COP28 Siap Digelar di Dubai, Dorong Kemajuan Transformasi Aksi Iklim

COP28 adalah pertemuan tahunan PBB untuk membahas permasalahan iklim yang akan dilaksanakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA)

COP28 Siap Digelar di Dubai, Dorong Kemajuan Transformasi Aksi Iklim Potret Persiden COP28 Sultan Ahmed Al Jaber pada Konferensi Perubahan Iklim PBB | Reuters

COP28 adalah sesi ke-28 dari Konferensi Para Pihak (Conference of the Parties/COP). Adapun, gelaran COP diadakan tiap tahunnya untuk membahas dan mencari solusi untuk mengatasi perubahan iklim. Tahun ini, COP28 akan digelar di Dubai Expo City, Uni Emirat Arab (UEA) pada tanggal 30 November hingga 12 Desember 2023.

Rencana aksi dari COP28 akan berfokus pada lima pilar utama, yaitu memperkuat transisi yang terorganisasi di sektor energi, mengembangkan mekanisme pendanaan perubahan iklim, fokus pada kehidupan dan mata pencaharian, melindungi dan memulihkan ekosistem, serta inklusivitas penuh dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Konferensi mengenai iklim terbesar di dunia ini dilaporkan bakal dihadiri oleh lebih dari 140 pemimpin dunia dan pejabat senior pemerintah, termasuk Indonesia yang berencana mengirimkan 600 delegasi. Secara total, UEA dikabarkan akan menyambut lebih dari 70 ribu peserta dan 5 ribu pekerja media.

Uni Emirat Arab adalah negara pertama di kawasan yang meratifikasi Perjanjian Paris dan yang berkomitmen terhadap pengurangan emisi secara ekonomi sekaligus negara pertama yang mengumumkan inisiatif strategis Net Zero pada 2050.

Duta Besar UEA di Indonesia Abdulla Salem AlDhaheri mengatakan bahwa UAE adalah negara pertama di kawasan yang meratifikasi Perjanjian Paris dan berkomitmen terhadap pengurangan emisi. Selain itu, UEA juga menjadi negara pertama yang berinisiatif untuk mencapai target Net Zero pada 2050.

"UEA memiliki tiga pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia dan merupakan negara pertama di kawasan ini yang menggunakan teknologi penangkap karbon berskala industri. UEA juga negara pertama yang menggunakan energi nuklir tanpa emisi di kawasan, yakni pembangkit listrik Barakah yang saat ini menjadi sumber listrik terbesar di kawasan. UEA juga perintis energi baru tanpa karbon, seperti hidrogen," tambahnya dikutip dari IDX Channel.

COP28 Serukan Upaya Kolektif Mengurangi Emisi GRK

COP28 diharapkan untuk dapat membantu upaya dunia mencapai target kenaikan suhu global jangka panjang menjadi 1,5 derajat Celsius. Tercapainya target tersebut sangat esensial untuk menghindari dampak perubahan iklim menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Upaya untuk mencapai target tersebut akan menjadi pembahasan, namun presidensi COP28 juga tetap akan berfokus pada upaya dan komitmen dunia transisi ke sumber energi bersih. Hal ini bertujuan untuk memangkas emisi gas rumah kaca (GRK) sebelum tahun 2030.

GRK sebenarnya merupakan komponen yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup di bumi, sebab tanpa adanya gas ini maka suhu bumi akan berada di bawah titik beku air. Namun, GRK yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global, di mana suhu bumi akan naik secara signifikan.

Negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia pada 2022 | Goodstats

Menghimpun data European Commission, total emisi GRK global mencapai 53,79 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e). Adapun, China merupakan negara penghasil emisi GRK terbesar di dunia dengan emisi GRK sebesar 115,68 Gt CO2e pada 2022.

Sementara, Indonesia menempati posisi ketujuh dalam daftar dengan total emisi GRK mencapai 1,24 Gt CO2e pada 2022. Emisi GRK di tanah air pun diperkirakan terus meningkat hingga 2030, seiring dengan peningkatan permintaan dan penggunaan bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan gas.

Sehubungan dengan ini, Dubes Abdulla mengatakan bahwa kepresidenan UEA di COP28 mampu memperkuat kolaborasi, partisipasi aktif, dan komitmen kolektif untuk mengurangi gas emisi.

“Saya menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan di Indonesia untuk memanfaatkan COP28 untuk menghasilkan inisiatif dan proyek yang mendukung komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi. Kita harus bersatu, kita harus bertindak,” pungkasnya.

Kepresidenan UEA Dorong Transisi di Sektor Energi

Presiden COP28 Sultan Al Jaber mengajak seluruh dunia untuk lebih tegas dan berani untuk bisa memenuhi ambisi iklim. Ia menekankan bahwa perubahan iklim adalah musuh bersama dan menyerukan agar negara-negara di seluruh dunia dapat berkomitmen untuk mengurangi 22 gigaton emisi dalam tujuh tahun ke depan.

“Kita tahu besarnya permasalahan yang ada. Jumlahnya jelas 22 gigaton. Ini adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang perlu kita kurangi dalam tujuh tahun ke depan,” ungkapnya dalam Sidang Majelis Umum ke-78 PBB.

Salah satu solusi untuk mengurangi emisi karbon guna mengatasi krisis perubahan iklim adalah dengan memulai transisi menuju energi terbarukan (EBT). Energi terbarukan adalah sumber energi dari alam yang bisa diolah kembali dan dimanfaatkan terus-menerus.

Negara dengan kapasitas EBT terbesar di dunia pada 2022 | Goodstats

Merujuk laporan dari IRENA bertajuk Renewable Energy Statistics 2023, total kapasitas EBT global mencapai 3,38 megawatt (MW) pada tahun lalu. Adapun, China merupakan negara yang memiliki kapasitas EBT terbesar di dunia. Tercatat, negara ini mempunyai pembangkit listrik EBT dengan kapasitas mencapai 1,16 juta MW atau setara 34,31% dari total kapasitas EBT global pada 2022.

Selanjutnya, Amerika Serikat berada di posisi kedua dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT mencapai 351,67 ribu MW. Disusul oleh Brasil dan India dengan kapasitas EBT masing-masing sebesar 175,26 ribu MW dan 163,01 ribu MW.

Lebih lanjut, Al Jaber meminta agar para pihak juga menjalankan tanggung jawab masing-masing untuk segera beralih dari energi fosil ke energi terbarukan. Menurutnya, pengurangan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap sangatlah genting untuk dilakukan dan tak bisa dihindari.

Kemudian, ia mengajak seluruh pihak untuk membuat komitmen yang dapat ditindaklanjuti, termasuk mempercepat transisi yang adil dan terarah, memperbaiki pendanaan iklim, serta berfokus pada kehidupan manusia. Ia meyakini bahwa menjaga suhu bumi pada batas 1,5 derajat Celsius bisa tercapai selama ada komitmen dan aksi nyata dari semua pihak.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Editor

Konten Terkait

Negara Mana yang “Ideal” Bagi Para Pekerja?

Seperti apakah bare minimum negara ideal untuk para pekerja?

Negara yang Berganti Nama, Alasannya karena Mirip Nama Burung?

Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut, seperti perayaan merdeka dari kolonialisme hingga koersi yang dilakukan pemimpin diktator.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X