Konflik Antar Negara Jadi Pemicu Utama Terjadinya Krisis Global 2025

Jika tidak ditangani dengan strategi yang tepat, krisis global dapat membawa konsekuensi jangka panjang.

Konflik Antar Negara Jadi Pemicu Utama Terjadinya Krisis Global 2025 Ilustrasi Konflik Antar Negara

Krisis global merupakan situasi di mana berbagai sektor kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial, hingga lingkungan, mengalami gangguan besar yang berdampak luas di seluruh dunia.

Krisis ini tidak hanya memengaruhi satu negara atau wilayah tertentu, tetapi juga memberikan efek domino yang bisa dirasakan oleh banyak negara lainnya.

Ketidakstabilan yang terjadi dalam suatu aspek dapat dengan cepat menyebar dan memperburuk kondisi global, menciptakan tantangan besar bagi masyarakat internasional dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas.

Berbagai faktor dapat menjadi pemicu terjadinya krisis global, mulai dari dinamika ekonomi yang tidak menentu, perubahan sosial yang mendadak, hingga gangguan terhadap sistem politik yang sudah mapan.

Selain itu, kondisi lingkungan yang semakin rentan juga berkontribusi terhadap meningkatnya risiko krisis di berbagai sektor. Ketika salah satu aspek terguncang, dampaknya bisa meluas ke sektor lainnya, memperparah situasi dan menciptakan ketidakpastian yang sulit dikendalikan.

Penting untuk memahami bahwa krisis global tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari berbagai tekanan yang terjadi secara bertahap.

23% responden menyatakan bahwa konflik antar negara menjadi hal yang paling berisiko memicu krisis global 2025 | GoodStats

Berdasarkan data dari World Economic Forum (WEF), krisis global paling berisiko dipicu oleh konflik antar negara, yang menempati peringkat tertinggi dengan 23%.

Ketegangan antar negara dapat menyebabkan instabilitas ekonomi, gangguan rantai pasok, dan ketidakpastian geopolitik yang berdampak luas. Konflik ini juga bisa memicu eskalasi yang berujung pada dampak sosial dan kemanusiaan yang lebih besar.

Selanjutnya, cuaca ekstrem menjadi faktor kedua dengan 14%. Perubahan iklim yang semakin nyata memperburuk kondisi lingkungan, mengancam ketahanan pangan, dan meningkatkan risiko bencana alam yang dapat melumpuhkan berbagai sektor ekonomi serta memperburuk krisis kemanusiaan.

Perang dagang menempati posisi ketiga dengan 8%, mencerminkan ketidakpastian dalam perdagangan internasional yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global. Ketika kebijakan proteksionisme meningkat, arus barang dan jasa terhambat, yang berujung pada inflasi serta melemahnya daya beli masyarakat.

Di urutan berikutnya, misinformasi dan disinformasi memiliki risiko sebesar 7%. Penyebaran informasi yang tidak akurat atau menyesatkan dapat menciptakan ketidakpercayaan publik, memperburuk perpecahan sosial, dan menghambat respons efektif terhadap berbagai krisis.

Perpecahan sosial, dengan 6%, juga berkontribusi terhadap instabilitas global. Ketika ketidaksetaraan dan polarisasi meningkat, ketegangan dalam masyarakat bisa meledak menjadi konflik yang lebih besar, memperburuk situasi politik dan ekonomi.

Sementara itu, perlambatan ekonomi dengan 5% menunjukkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan global yang lesu, yang dapat menyebabkan peningkatan pengangguran dan melemahkan kesejahteraan masyarakat.

Faktor lain yang juga menjadi ancaman adalah kerusakan ekologi (4%), yang dapat berdampak langsung pada sumber daya alam dan ketahanan pangan. Jika tidak segera diatasi, degradasi lingkungan akan memperburuk berbagai masalah yang sudah ada.

Kemudian, pengangguran (3%) menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi dapat memperburuk kualitas hidup masyarakat, memperlebar kesenjangan sosial, dan meningkatkan potensi krisis sosial.

Beberapa faktor lain yang memiliki risiko sebesar 2% tetapi tetap signifikan dalam menciptakan krisis global meliputi kriminalitas, perang siber, dampak negatif AI, kelangkaan sumber daya alam, pengungsian terpaksa, kesenjangan ekonomi, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Meskipun persentasenya lebih kecil, kombinasi dari faktor-faktor ini tetap berpotensi memicu dampak yang luas dan saling berkaitan dengan faktor utama lainnya.

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa krisis global tidak hanya berasal dari satu sumber, tetapi merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang saling berhubungan.

Jika tidak ditangani dengan langkah-langkah strategis, kombinasi dari berbagai ancaman ini dapat menciptakan ketidakstabilan yang lebih besar dan berkepanjangan di tingkat global.

Baca Juga: Inflasi hingga Kejahatan, Ini Deretan Hal yang Paling Dikhawatirkan Masyarakat Dunia

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Trump Putuskan AS Kembali ke Energi Fosil, Sebuah Kemunduran?

Trump memutuskan untuk kembali ke bahan bakar fosil dan membatalkan upaya transisi energi dalam rangka memperkuat ekonomi Amerika Serikat.

193 Nyawa Warga Palestina Masih Berjatuhan Pasca Gencatan Senjata

Meskipun sudah melakukan gencatan senjata, masih ada 193 warga Palestina kehilangan nyawa dalam rentang waktu 22 Januari hingga 28 Januari.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook