Sejumlah akun media sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (BEM FISIP Unair) menjadi korban perundungan dan serangan siber. Serangan dan ancaman tersebut menyasar WhatsApp dan media sosial lain seperti Instagram dan TikTok.
Menurut Tuffahati Ullayyah, Presiden BEM FISIP Unair, ancaman tersebut seperti body shaming, ancaman keselamatan diri di jalan, atau ancaman sulit masuk dunia kerja.
”Ancaman siber per hari ini masih menghantui teman-teman fungsionaris, dan juga saya di media sosial,” kata Tuffahati, Selasa (29/10/2024), sebagaimana dilansir Suara Surabaya.
Serangan siber tersebut terjadi setelah BEM FISIP memasang karangan bunga ucapan selamat atas pelantikan pasangan presiden Prabowo dan Gibran dengan nada satir. Karangan bunga tersebut sempat viral di media sosial. Kepengurusan BEM FISIP juga sempat dibekukan sementara oleh Dekanat FISIP, sebelum akhirnya dicabut pada 28 Oktober 2024.
Kasus serangan siber ini menambah jumlah serangan siber yang terjadi di Indonesia. Di tahun 2024 ini serangan siber diprediksi mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Apalagi di akhir tahun ini akan diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah secara serentak.
Dalam catatan AwanPintar, pada semester 1 tahun 2024 saja terjadi 2.499.486.085 serangan siber. Artinya, ada 13 ribu serangan siber per hari. Perlu diingat, sepanjang paruh pertama 2024 juga ada agenda Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif.
Jumlah ini lebih banyak dibandingkan semester 1 tahun 2023 yang sebanyak 347 ribu serangan siber, atau meningkat sekitar 600%.
“Ini yang kita lihat ada peningkatan (serangan siber di Indonesia) dan cukup signifikan. Serangan itu meningkat sebanyak lebih dari 600 persen menurut laporan,” tutur Founder AwanPintar Yudhi Kukuh, dilansir dari Kumparan.
Data tersebut menjadi bukti bahwa serangan siber di Indonesia membutuhkan perhatian khusus, sebab terbukti ada banyak celah keamanan yang terbuka di sistem.
“(Permasalahan) ini butuh kepedulian nasional terutama semua yang berkecimpung di dunia IT nasional untuk segera melakukan langkah langkah inovatif, progresif dan preventif untuk melindungi kepentingan bangsa Indonesia demi terciptanya kedaulatan siber negara,” tulis AwanPintar dalam Laporan Ancaman Digital di Indonesia Semester 1 Tahun 2024.
Meskipun mendapat serangan siber, Tuffahati mengatakan tidak akan ada yang bisa memberangus kebebasan bersuara di wilayah akademik.
"Aksi hari ini sebagai bentuk perjuangan kebebasan berekspresi di lingkungan akademis yang mana hari ini mendapatkan ancaman serangan siber," tuturnya kepada Detik.
Ia pun meminta mahasiswa jangan sampai takut untuk tetap bersuara dan kritis, terutama dari dalam kampus. Menurutnya kebebasan akademik harus tetap terjaga. Setiap ada pemberangusan, ia akan menjadi garda terdepan yang mengawal kebebasan tetap berlangsung.
“Ini menjadi pengalaman bahwasanya tidak usah takut ada ancaman apapun ketika menyuarakan,” ujarnya.
Penulis: Ahmad Zamzama N
Editor: Editor