Dalam data Sistem Peringatan Dini Pengendalian Penduduk (SiPerindu) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat memiliki angka kelahiran total (AKT) mencapai 2,7. Angka tersebut tergolong status “Awas”.
Secara nasional, AKT mencapai 2,11. Sementara itu, provinsi dengan angka kelahiran total paling rendah adalah Jakarta (1,82), Daerah Istimewa Yogyakarta (1,83), Banten (1,98), Jawa Timur (1,98), dan Bali (2,03).
AKT normal berada di rentang 2,0-2,19. Kemudian, status berikutnya adalah Waspada (2,2-2,39), Siaga (2,4-2,69), dan Awas (2,7 atau lebih).
Angka kelahiran total atau fertilitas total merupakan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan perempuan dalam masa reproduksinya. Berdasarkan AKT nasional, rata-rata setiap perempuan Indonesia akan melahirkan 2 anak.
Data tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu perencanaan program meningkatkan rata-rata usia nikah, program pelayanan kesehatan terutama untuk ibu dan anak, dan mengembangkan program penurunan angka kelahiran.
Kesiapan Finansial dan Mental Jadi Pertimbangan Utama Sebelum Punya Anak
Dengan menimbang situasi sosial budaya di Indonesia, alasan seperti membawa keberuntungan atau anggapan banyak anak banyak rezeki memang masih banyak ditemukan. Dari laporan survei Jakpat, ada beberapa alasan untuk memiliki anak.
Sejumlah alasan tersebut adalah keinginan memiliki keturunan (66%), melengkapi keluarga (63%), membawa kebahagiaan (59%), membawa keberuntungan (50%), dan menjadi tujuan dari pernikahan (44%).
Survei Jakpat juga memperlihatkan bahwa persiapan finansial dan kesediaan mental menjadi komponen utama yang dibutuhkan sebelum memiliki anak. Dalam survei yang melibatkan 776 responden tersebut, diketahui juga bahwa lebih banyak perempuan yang memperhatikan kesehatan fisik sebelum memiliki anak, daripada laki-laki.
Tren Childfree di Indonesia
Sebagian masyarakat menunjukkan keinginannya untuk memiliki anak. Di satu sisi, sebagian yang lain memilih childfree dalam pernikahannya.
Tren childfree kian ramai diterapkan dalam beberapa tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2022 ada 71 ribu perempuan atau setara dengan 8,2% perempuan usia subur, yang memilih untuk childfree. Sebelumnya, pada 2019, childfree menjadi pilihan sekitar 7% perempuan. Kemudian meningkat pada 2020 dan 2021, menjadi 6,3% dan 6,5%.
Alasan ekonomi, kesiapan secara lahir dan batin, serta keinginan fokus pada karir adalah beberapa hal pendorong keputusan tersebut.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor