Ungkapan Kekhawatiran Jurnalis Indonesia di Era Prabowo

Mayoritas responden jurnalis Indonesia khawatir akan pelarangan liputan, pemberitaan, hingga teror dan intimidasi 5 tahun ke depan.

Ungkapan Kekhawatiran Jurnalis Indonesia di Era Prabowo Ilustrasi Jurnalis | IPog

Kekerasan terhadap jurnalis masih menjadi ancaman nyata di Indonesia. Survei dari TIFA Foundation menyebutkan bahwa jurnalis Indonesia masih merasakan ancaman dalam menjalankan pekerjaan mereka, terutama dalam 5 tahun ke depan selama era pemerintahan Prabowo Subianto.

Padahal, kebebasan per bukan sekadar hak belaka, melainkan juga pondasi utama bagi demokrasi yang sehat. Ancaman fisik, intimidasi hukum, serangan digital, dan tekanan ekonomi yang masih membayangi membuat jurnalis Indonesia bekerja di bawah rasa takut. Informasi dan fakta yang disampaikan para jurnalis ini harus bisa dipertanggungjawabkan dan berimbang, dan bekerja di bawah ancaman bakal mengganggu hal tersebut.

Indeks Keselamatan Jurnalis 2024

Menurut survei tersebut, Indeks Keselamatan Jurnalis di Indonesia pada 2024 berada pada skor 60,5, masuk kategori agak terlindungi. Nilainya ini naik 0,7 poin dari tahun 2023 yang sebesar 59,8, namun masih tetap berada dalam kategori yang sama. 

Terdapat 7 indikator yang dinilai yang kemudian dibagi ke dalam 3 pilarbesar, yani individu, negara dan regulasi, serta stakeholder media.

Pilar Individu

Pilar individu menilai pengalaman setiap jurnalis berhadapan dengan kekerasan dalam pekerjaannya. Tahun ini, skornya naik 6,68 poin mencapai 56,48 poin. Terdapat 2 indikator yang dinilai dari pilar ini, yakni indikator pengalaman kekerasan jurnalis dan indikator pengetahuan kekerasan jurnalis. 

Indikator pengalaman kekerasan jurnalis aik signifikan sebesar 19,6 poin dibanding 2023 menjadi 55,68. Hal ini menunjukkan semakin tingginya risiko kekerasan yang dihadapi jurnalis, baik secara fisik maupun nonfisik, dalam menjalankan tugas-tugasnya. 

Sementara itu, indikator pengetahuan kekerasan jurnalis turun 12,86 poin menjadi 57,66, mencerminkan turunnya pemahaman jurnalis terkait bentuk dan mekanisme perlindungan terhadap kekerasan.

Pilar Negara dan Regulasi

Pilar kedua yakni negara dan regulasi tidak mengalami perubahan skor signifikan dari tahun lalu, di angka 64,39. Hal ini mencerminkan perlunya upaya dari pemerintah untuk lebih memperhatikan isu kekerasan jurnalis dan memberi perlindungan sebagaimana mestinya. Ada 2 indikator yang dinilai dalam pilar ini, yakni peran negara dan penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim, serta regulasi yang saat ini berlaku.

Indikator peran negara dan penegak hukum meraih skor 72,63, turun dibanding tahun sebelumnya, sedangkan indikator regulasi hanya sedikit naik menjadi 56,14 poin. 

Pilar Stakeholder Media

Terakhir, pilar stakeholder media meraih skor 73,32 poin. Meski turun 1,1 poin dibanding tahun 2023, pilar ini memperoleh skor tertinggi ketimbang pilar lain. Dalam hal ini, jurnalis Indonesia dinilai menaruh pandangan yang baik terhadap organisasi, perusahaan media, dan stakeholder, sebagai pihak yang masih aktif menyuarakan keselamatan jurnalis. Terdapat 3 indikator yang dinilai dalam pilar ini, yakni sebagai berikut.

  1. Perusahaan media meraih skor 78,34, naik 3,47 poin.
  2. CSO (organisasi jurnalis, LBH) meraih skor 71,82, turun dibanding tahun lalu.
  3. Lembaga negara (Dewan Pers, Komnas HAM) meraih skor 64,78, turun juga dibanding tahun lalu.

Penurunan 2 indikator dalam pilar ini menggambarkan persepsi jurnalis terhadap peran lembaga negara dan CSO dalam menjunjung tinggi perlindungan terhadap jurnalis.

Kalau Indeks Lain?

Sejumlah indeks lain menggambarkan kondisi kebebasan pers dan keselamatan jurnalis yang tidak kunjung membaik di Indonesia. Skor Indeks Kemerdekaan Pers 2024 dari Dewan Pers adalah sebesar 69,36 poin, turun 2 ,21 poin dibanding 2023. 

Tidak hanya itu, World Press Freedom Index (WPFI) 2024 dari Reporters Without Borders (RSF) juga tercatat turun, Indonesia meraih skor 51,15, peringkat ke-111 dari 180 negara dalam survei. Kebebasan pers indonesia pun berada di posisi menengah ke bawah, dengan ragam tantangan yang dihadapi jurnalis dalam mengekspresikan diri.

Menurut survei Indeks Keselamatan Jurnalis 2024, terdapat 167 jurnalis yang mengalami kekerasan dengan total 321 kejadian. Aliansi Jurnalis independen mencatat ada 73 kasus kekerasan jurnalis sepanjang 2024. Sementara itu, LBH menyebutkan ada 67 peristiwa kekerasan jurnalis, dengan jumlah korban mencapai 94 orang.

Kekhawatiran 5 Tahun Mendatang

Selama 5 tahun mendatang di era kepemimpinan Prabowo, jurnalis Indonesia mengkhawatirkan sejumlah hal menyangkut pekerjaannya. Hal utama yang paling dikhawatirkan adalah terkait larangan untuk meliput, dengan total 56% responden yang khawatir akan hal ini. 

Menariknya, jurnalis yang khawatir akan pelarangan peliputan mayoritas berasal dari Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Sementara itu, jurnalis di Kalimantan dan Papua lebih khawatir akan larangan pemberitaan, jurnalis di Maluku khawatir akan teror dan intimidasi, dan jurnalis di Bali dan Nusa Tenggara menyuarakan kekhawatirannya akan ancaman pembunuhan.

Ungkapan kekhawatiran jurnalis selama 5 tahun mendatang | GoodStats
Ungkapan kekhawatiran jurnalis selama 5 tahun mendatang | GoodStats

Sementara itu, aktor yang dianggap paling menjadi ancaman bagi jurnalis dalam 5 tahun ke depan adalah organisasi masyarakat, seperti dipilih oleh 23% responden jurnalis, diikuti buzzer (17%), polisi (13%), individu/kelompok dengan motif pribadi (9%), pemerintah (6%), lembaga negara (5%), partai politik (3%), hingga tim sukses presiden (1%) dan perusahaan media (1%). 

Meski begitu, banyak pula responden jurnalis Indonesia yang mengungkapkan kekhawatirannya akan ancaman dari perusahaan sendiri, nilainya mencapai 12%. Hal ini mencerminkan bagaimana ancaman yang diterima jurnalis kadang kala tidak berasal dari pihak eksternal, melainkan juga internal.

Metodologi Survei

Adapun pengambilan data dilakukan pada 30 Oktober hingga 6 Desember 2024 dengan melibatkan 760 jurnalis aktif di seluruh Indonesia, dengan sebaran 48% dari Jawa, 17% dari Sumatra, 11% dari Sulawesi, 9% Kalimantan, 6% dari Bali-Nusa Tenggara, 5% Papua, dan 5% dari Maluku-Maluku Utara. 

Mayoritas responden (68%) merupakan jurnalis (jurnalis lapangan, penulis, photographer/videographer), 17% merupakan editor/redaktur, 6% menjabat sebagai redaktur pelaksana, dan 10% merupakan pimpinan redaksi. Kebanyakan bekerja di  media online (55%).

Baca Juga: Negara Paling Bahaya Untuk Jurnalis, Ada Indonesia?

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

Benarkah 'Kota Hujan' Bogor Adalah Kota dengan Curah Hujan Tertinggi?

Umumnya, daerah-daerah dengan curah hujan tertinggi berada di kawasan dengan topografi tertentu yang mendukung terbentuknya awan hujan secara lebih intens.

Hanya Ada 4 Proyek Jalan Tol yang Masuk PSN Era Prabowo

Ini dia keempat proyek jalan tol yang masuk rencana pembangunan era Presiden Prabowo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook