Perkembangan teknologi terus mendorong pergeseran cara masyarakat untuk terhubung dengan dunia. Salah satu inovasi terbaru yang mulai mendapat perhatian di Indonesia adalah embedded SIM (eSIM), yang merupakan kartu SIM digital yang tertanam langsung di perangkat sehingga tidak membutuhkan kartu fisik. eSIM menawarkan kemudahan dalam aktivasi, efisiensi, dan keamanan data yang semakin terjamin.
Pemerintah hingga sekarang masih gencar melakukan percepatan migrasi ke eSIM. Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid menyebutkan bahwa perpindahan ke eSIM memang belum diwajibkan untuk saat ini. Namun ia tetap menganjurkan masyarakat untuk mulai berpindah ke eSIM, salah satunya untuk keamanan data.
"Untuk saat ini, migrasi belum bersifat wajib. Namun, kami sangat menganjurkan masyarakat dengan perangkat yang sudah mendukung e-SIM untuk segera beralih. Ini demi keamanan data pribadi dan perlindungan terhadap penyalahgunaan identitas," tuturnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (14/4/2025).
"e-SIM adalah solusi masa depan. Dengan integrasi sistem digital dan pendaftaran biometrik, teknologi ini memberikan perlindungan ganda terhadap penyalahgunaan data serta kejahatan digital yang marak seperti spam, phishing, dan judi online," lanjutnya.
eSIM tidak hanya memperkuat keamanan data, tetap juga meningkatkan ekosistem Internet of Things (IoT) dan mendukung efisiensi operasional dalam industri telekomunikasi.
Lantas, seberapa besar pengetahuan masyarakat akan eSIM? Survei dari Snapcart menyatakan bahwa 44% responden pernah mendengar tentang eSIM, dan 36% menyatakan sangat paham terkait eSIM. Namun, masih ada 13% responden yang tidak tahu apa itu eSIM dan 7% yang bahkan belum pernah mendengar apa-apa soal eSIM.
Lebih lanjut, 60% responden mengaku tidak pernah menggunakan eSIM, namun merasa tertarik untuk mencoba. Ada pula 13% responden yang tidak tertarik menggunakan eSIM. Hanya 16% yang saat ini telah migrasi ke eSIM.
Menurut Snapcart, tantangan terbesar dalam penggunaan eSIM adalah kurangnya pengetahuan untuk aktivasi maupun penggunaannya, seperti yang diungkapkan oleh 45% responden. Sementara itu, 28% responden lain menyatakan belum punya perangkat yang mendukung pemakaian eSIM.
Memang belum semua ponsel bisa mendukung eSIM. Mayoritas HP yang dikeluarkan 1-2 terakhir sudah dilengkapi fitur eSIM, sehingga tidak semua pengguna bisa migrasi dengan mudah.
Sementara itu, 25% responden tercatat lebih nyaman dan lebih terbiasa menggunakan SIM fisik. Terakhir, 3% responden merasa kurang percaya dengan teknologi, membuatnya ragu untuk beralih ke eSIM. Ragam tantangan ini menunjukkan perlunya sosialisasi dan pengenalan lebih lanjut terkait teknologi eSIM, agar masyarakat bisa lebih percaya dan paham cara pemakaiannya.
Lebih Pilih Kombinasi
Ketika ditanya lebih memilih SIM fisik atau eSIM, kebanyakan responden memilih keduanya jika bisa, menunjukkan tingginya kebutuhan akan fleksibilitas. Sementara itu, 27% responden tercatat lebih memilih SIM fisik, sedangkan 21% responden lebih memilih eSIM, sisanya 13% responden merasa belum yakin.
Penggunaan eSIM dan SIM fisik secara hybrid dapat menjadi pertimbangan pemerintah, menawarkan fleksibilitas dan efisiensi yang tinggi. Solusi ini memungkinkan masyarakat untuk mencoba menggunakan eSIM tanpa sepenuhnya meninggalkan kebiasaan penggunaan SIM fisik.
Adapun survei dari Snapcart ini diadakan secara daring melibatkan 4.212 responden pada 26 Mei-1 Juni 2025. Pemilihan responden dilakukan secara TASC (targeted audience-based survey & crowdsourcing).
Baca Juga: SIM Indonesia Bisa Dipakai di Negara-Negara ASEAN Mulai Juni 2025
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250414074010-37-625664/warga-ri-diminta-ganti-kartu-sim-jadi-e-sim-ini-penjelasan-komdigi
https://snapcart.global/migrate-to-e-sim-are-indonesians-ready-to-make-the-switch/
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250421112144-37-627397/daftar-lengkap-hp-bisa-pakai-esim-dan-cara-cek-smartphone-sendiri
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor