Pro dan Kontra Pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional

Mayoritas publik mendukung karena keberhasilan Soeharto menjadikan Indonesia swasembada pangan. Sementara itu, penolakan datang karena kasus KKN.

Pro dan Kontra Pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional Soeharto di Desa Lappo Ase | Wikimedia Commons
Ukuran Fon:

Setiap tahun mendekati tanggal 10 November, selalu ada beberapa tokoh yang diusulkan memperoleh gelar pahlawan nasional. Nama-nama tersebut berasal dari banyak wilayah di Indonesia dengan peran dan jasa yang beragam bagi bangsa. Setelah melalui pertimbangan panjang, beberapa tokoh kemudian diajukan kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan untuk dikaji secara mendalam.

Di antara banyaknya nama, mantan Presiden Indonesia, Soeharto, muncul dalam daftar dan ramai menjadi pembicaraan publik. Nama Soeharto dalam bingkai politik dan pemerintahan Indonesia memiliki citra yang beragam. Ada yang memandangnya sebagai ikon pembangunan Indonesia, dan ada pula yang melihatnya sebagai sosok keras dibalik pertahanan dan stabilitas negara.

Kondisi ini mendorong terciptanya diskusi dan perdebatan publik. Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik (Kedai Kopi) melakukan survei mengenai pandangan pro dan kontra masyarakat tentang pengajuan Soeharto sebagai pahlawan. Berikut temuannya.

Alasan Mendukung Pengangkatan

Ragam Alasan Publik Mendukung Pengangkatan Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional
Ragam Alasan Publik Mendukung Pengangkatan Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional | GoodStats

Hasil survei menunjukkan bahwa 78% responden mendukung pengangkatan Soeharto sebagai pahlawan karena keberhasilannya menciptakan swasembada pangan bagi Indonesia.

Keberhasilan ini tepatnya terjadi pada rentang tahun 1984-1988. Selama masa ini, Indonesia sukses memenuhi seluruh kebutuhan pangan dalam negeri khususnya dalam hal persediaan beras.

Capaian gemilang ini didapat melalui dedikasi penuh Soeharto dalam menciptakan ekosistem pengelolaan hasil tani yang solid dan sinergis. Beberapa langkah yang dilakukan adalah pembentukan koperasi untuk pemenuhan kebutuhan petani, pembentukan Bulog untuk mewadahi hasil pertanian, serta pendirian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) untuk peningkatan inovasi dan kualitas pertanian.

Selanjutnya, 77,9% publik mendukung karena kesuksesan Soeharto dalam membangun Indonesia. Seperti yang disebutkan sebelumnya, Soeharto dikenal masyarakat sebagai figur pelopor pembangunan.

Selama total 32 tahun, Soeharto membagi secara sistematis rencana pembangunan dalam Program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Program ini terbagi menjadi enam tahap di mana Repelita I berfokus pada pembangunan dasar di bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain. Lebih lanjut, Repelita II dan III fokusnya adalah pemerataan pembangunan, Repelita IV dan V berkonsentrasi pada upaya swasembada pangan serta Repelita VI yang fokusnya adalah pengembangan sumber daya manusia.

Setelahnya, 63,2% lainnya mendukung pemberian gelar ini karena sekolah dan sembako yang murah, disusul stabilitas politik yang baik (59,1%) dan jasa lainnya seperti memberantas Partai Komunis Indonesia (PKI), perjuangan kemerdekaan, dan lain-lain (10%). Ada pula yang menjawab tidak tahu sebanyak 0,4%.

Alasan Menolak Pengangkatan

Ragam Alasan Publik Menolak Pengangkatan Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional
Ragam Alasan Publik Menolak Pengangkatan Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional | GoodStats

Selain mendapat dukungan, usulan pengangkatan juga menuai banyak penolakan. Menurut data, 88% responden menolak karena adanya jejak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang ditinggalkan.

Budaya KKN telah lekat dengan citra diri Soeharto. Dahulu, banyak keluarga dan kerabatnya yang mendapatkan kemudahan akses dalam menjalankan usaha. Selain itu, dirinya juga banyak diingat publik karena kasus korupsi atas berbagai yayasan sosial yang didirikan.

Beranjak pada alasan penolakan kedua yakni pembungkaman pers dan masyarakat dalam berpendapat dengan capaian 82,7%. Pada saat itu, segala pandangan dan pendapat yang dinilai berpotensi mengganggu stabilitas negara, akan dibungkam dengan berbagai cara.

Lalu 79,6% lainnya menolak karena kasus pelanggaran HAM. Salah satu fenomena yang paling terkenal adalah kehadiran petrus atau penembak misterius yang mengadili residivis, preman, dan pelaku kriminal lain tanpa pengadilan.

Sementara itu, penolakan lain terjadi karena aktivitas melukai keluarga korban dalam peristiwa kontroversial (61,3%) dan merasa masih banyak tokoh lain yang layak mendapat gelar pahlawan (1,6%). Dibalik itu, terdapat sebagian kecil publik yang menjawab tidak tahu (2,1%).

Adapun survei dilakukan oleh Kedai Kopi selama 5-7 November 2025 terhadap 1.213 responden menggunakan metode Online Computerized Assisted Self Interview (CASI).

Baca Juga: Sentimen Publik terhadap Usulan Gelar Pahlawan Nasional Soeharto

Sumber:

https://kedaikopi.co/survei-pengangkatan-pahlawan-nasional/

Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor

Konten Terkait

Skor 1-0 Hasil Pertandingan Persib vs PSM, Maung Gusur Borneo FC di Posisi Teratas Klasemen Sementara

Persib naik ke puncak klasemen dengan poin 34.

Skor 2-1 Hasil Pertandingan Persik vs Persis, Sardula Seta Jaga Rekor Nirkalah di Kandang

Persik menang tipis atas Persis di depan publik sendiri.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook