Jumlah Kecelakaan Pendakian di Berbagai Gunung Indonesia 2013-2024

Gunung Marapi di Sumatra Barat tercatat sebagai gunung dengan jumlah insiden kematian terbanyak dalam rentang waktu 2013-2024, yakni 25 kasus.

Jumlah Kecelakaan Pendakian di Berbagai Gunung Indonesia 2013-2024 Ilustrasi Gunung | Yudha Dwiyoko Putra/Pexels
Ukuran Fon:

Sebagai negara yang berada dalam kawasan pacific ring of fire, Indonesia merupakan rumah bagi 127 atau 13% gunung berapi aktif di dunia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Dengan banyaknya pilihan destinasi pendakian gunung yang menawarkan sensasi menantang diiringi keindahan memukau, menjadikan Indonesia surganya para pecinta alam. Tak heran jika setiap tahunnya ribuan pendaki dari dalam dan luar negeri menjelajahi jalur-jalur pendakian di berbagai penjuru nusantara.

Sebagaimana tercatat dalam berbagai laman resmi, dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas pendakian gunung di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, baik dari kalangan pemula maupun profesional.

Namun, meningkatnya jumlah pendaki juga dibarengi dengan bertambahnya angka kecelakaan yang mengkhawatirkan.

Melansir dari data yang dihimpun oleh situs Jelajah Lagi, sejak 1 Januari 2013 hingga Mei 2024, sebanyak 155 pendaki meregang nyawa saat melakukan pendakian di berbagai gunung di Indonesia dengan berbagai penyebab yang melatarbelakanginya.

Jumlah kecelakaan di berbagai gunung Indonesia selama 2013-2024
Jumlah Kecelakaan di Berbagai Gunung Indonesia selama 2013-2024 | GoodStats

Gunung Marapi di Sumatra Barat tercatat sebagai gunung dengan jumlah insiden kecelekaan terbanyak dalam rentang waktu 2013-2024, yakni 25 kasus. Gunung Marapi merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia dan sering mengalami erupsi kecil hingga menengah. Sebagian besar insiden di Gunung Marapi terjadi akibat erupsi pada 3 Desember 2023, yang dipicu oleh penumpukan tekanan dangkal di bawah permukaan gunung, dan mengakibatkan 23 korban jiwa.

Selanjutnya, tercatat 18 kejadian kecelakaan pendaki di Gunung Lawu yang membentang di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dikenal sebagai destinasi favorit bagi para pendaki dan wisatawan, keindahan panoramanya yang memesona menjadi daya tarik tersendiri. Namun, popularitasnya juga membuat jalur pendakian kerap dipadati, bahkan oleh pendaki pemula yang belum sepenuhnya siap secara fisik maupun teknis. Ditambah dengan kondisi cuaca yang bisa berubah drastis dan medan yang cukup menantang di beberapa titik.

Gunung Rinjani menempati posisi selanjutnya dengan 11 insiden, sedangkan Gunung Semeru dan Gunung Bawakaraeng masing-masing mencatat 10 dan 7 kejadian. Ketiga gunung ini tentu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pendaki, baik karena pesona alamnya maupun tantangan rutenya. Namun, kondisi jalur yang ekstrem, perubahan cuaca yang cepat, serta minimnya kesiapan sebagian pendaki kerap menjadi faktor penyumbang terjadinya kecelakaan. 

Angka-angka ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan kesiapan fisik maupun mental dalam menghadapi tantangan pendakian di gunung-gunung populer tersebut.

Upaya Pemerintah Dalam Meminimalisir Kecelakaan Dalam Pendakian

Seiring meningkatnya popularitas pendakian gunung dalam beberapa tahun terakhir yang turut didorong oleh pesatnya komunikasi di era digitalisasi, menjadikan aktivitas ini sebagai cara mengisi waktu luang. 

Sayangnya, tren ini juga diiringi oleh meningkatnya jumlah insiden, sebagian bahkan berujung pada kematian. Banyak pendaki yang kurang memahami pentingnya persiapan, keselamatan, serta etika dalam menjaga kelestarian alam.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah mengupayakan berbagai cara untuk bisa meminimalisir terjadinya kecelakaan pendakian. Salah satunya Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang menetapkan SNI 8748:2019 tentang Pengelolaan Pendakian Gunung. Standar ini bertujuan menciptakan sistem pendakian yang aman, bertanggung jawab, dan ramah lingkungan dalam rangka implementasi pendakian yang zero accident dan zero waste.

Pemerintah juga terus mendorong peningkatan kesadaran akan keselamatan melalui pendekatan edukatif dan medis, seperti yang dilakukan oleh Kemenparekraf dengan menghadirkan Indonesia Wilderness Medicine Society dalam gelaran Indonesia Mountain Medicine Summit (IMMS) 2024. Inisiatif ini bertujuan memperkuat pemahaman pendaki dan pelaku wisata petualangan terhadap penanganan medis di alam liar, sekaligus menanamkan pentingnya persiapan fisik dan mental sebelum mendaki.

Mendaki gunung bukan hanya tentang menaklukkan puncak, tetapi juga tentang menghormati alam dan memahami risiko yang ada. Dengan kesiapan yang matang dan edukasi yang tepat, angka kecelakaan pendakian di Indonesia dapat diminimalkan.


Baca Juga: Gunung dengan Level Pendakian Tersulit di Indonesia, Carstensz Pyramid Nomor 1

Penulis: Dilla Agustin Nurul Ashfiya
Editor: Muhammad Sholeh

Konten Terkait

Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia dan Australia Desak Reformasi Kebijakan Pengungsi

Koalisi masyarakat sipil Indonesia mendesak pemerintah Indonesia dan Australia untuk memperkuat perlindungan hak pengungsi menjelang kunjungan PM Australia.

Tembus Pasar Global, Simak Performa Ekspor Non-Migas Indonesia dari Berbagai Daerah

Peningkatan ekspor non-migas menjadi strategi penting dalam mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook