Fenomena childfree terus merebak luas di kalangan masyarakat Indonesia. Keputusan untuk tidak memiliki anak secara sengaja, meski memiliki kesempatan dan sehat secara fisik, banyak menimbulkan pro dan kontra di Indonesia. Di satu sisi, sudah merupakan hak dari pasangan tersebut jika mereka memang tidak mau memiliki anak. Namun, norma sosial dan agama yang masih keras cenderung menentang praktik ini, karena dipandang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Di luar negeri, childfree sebenarnya sudah bukan lagi istilah yang asing. Konsep ini banyak diterapkan di negara-negara maju seperti Jepang dan Jerman, di mana pasangan di sana memang memutuskan untuk tidak memiliki keturunan meskipun mampu.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa di Indonesia, fenomena childfree juga semakin meningkat. Pada tahun 2024, sebanyak 56,26% pasangan usia subur (PUS) berusia 15-49 tahun tercatat sedang menggunakan alat keluarga berencana (KB) atau cara tradisional lain untuk menunda dan mencegah kehamilan.
Menurut BPS, jumlah pasangan usia subur di Indonesia yang memilih menggunakan alat KB atau cara lain untuk menunda atau mencegah kehamilan terus meningkat sejak 4 tahun terakhir. Pada 2020, terdapat 56,04% pasangan usia subur yang menunda kehamilan, turun tipis menjadi 55,06% pada tahun 2021. Selang 1 tahun berikutnya, nilainya naik menjadi 55,36% dan kembali bertambah tipis menjadi 55,49% pada 2023. Di tahun 2024, proporsinya mencapai 56,26%, tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Jika ditinjau dari provinsinya, maka Kalimantan Selatan jadi yang tertinggi dengan 70,08%, diikuti Lampung dengan 66,58%. Sebaliknya, pasangan yang menunda kehamilan paling sedikit ditemukan di Papua Tengah, proporsinya hanya 11,39%, diikuti oleh Papua Pegunungan (23,72%), Papua (27,22%), Papua Selatan (28,70%), dan Papua Barat Daya (29,39%).
Sejalan dengan itu, BPS juga menyebutkan bahwa persentase perempuan yang memilih untuk childfree di Indonesia terus meningkat. BPS sendiri mendefinisikan childfree sebagai individu atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun adopsi.
Pada 2022, 8,2% wanita usia produktif di Indonesia, atau sekitar 71 ribu perempuan, memilih untuk childfree. Angka ini jadi yang tertinggi selama 4 tahun terakhir. Perempuan usia produktif adalah mereka yang berusia 15-49 tahun yang pernah menikah dan belum memiliki anak serta memilih untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Pada 2019, proporsi perempuan yang memilih childfree mencapai 7%, yang kemudian turun pada 2020 menjadi 6,3%. Nilainya kembali naik pada tahun berikutnya menjadi 6,5%.
Bukan Sekadar Angka
Keputusan untuk childfree tidak boleh dimaknai sebagai angka dan data belaka. Di Indonesia, keputusan childfree kebanyakan masih mengundang kontra. Pandangan bahwa fungsi sosial wanita adalah untuk mengasuh anak membuat perempuan cenderung disalahkan dalam keputusan ini. Masyarakat masih memandang dengan kacamata tradisional, bahwa ketika laki-laki dan perempuan menikah, maka mereka harus punya anak. Pasangan yang tidak punya anak akan dianggap sebagai aib keluarga, dan tidak jarang wanitalah yang disalahkan dalam hal ini.
Padahal, wanita bukan sekadar alat pengasuh anak, dan setiap pasangan berhak menentukan arah kebahagiaannya masing-masing, baik dengan maupun tanpa anak.
Ada beragam alasan dibalik keputusan childfree. Menurut psikolog Khadijah Al Makiyah, banyak pasangan memilih buat tidak mempunyai anak karena faktor finansial dan rasa traumatis pengasuhan di masa lalu.
"Lima dari tujuh penelitian semuanya hampir sama, alasan pasangan memilih childfree, dua yang selalu ada di setiap hasil penelitian. Pertama adalah faktor finansial dan yang kedua adalah traumatis pengasuhan di masa lalu." ujar Khadijah.
Tidak hanya itu, perempuan sekarang juga lebih fokus pada pengembangan diri dalam hal karier dan pendidikan, sehingga menikah bahkan mempunyai anak bukan lagi menjadi prioritas. Pencarian nilai-nilai diri kini banyak diutamakan perempuan Indonesia, menggambarkan kemajuan pesat dibandingkan dengan pikiran-pikiran tradisional dulu.
Pada akhirnya, anak bukanlah ukuran kebahagiaan pasangan suami istri. Membesarkan dan mengasuh anak membutuhkan persiapan yang tidak sedikit, baik secara mental maupun finansial. Pertimbangan matang bersama pasangan perlu diambil sebelum memutuskan untuk childfree maupun memiliki momongan.
Baca Juga: Berapa Usia Ideal buat Menikah?
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor