Apakah Gen Z Masih Tertarik Untuk Memiliki Rumah?

Gen Z semakin tertarik dengan fleksibilitas yang ditawarkan oleh skema kepemilikan yang tidak mengharuskan mereka memiliki rumah secara langsung.

Apakah Gen Z Masih Tertarik Untuk Memiliki Rumah? Ilustrasi Membeli Rumah | Freepik

Kepemilikan rumah saat ini telah menjadi tantangan besar bagi banyak orang, terutama bagi generasi muda seperti generasi Z. Semakin tingginya harga properti membuat impian memiliki rumah sendiri terasa semakin jauh bagi banyak orang.

Dalam satu dekade terakhir, harga rumah terus mengalami kenaikan yang signifikan, bahkan melebihi laju pertumbuhan pendapatan rata-rata masyarakat.

Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat, terutama kalangan muda yang baru memulai karier, kesulitan untuk memenuhi syarat pembelian rumah secara konvensional.

Kondisi ini berdampak besar pada preferensi skema kepemilikan rumah di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi Z yang cenderung lebih fleksibel dalam memilih opsi kepemilikan. 

Jika sebelumnya membeli rumah dianggap sebagai tujuan jangka panjang dan investasi penting, kini banyak generasi muda yang lebih terbuka terhadap alternatif lainnya.

38% responden mengaku lebih tertarik dengan skema rent-to-own | GoodStats

Berdasarkan hasil survei Inventure, pilihan rent-to-own atau sewa dengan opsi beli menjadi yang paling populer, dengan 38% dari generasi Z memilih skema ini. 

Skema ini memungkinkan mereka menyewa rumah sambil mengumpulkan dana untuk memilikinya secara bertahap, memberikan fleksibilitas lebih besar dalam pengelolaan keuangan tanpa komitmen pembelian yang langsung. 

Rent-to-own dipandang sebagai solusi yang relatif terjangkau dan lebih realistis dalam jangka panjang bagi mereka yang ingin memiliki properti, tetapi merasa terhalang oleh tingginya harga rumah saat ini.

Selain rent-to-own, 34% generasi Z lebih memilih menyewa atau mengontrak rumah tanpa ada komitmen untuk membeli.

Ini mencerminkan kebutuhan generasi muda akan mobilitas tinggi, terutama yang masih dalam tahap awal karir dan sering berpindah tempat tinggal. Menyewa menjadi opsi yang ideal karena tidak menuntut tanggung jawab besar, baik dalam bentuk kredit jangka panjang maupun komitmen kepemilikan. 

Fleksibilitas ini memungkinkan generasi Z untuk beradaptasi dengan kondisi pekerjaan yang mungkin mengharuskan mereka pindah atau menyesuaikan dengan gaya hidup urban yang dinamis.

Di sisi lain, hanya 14% generasi Z yang memilih skema KPR bank untuk pembelian rumah. Minimnya pilihan ini mencerminkan kekhawatiran akan komitmen finansial jangka panjang serta suku bunga tinggi yang kerap memberatkan pembeli rumah pertama.

Sebanyak 8% generasi Z memilih opsi membangun rumah sendiri secara bertahap, yang juga mencerminkan tantangan biaya dalam kepemilikan rumah.

Meski waktu yang dibutuhkan untuk proses ini cukup panjang, metode ini menawarkan kontrol lebih besar terhadap biaya, terutama bagi mereka yang ingin merancang rumah sesuai kebutuhan tanpa harus langsung memiliki modal besar.

Hanya 6% generasi Z yang memilih untuk pindah ke daerah, pilihan yang lebih praktis untuk mendapatkan rumah dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan di kota besar.

Keputusan ini biasanya diambil oleh mereka yang memiliki pekerjaan yang tidak terikat lokasi atau menginginkan lingkungan yang lebih tenang.

Preferensi ini mengindikasikan kesadaran generasi Z bahwa tinggal di daerah bisa menjadi alternatif yang layak untuk memiliki rumah dengan harga yang relatif lebih rendah. 

Survei ini dilakukan pada September 2024 melalui wawancara langsung dengan 450 responden kelas menengah dari generasi milenial sebanyak 60% dan gen Z sebanyak 40%. Survei berlangsung di lima kota besar, yakni Jabodetabek, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Kombinasi pilihan ini menunjukkan bahwa generasi Z cenderung mencari solusi kepemilikan rumah yang lebih sesuai dengan keadaan ekonomi dan gaya hidup mereka, yang lebih fleksibel serta mengutamakan stabilitas finansial.

Baca Juga: 84,79% Rumah Tangga Indonesia Tempati Rumah Milik Sendiri

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Kurang Informasi Jadi Kendala Partisipasi Masyarakat dalam Politik Lokal, Bagaimana Solusinya?

Kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat mengenai politik menjadi pengaruh besar penyebab warga kurang berpartisipasi dalam politik lokal.

Peringkat Kebebasan Pers dan Indeks Kemerdekaan Pers Indonesia 2024 Turun Lagi

Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) Indonesia kembali mengalami penurunan pada tahun 2024. Kebebasan pers nasional pun berada dalam posisi yang kian rentan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook