Kasus Juliana Marins, wisatawan asal Brasil yang meninggal saat mendaki Gunung Rinjani menambah daftar panjang kasus kecelakaan di kawasan pendakian. Juliana meninggal setelah terpisah dari rombongannya dan jatuh ke dalam kawah Gunung Rinjani saat malam hari saat malam hari. Ia diduga jatuh akibat terpeleset dari jalan setapak saat beristirahat.
Mendaki gunung memang merupakan kegiatan yang penuh dengan risiko dan memerlukan kondisi fisik yang mumpuni. Untuk menghindari kecelakaan yang kerap terjadi di kawasan pendakian, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menerbitkan Grading Jalur Pendakian Gunung di Kawasan Taman Nasional (TN) dan Taman Wisata Alam (TWA), sebagai panduan, bagi wisatawan dan pendaki yang akan melakukan aktivitas pendakian di kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam.
Apa Saja yang Dinilai?
Pemeringkatan jalur pendakian yang dilakukan oleh Kemenhut diukur menggunakan empat parameter dengan dua belas komponen di dalamnya. Pertama parameter morfologi jalur yang meliputi kemiringan lereng, jenis medan, panjang jalur, dan ketinggian (elevasi). Kedua, parameter geografis yang meliputi aksesibilitas, paparan bahaya alam, dan navigasi jalur.
Ketiga, parameter meteorologis yang meliputi curah hujan, suhu rata-rata, serta angin dan kabut. Terakhir, parameter biologis yang meliputi kondisi satwa liar, dan vegetasi beracun.
Masing-masing komponen dinilai dalam rentang 1-3, sehingga nilai maksimal dari setiap parameter akan berbeda tergantung dengan jumlah komponen penilaian yang ada di dalamnya. Parameter morfologi jalur memiliki nilai maksimal di angka 12, geografi di angka 12, meteorologis di angka 9, dan biologi di angka 6.
Penilaian dari keempat parameter tersebut akan dijumlah sebagai untuk selanjutnya dilakukan pemeringkatan, nilai yang semakin tinggi menggambarkan tingkat kesulitan jalur yang semakin tinggi pula.
Pemeringkatan Jalur Pendakian di Kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam
Tingkat 1
Jalur pendakian yang mendapatkan total skor di angka 12-15, masuk ke dalam tingkat 1 atau kategori sangat mudah. Berikut daftar jalur pendakian yang masuk dalam tingkat 1:
Di jalur pendakian tingkat 1, jalur yang tersedia terbentuk dengan jelas dan sebagian besar terkelola. Untuk pendakian di tingkat ini, dapat diselesaikan dalam satu hari atau kurang tanpa bermalam. Risiko yang ada jalur tingkat 1 tergolong sangat minim, dan pendakian tidak memerlukan alat bantu.
Tingkat 2
Jalur pendakian yang mendapatkan total skor di angka 16-20, masuk ke dalam tingkat 2 atau kategori mudah. Berikut daftar jalur pendakian yang masuk dalam tingkat 2:
Di tingkat ini, jalur pendakian yang ada masih terlihat jelas, namun ada kemungkinan bermalam atau melakukan perjalanan di malam hari. Pendaki yang mendaki pada tingkatan ini membutuhkan alat bantu dan persiapan yang baik.
Tingkat 3
Jalur pendakian yang mendapatkan total skor di angka 21-24, masuk ke dalam tingkat 3 atau kategori menengah. Berikut daftar jalur pendakian yang masuk dalam tingkat 3:
Di tingkat ini, sebagian kecil jalur pendakian masih tertutup, namun masih dapat diikuti. Pendaki yang mendaki pada jalur ini memerlukan satu kali bermalam, menguasai navigasi dasar, dan pengalaman mendaki yang sudah cukup terlatih.
Tingkat 4
Jalur pendakian yang mendapatkan total skor di angka 25-29, masuk ke dalam tingkat 4 atau kategori berat. Berikut daftar jalur pendakian yang masuk dalam tingkat 4:
Di tingkat ini, jalur pendakian cukup bervariasi, ada yang tertutup, curam, atau tidak terkelola. Perjalanan di jalur ini membutuhkan beberapa hari, dan pendaki yang mendaki pada jalur ini dianjurkan memiliki kemampuan pengelolaan fisik, logistic, dan peralatan yang baik, mahir menggunakan alat bantu mendaki, memiliki kemampuan navigasi lanjutan, serta memiliki dasar-dasar survival and rescue yang baik.
Tingkat 5
Jalur pendakian yang mendapatkan total skor di angka 30-36, masuk ke dalam tingkat 5 atau kategori sangat berat. Berikut daftar jalur pendakian yang masuk dalam tingkat 5:
Di tingkat ini, jalur pendakian sebagian besar sangat sulit, curam/terjal, dan banyak bagian belum terbuka. Durasi perjalanan akan sangat panjang dan memerlukan pembukaan jalur dan kemampuan dasar panjat tebing hingga teknik penyeberangan. Pendaki yang mendaki pada jalur ini dianjurkan menguasai penuh ilmu navigasi, teknik survival and rescue, serta kelengkapan peralatan pendakian.
Baca Juga: Jumlah Kecelakaan Pendakian di Berbagai Gunung Indonesia 2013-2024
Sumber:
https://kehutanan.go.id/work-plan
Penulis: Bintang Ridzky Alfathi
Editor: Editor