Riset dari Kementerian Perhubungan menyebutkan bahwa jumlah pemudik pada Lebaran 2025 berpotensi turun menjadi 146,48 juta jiwa, setara dengan 52% dari populasi Indonesia. Jumlah ini anjlok 24% dari tahun lalu yang mencapai 193,6 juta orang, sekitar 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia.
Jumlah pemudik pada 2024 menjadi yang tertinggi dalam 1 dekade terakhir, melebihi potensi pergerakan masyarakat pada 2023 yang mencapai 123,8 juta. Meski turun, jumlah pemudik pada 2025 ini masih jadi yang tertinggi kedua sejak 10 tahun terakhir.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan bahwa menurunnya jumlah pemudik pada Lebaran tahun ini disebabkan utamanya akibat pelemahan daya beli masyarakat. Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto mengungkapkan bahwa pelemahan daya beli ini bisa terlihat dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang anjlok pada Januari 2025. Laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat bahwa penerimaan PPN dalam negeri turun menjadi Rp2,58 triliun pada awal 2025 dari Rp35,6 triliun pada Januari 2024.
"Itu bukan karena masyarakat tidak ingin mudik, tapi karena kondisi keuangan mereka tidak memungkinkan," ungkap Eko pada acara diskusi daring Indef, Rabu (19/3/2025).
Selain itu, menurutnya kebijakan efisiensi anggaran juga turut mendorong pelemahan daya beli masyarakat.
"Seharusnya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu, bukan malah melakukan efisiensi anggaran, baik di tingkat pusat maupun daerah," lanjutnya.
Menurut Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman, konsumsi rumah tangga di hampir seluruh provinsi di Indonesia akan menurun selama Lebaran akibat efisiensi anggaran. Pemangkasan dana transfer ke daerah disinyalir jadi salah satu penyebab utamanya. Indef memprediksi konsumsi rumah tangga bakal turun 0,814% secara tahunan akibat kebijakan efisiensi anggaran ini.
Selain itu, ekonom dan pakar kebijakan publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat turut menilai penurunan pemudik ini menjadi sinyal negatif bagi perekonomian Indonesia.
“Penurunan ini tidak hanya mencerminkan perubahan pola mobilitas masyarakat, tetapi juga menjadi sinyal pelemahan dari dinamika ekonomi nasional,” ungkapnya pada Rabu (19/3/2025), melansir Kontan.
Penurunan jumlah pemudik ini akan berdampak pada perputaran uang di kalangan masyarakat, sekaligus pada pendapatan UMKM di sektor transportasi, kuliner, hingga ritel.
“Dengan penurunan 24% pemudik, aliran uang yang biasanya mengalir ke pembelian tiket, konsumsi di jalan, belanja kebutuhan Lebaran, dan THR diprediksi menyusut signifikan,” tuturnya.
Jika dihitung-hitung, pada 2024, setiap pemudik diperkirakan menghabiskan Rp2 juta hingga Rp5 juta. Jika jumlah pemudik pada Lebaran tahun ini berkurang, maka kerugian peredaran uang bisa mencapai Rp93 triliun hingga Rp232 triliun. Hal ini tentu menjadi alarm berbahaya bagi perekonomian nasional.
Sejauh ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong jumlah pemudik pada Lebaran 2025.
"Diskon transportasi, insentif bagi dunia usaha, serta pencairan THR diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat," ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, Kamis (20/3/2025), mengutip RRI.
Baca Juga: Survei GoodStats: Bagaimana Rencana Mudik Publik Indonesia pada Ramadan 2025?
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor