Mudik Lebaran selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu, namun juga membawa risiko tinggi terhadap keselamatan di jalan. Berdasarkan data dari PT Jasa Raharja, beberapa penyebab utama kecelakaan selama periode mudik menunjukkan faktor-faktor yang seringkali terabaikan oleh pengemudi. Rivan A. Purwantono, Direktur Utama PT Jasa Raharja, mengungkapkan hasil temuan dari Operasi Ketupat 2022-2024 yang mengidentifikasi penyebab utama terjadinya kecelakaan.
Baca Juga: Survei Kedai Kopi: H-3 Lebaran Jadi Titik Puncak Pemudik
Penyebab Utama Kecelakaan Mudik
Berdasarkan data yang dihimpun selama tiga tahun terakhir, faktor yang paling banyak menyebabkan kecelakaan saat mudik adalah gagal menjaga jarak aman. Sebanyak 1.117 dari 3.465 kecelakaan tercatat disebabkan oleh kelalaian ini, yang mengarah pada hampir 1/3 dari total kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan ini tidak hanya terjadi di jalan tol, tetapi juga di jalan nasional, yang melibatkan kendaraan roda dua.
"Seluruh unsur kecerobohan ini yang paling utama adalah gagal menjaga jarak. Nah ini terjadi dan kebanyakan di jalan tol, tapi di jalan nasional pun banyak," tuturnya di konpers, Jakarta Pusat, pada Selasa (4/3/2025).
Selain gagal menjaga jarak, faktor tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas menjadi penyebab kedua terbanyak, dengan 956 kecelakaan tercatat. Pengemudi yang mengabaikan petunjuk atau peringatan di jalan, seperti tanda larangan belok atau batas kecepatan, dapat meningkatkan risiko kecelakaan, terutama saat lalu lintas padat.
Penyebab lainnya termasuk ceroboh saat berbelok (553 kecelakaan), ceroboh dalam mengikuti aturan lajur (442 kecelakaan), dan melampaui batas kecepatan (397 kecelakaan). Semua faktor ini mencerminkan kurangnya perhatian dan kedisiplinan pengemudi dalam mematuhi aturan lalu lintas yang telah ditetapkan demi keselamatan bersama.
Waktu Rawan Kecelakaan
Data menunjukkan bahwa kecelakaan sering terjadi pada jam-jam tertentu yang berpotensi lebih rawan. Mayoritas kecelakaan terjadi pada pukul 15.00 hingga 17.59, dengan persentase mencapai 18% dari total insiden. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor kelelahan pengemudi dan dorongan untuk segera sampai di tujuan menjelang petang.
"Yang kami duga kecelakaan ini awalnya adalah banyak di malam hari. Ternyata faktanya adalah kecelakaan terjadi dominasi di jam 15.00 sampai 17.59, jadi memang menjelang petang mereka tergesa-gesa untuk bisa sampai di satu titik," tambahnya.
Selain itu, kecelakaan juga sering terjadi pada 09.00-11.59 (16%), 18.00-20.59 (14%), dan 06.00-08.59 (13%). Jam-jam tersebut menunjukkan bahwa meskipun banyak orang mengira kecelakaan terjadi lebih sering pada malam hari, data menunjukkan bahwa sore hari adalah waktu yang lebih rawan. Pengemudi yang terburu-buru dan mungkin kurang fokus karena kelelahan menjadi salah satu penyebab utama.
Asuransi Kecelakaan untuk Pemudik Lebaran 2025
Untuk memberikan perlindungan bagi para pemudik, PT Jasa Raharja telah menyiapkan asuransi kecelakaan yang berlaku selama mudik Lebaran 2025. Rivan menjelaskan bahwa asuransi ini akan diberikan kepada pemudik yang menjadi korban kecelakaan, baik yang mengalami luka ringan hingga meninggal dunia.
Pemetaan Kawasan Rawan Kecelakaan
Selain menyiapkan asuransi, PT Jasa Raharja juga telah melakukan pemetaan kawasan rawan kecelakaan atau yang sering disebut black spot di jalur mudik. Jasa Raharja bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan di titik-titik tersebut.
Upaya Keamanan Arus Mudik
Dalam rangka mengamankan arus mudik, Polri juga melaksanakan Operasi Ketupat yang melibatkan berbagai pihak, termasuk TNI, Basarnas, BMKG, Kementerian Perhubungan, serta Pramuka. Total sebanyak 164.298 personel gabungan diterjunkan untuk memastikan kelancaran dan keamanan arus mudik serta arus balik Lebaran tahun ini.
Selain itu, Polri juga telah menyiapkan 2.835 posko yang terdiri dari pos pengamanan, pos pelayanan, dan pos terpadu. Posko ini bertujuan untuk memberikan layanan keamanan, informasi, serta bantuan bagi para pemudik selama perjalanan mudik Lebaran.
Baca Juga: Jumlah Pemudik 2025 Turun, Imbas Daya Beli Melemah?
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor