Warga RI Makin Pesimis akan Ketersediaan Lapangan Kerja

IKLK kembali turun pada Juni 2025, masih di bawah 100, menunjukkan rasa pesimis masyarakat akan kondisi ketersediaan lapangan kerja.

Warga RI Makin Pesimis akan Ketersediaan Lapangan Kerja Ilustrasi Pencari Kerja | Alif Ichwan
Ukuran Fon:

Tingkat pengangguran di Indonesia masih menjadi tantangan serius dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Di tengah pertumbuhan jumlah angkatan kerja yang terus meningkat setiap tahunnya, ketersediaan lapangan kerja sering kali belum mampu mengimbanginya. Ketimpangan ini menciptakan tekanan, terutama di kalangan lulusan muda dan pekerja sektor informal yang rentan kehilangan penghasilan.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pencari kerja dan lowongan kerja yang terdaftar di Indonesia memang masih belum seimbang. Meski jumlah lowongan kerja terus meningkat, peningkatan ini tidak sebanding dengan kenaikan jumlah pencari kerja, membuat pengangguran masih menjadi isu yang mendarah daging di Indonesia.

Pada 2024, terdapat 909 ribu pencari kerja terdaftar, sedangkan lowongan kerja yang terdaftar hanya 630 ribu. Hal ini berarti terdapat sekitar 279 ribu pencari kerja yang belum terserap.

Meski pemerintah telah mendorong berbagai program penciptaan lapangan kerja, transformasi industri dan digitalisasi juga turut mengubah kebutuhan pasar tenaga kerja. Banyak posisi lama tergeser, sementara kebutuhan akan keterampilan baru belum sepenuhnya terpenuhi. 

Situasi yang pelik ini membuat masyarakat semakin pesimis akan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) edisi Juni 2025 menyebutkan bahwa persepsi responden terhadap ketersediaan lapangan kerja secara umum masih pesimis. 

BI mengadakan survei bulanan terhadap 4.600 rumah tangga di 18 kota besar di Indonesia untuk menilai keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Salah satu yang diukur adalah indeks ketersediaan lapangan kerja (IKLK), yang menilai persepsi konsumen terkait kondisi ketersediaan lapangan kerja.

IKLK mengukur persepsi konsumen mengenai kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini jika dibandingkan dengan kondisi 6 bulan lalu. Skor di atas 100 menggambarkan optimisme konsumen terkait kondisi ketersediaan lapangan kerja, sedangkan skor di bawah 100 menunjukan kondisi pesimis. 

IKLK Terus Turun

IKLK terus turun, bahkan di bawah 100, mencerminkan kondisi pesimis masyarakat akan kondisi lapangan kerja | GoodStats
IKLK terus turun, bahkan di bawah 100, mencerminkan kondisi pesimis masyarakat akan kondisi lapangan kerja | GoodStats

IKLK pada Juni 2025 turun ke angka 94,1, skor di bawah 100 yang menunjukkan pesimistis dalam ketersediaan lapangan kerja. Penurunan ini melanjutkan tren bulan lalu, di mana IKLK turun pada Mei 2025 menjadi 95,7. Padahal sebelumnya, IKLK masih di atas 100, menjaga optimisme masyarakat terkait lapangan kerja.

Ditinjau per kelompok usia, IKLK terendah diraih kelompok usia di atas 60 tahun yang hanya 64,3 poin, turun 19,5 poin dibanding bulan lalu. Responden berusia 20-30 tahun juga tercatat pesimis dengan indeks sebesar 97,2.

Penurunan ini mencerminkan kondisi riil dalam pasar lapangan kerja Indonesia saat ini, di mana mencari kerja menjadi hal yang semakin sulit. 

Menurut Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat, penurunan IKLK selama dua bulan berturut-turut ini menandakan kondisi kritis pasar tenaga kerja. Kini tingkat pendidikan setinggi apapun tak menjamin lulusan langsung mendapat kerja. Bahkan banyak sarjana yang mengambil pekerjaan di bawah kompetensinya.

“Ini menandakan labour misallocation (misalokasi tenaga kerja) akut. Ketika tenaga kerja dengan kompetensi tinggi gagal mendapatkan pekerjaan sesuai keterampilannya,” tuturnya pada pernyataan tertulis, Jumat (11/7/2025).

Isu ini juga turut berpengaruh pada produktivitas nasional, yang berproyeksi membuat Indonesia terus berada dalam middle income trap. 

“Dalam jangka panjang, struktur ekonomi dengan mismatch keterampilan akan menurunkan pertumbuhan potensial, menjebak Indonesia dalam middle income trap permanen,” tegasnya.

Baca Juga: Ada 7,28 Juta Pengangguran di Indonesia, 16% di Bawah 24 Tahun!

Sumber:

https://www.bps.go.id/id/publication/2025/02/28/8cfe1a589ad3693396d3db9f/statistik-indonesia-2025.html

https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/SK-Juni-2025.aspx

https://www.tempo.co/ekonomi/survei-bi-menunjukkan-masyarakat-pesimis-dengan-ketersediaan-lapangan-kerja-1965699

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

7 Provinsi dengan Rata-Rata Konsumsi Protein Ikan Tertinggi 2024

Sulewesi Tenggara menjadi provinsi dengan rata-rata konsumsi protein ikan per kapita tertinggi di Indonesia, didorong mudahnya akses ke garis pantai.

Warga RI Makin Pesimis akan Ketersediaan Lapangan Kerja

IKLK kembali turun pada Juni 2025, masih di bawah 100, menunjukkan rasa pesimis masyarakat akan kondisi ketersediaan lapangan kerja.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook