Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laman resminya mencatat, kejadian bencana di Indonesia didominasi oleh bencana hidrometeorologi, seperti banjir, cuaca ekstrem, serta longsor. Berdasarkan akumulasi, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan total rumah terendam mencapai 981.755 bangunan.
Lebih lanjut, BNPB menyebutkan bahwa total kejadian bencana di Indonesia sebanyak 3.507 kali dari awal tahun hingga 28 Desember. Rinciannya ialah, gempa bumi sebanyak 28 kali, erupsi gunung api sebanyak 1 kali, karhutla 251 kali, kekeringan 4 kali, banjir 1.504 kali, tanah longsor 633, cuaca ekstrem 1.402 kali, serta gelombang pasang dan abrasi berjumlah 26 kali.
Adapun, total korban bencana mencapai lebih dari lima juta jiwa, dengan rincian jumlah korban tewas sebanyak 1.043 jiwa, korban luka-luka mencapai 9.036 orang, korban hilang berjumlah 64 orang, dan korban yang mengungsi/menderita sebanyak 5,37 juta jiwa.
Secara demografis, Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah yang paling sering terkena bencana dengan jumlah 819 kali. Disusul oleh Jawa Tengah sebanyak 478 kali, Jawa Timur 401 kali, dan Aceh 221 kali terjadi bencana sepanjang 2022.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, Jawa Barat selalu menempati urutan terbanyak yang mengalami bencana sejak tahun-tahun sebelumnya. Ia pun menegaskan bahwa hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah setempat.
“Dan ini tidak hanya tahun ini dari tahun-tahun sebelumnya juga Jawa Barat selalu rekor. Ini menjadi perhatian harusnya bagi pemerintah daerah,” kata Muhari dalam konferensi pers virtual BNPB pada Senin, (26/12) lalu.
Sementara itu, BNPB kini juga tengah mengantisipasi adanya bencana cuaca ekstrem di Provinsi Jawa Barat, khususnya di sekitar aliran Sungai Sukanegara. BNPB bersama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Perhubungan, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memantau kondisi cuaca untuk menghadapi kemungkinan banjir dan longsor menjelang akhir tahun.
"Kita laksanakan TMC, teknologi modifikasi cuaca sudah diterapkan terus menerus,” ujar Kepala BNPB Letnan Jenderal Suharyanto, seperti yang dikutip dari Antaranews pada Selasa, (27/12) lalu.
Diperkirakan bahwa cuaca ekstrem, seperti angin kencang disertai petir, hujan lebat, hingga gelombang tinggi kemungkinan akan terjadi di beberapa wilayah selama akhir tahun 2022 hingga awal 2023. Cuaca ekstrem ini diproyeksikan bisa terjadi di Pulau Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua, dan sebagian Pulau Sumatera.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya