Bonus demografi menjadi peluang bagi setiap negara dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi. Meski begitu, seperti pedang bermata dua, jika tidak dikelola dengan baik, bonus demografi ini malah akan menjadi beban tambahan yang bukannya menguntungkan, malah merugikan negara. Dalam hal ini, pemuda berperan besar dalam mendorong kemajuan ekonomi sebagai bagian dari penduduk usia produktif. Partisipasi pemuda dalam sektor ketenagakerjaan sekaligus menjadi kontribusi bagi kemajuan ekonomi.
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, pemuda diartikan sebagai warga negara Indonesia yang berusia 16-30 tahun. Pada masa ini, pemuda biasanya telah bekerja atau masih melanjutkan pendidikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan bekerja sebagai aktivitas ekonomi yang dilakukan untuk mendapatkan atau membantu mendapatkan pendapatan atau keuntungan, setidaknya selama 1 jam tanpa terputus dalam seminggu terakhir. Dalam hal ini, bekerja mencakup pekerjaan yang tidak berbayar yang membantu usaha atau kegiatan ekonomi tertentu.
BPS dalam Statistik Pemuda Indonesia 2024 menyebutkan bahwa 56,98% pemuda Indonesia tercatat bekerja per Agustus 2024. Meski begitu, terdapat 7,95% pemuda dengan status pengangguran. Sisanya sebanyak 17,81% pemuda masih sekolah, 14,05% tercatat menghabiskan mayoritas waktunya untuk mengurus rumah tangga, dan 3,22% melakukan kegiatan lain.
Adapun pemuda yang berstatus pengangguran termasuk mereka yang sedang mencari kerja, mempersiapkan usaha, pemuda yang putus asa, dan pemuda yang sudah diterima kerja namun belum mulai.
Dibandingkan tahun 2023, proporsi pemuda yang bekerja naik dari 55,14% pada Agustus. Sementara itu, pemuda yang menganggur mengalami penurunan dari 8,54% pada 2023.
Bagaimana dengan Pemuda NEET?
Pemuda NEET (Not in Employment, Education, and Training) atau pemuda yang sedang tidak bekerja, tidak sekolah, dan tidak mengikuti pelatihan di Indonesia sedikit menurun pada tahun 2024 ini. Tingkat pemuda NEET menjadi salah satu yang dipantau dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Menurut BPS, sebanyak 23,78% pemuda Indonesia berstatus NEET, yang berarti 23 dari 100 pemuda Indonesia tidak sedang bekerja, sekolah, maupun mengikuti pelatihan apa pun.
Berdasarkan kelompok usianya, pemuda NEET terbesar ditemukan pada kelompok pemuda 25-30 tahun, sedangkan usia 16-18 tahun menjadi yang terendah. Hal ini perlu menjadi perhatian, karena pada kelompok usia tersebut, seharusnya pemuda masih menjalankan pendidikan formal, pada jenjang pendidikan menengah atas. Adanya 14 dari 100 pemuda berstatus NEET pada usia 16-18 tahun menunjukkan masih tingginya pemuda yang tidak melanjutkan sekolah.
Bonus demografi dapat dipandang sebagai anugerah jika dimanfaatkan dengan benar. Diskusi bertajuk Peluang Bonus Demografi dan Indonesia Maju di Bawah Kepemimpinan Prabowo-Gibran sempat dilaksanakan pada Jumat (18/10/2024) lalu. Melalui diskusi tersebut, sejumlah pihak mengemukakan pandangan bahwa bonus demografi akan memberikan peluang besar bagi kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan strategi yang tepat.
Fokus pemanfaatan bonus demografi terletak pada peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan serapan tenaga kerja di kalangan pemuda. Pada akhirnya, apakah bonus demografi akan mendongkrak pertumbuhan bangsa atau malah memperlambatnya, hanya waktu yang bisa menjawab.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas generasi muda harus dibarengi dengan niat dari generasi muda itu sendiri sebagai bonus demografi untuk terus mengembangkan kualitas diri. Jika tidak segera dimanfaatkan dengan baik, para penduduk produktif ini akan cepat menjadi beban negara dan Indonesia akan kesulitan keluar dari middle income trap.
“Mungkin banyak yang belum menyadari, kita hanya punya waktu sekitar 13 tahun untuk memanfaatkan bonus demografi kita. Kalau enggak, nanti kita keburu tua sebelum sempat kaya,” ungkap Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Drajad pada kesempatan lain, Senin (19/2/2024) lalu.
Baca Juga: Terus Meningkat, Jumlah Wirausaha Pemuda Indonesia Mencapai 19%
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor