Act of Service Jadi Love Language Terbanyak yang Dimiliki Remaja Indonesia

Love language atau bahasa cinta adalah cara seseorang mengungkapkan rasa cintanya kepada orang yang dicintai. Menurut penelitian dari University of Warsaw, Pola

Act of Service Jadi Love Language Terbanyak yang Dimiliki Remaja Indonesia Ilustrasi love language physical touch | pexels.com/@esrakphoto

Love language atau bahasa cinta adalah cara seseorang mengungkapkan rasa cintanya kepada orang yang dicintai. Menurut penelitian dari University of Warsaw, Poland, pasangan yang memiliki bahasa cinta yang sesuai cenderung puas dengan hubungannya.

Terdapat lima jenis love language, yaitu physical touch atau sentuhan fisik, word of affirmation atau kata-kata, act of service atau tindakan, receiving gift atau menghargai hadiah, serta quality time atau menghabiskan waktu bersama. Manakah love language yang banyak dimiliki oleh orang Indonesia?

Edwin Adrianta Surijah, dkk melakukan penelitian tentang love language yang banyak dimiliki oleh remaja berusia 16-19 tahun. Hasilnya, act of service menjadi prioritas love language bagi 36 orang responden. Artinya, responden merasa lebih dicintai lewat tindakan orang tersebut.

Berdasarkan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan lebih banyak yang merasa bahwa bahasa cinta yang utama bagi mereka adalah melalui tindakan.

Physical touch dan word of affirmation menjadi love language yang diprioritaskan oleh 16 remaja. Mereka merasa dicintai ketika mendapat sentuhan fisik atau menerima kata-kata afektif. Dari penelitian tersebut pula, ditemukan bahwa lebih banyak laki-laki yang memprioritaskan word of affirmation menjadi love language mereka, sedangkan perempuan memprioritaskan physical touch

Sebanyak 9 dari 16 responden laki-laki merasa dicintai ketika mendapat kata-kata afektif, sedangkan 10 dari 16 responden perempuan merasa dicintai ketika mendapat sentuhan fisik dari pasangannya.

Menariknya, Edwin dkk menemukan bahwa quality time tidak menjadi love language yang prioritas bagi semua responden. Bukan berarti mereka tidak membutuhkan waktu khusus bersama pasangan. Hanya saja menurut remaja yang menjadi subjek penelitian, quality time bukan bahasa cinta yang mereka betul-betul butuhkan.

Baik laki-laki maupun perempuan tidak merasa bahwa menghabiskan waktu bersama menjadi bahasa cinta yang utama. 

Berdasarkan penelitian ini, tindakan menjadi cara terbaik untuk mengungkapkan cinta bagi para remaja. Meski bahasa cinta antar pasangan berbeda, komunikasi menjadi salah satu kunci untuk saling memahami bahasa cinta masing-masing. Dengan komunikasi dan saling memahami, niscaya hubungan dapat berjalan dengan lancar.

Penulis: Kristina Jessica
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Tren Pengeluaran Gen Z: 75% Habiskan Gaji untuk Makanan

Sekitar 75% responden mengalokasikan gaji mereka untuk membeli makanan, sementara sisanya digunakan untuk kebutuhan lainnya.

Survei GoodStats: Masyarakat Nilai Pemerintah Masih Buruk dalam Hadapi Masalah Sampah

Survei GoodStats menunjukkan bahwa sebanyak 49,5% masyarakat menilai kinerja pemerintah dalam menangani masalah sampah masih buruk.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook