor ekonomi yang membuat orang Indonesia kurangi punya anak | GoodStats

Sebanyak 39% responden Indonesia mengaku keterbatasan finansial jadi kendala utama dalam memiliki anak. Merawat dan membesarkan anak tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Banyak generasi muda yang merasa belum siap secara finansial untuk membesarkan anaknya, sehingga memilih mengurangi atau menunda punya keturunan.

Selain itu, terbatas perumahan, dalam arti terbatasnya ruang, harga rumah yang mahal, hingga biaya sewa yang tinggi, membuat pasangan Indonesia memilih menunda punya anak. Faktor ekonomi lain seperti tingginya pengangguran dan stabilitas pekerjaan hingga kurangnya fasilitas pengasuhan anak yang berkualitas juga jadi masalah.

Dengan semakin banyaknya pasangan yang memilih double income, banyak yang mengandalkan tempat pengasuhan anak untuk menitip buah hati di kala bekerja. Kurangnya fasilitas childcare yang berkualitas masih jadi isu, bahkan di sejumlah kota besar di Indonesia.

Isu Kesehatan Juga Diperhatikan

Selain masalah ekonomi, isu kesehatan juga jadi perhatian pasangan Indonesia. Sebanyak 10% responden Indonesia mengaku mengurangi anak karena kesehatannya yang kurang baik, 9% karena layanan kesehatan seputar kehamilan yang kurang baik, dan 6% akibat kesulitan melahirkan atau infertilitas.

Dengan demikian, bukan hanya finansial, banyak pasangan yang mengalami kendala akibat masalah kesehatan, yang membatasi mereka untuk memiliki keturunan.

Adapun survei dari UNFPA ini dilakukan dengan kerja sama YouGov, melibatkan 14.000 responden di 14 negara, mulai dari Indonesia, Korea Selatan, Thailand, Italia, Hungaria, Jerman, Swedia, Brasil, Meksiko, Amerika Serikat, India, Maroko, Afrika Selatan, hingga Nigeria.

Baca Juga: 56% Warga Indonesia Tunda Punya Anak pada 2024

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

5 Rumah Sakit Terbesar dan Terbaik di Indonesia 2025

Tujuh RS terbaik di Indonesia ini unggul dalam kapasitas, fasilitas medis modern, serta jaringan layanan yang luas, menjadikannya sebagai rujukan utama.

Komitmen Perusahaan Indonesia Tekan Deforestasi: yang Tertinggi Tak Sampai 60%

Bertanggung jawab atas kerusakan alam, bagaimana komitmen perusahaan-perusahaan atas pemulihannya?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook