Di tengah riuhnya persiapan Pemilihan Umum 2024, suara warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri menjadi elemen yang semakin signifikan. Pemilu bukan lagi semata-mata panggung bagi mereka yang berada di dalam tanah air, tetapi juga merupakan panggilan bagi komunitas Indonesia yang menetap di berbagai penjuru dunia.
Perluasan demokrasi tidak lagi terbatas oleh geografis. Sebaliknya, Pemilu 2024 membuka pintu suara untuk WNI di luar negeri dengan harapan yang sama.
Meski selama ini WNI yang merantau ke luar negeri mungkin merasa jauh dari pusat kebijakan dan pengambilan keputusan di tanah air. Namun, setiap WNI yang berada di luar negeri memiliki hak yang sama untuk memberikan suara mereka, menyuarakan aspirasi, dan menjadi bagian dari proses demokrasi yang akan membentuk nasib bangsa.
Melalui Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN), KPU memberikan wadah untuk merekam suara dari setiap sudut dunia. Dari Kuala Lumpur hingga Taipei, dari Hong Kong hingga Johor Baru, komunitas Indonesia di luar negeri diundang untuk turut serta dalam menentukan arah politik Indonesia.
Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia, muncul sebagai markas besar partisipasi warga negara Indonesia (WNI) dalam Pemilu 2024. Dengan angka mencapai 447.258 Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN), kota ini melambangkan kekompakan dan aktifnya komunitas Indonesia di Malaysia.
Dalam kerumunan megapolitan Kuala Lumpur, suara dari para WNI di sini menciptakan dentuman yang signifikan, menandakan peran pentingnya dalam menentukan arah politik Indonesia.
Kota Taipei, Taiwan, menempati urutan kedua dengan jumlah sebanyak 230.307 DPTLN. Di balik gemerlap kota modern ini, WNI di Taiwan tidak hanya menandai kehadiran fisik, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam memberikan dimensi global pada Pemilu 2024. Suara dari Taipei menjadi jembatan penting antara Indonesia dan negara-negara di Asia Timur.
Hong Kong juga tercatat memiliki jumlah DPTLN yang tinggi yaitu sebanyak 164.691 DPTLN. Potensi pengaruh dari komunitas Indonesia di Hong Kong menciptakan dinamika yang menarik. Dengan lokasinya yang strategis, Hong Kong tidak hanya menjadi pusat keuangan, tetapi juga panggung penting bagi suara dari luar negeri yang berperan dalam membentuk peta politik Indonesia.
Kembali lagi ke Malaysia, kota Johor Baru memiliki 119.491 DPTLN. Kota ini menjadi saksi peran unik komunitas Indonesia di wilayah selatan Malaysia. Begitu pula di Singapura, dengan 106.515 DPTLN, memberikan dinamika tambahan dalam keberagaman suara yang membentuk gambaran politik Indonesia.
Beralih ke Sabah dan Sarawak, kota-kota seperti Kota Kinabalu (98.668), Kuching (64.900), dan Tawau (59.442) menciptakan nuansa berbeda. Masing-masing mencerminkan realitas unik dari suara WNI di Malaysia. Dengan keragaman ini, kita dapat menyaksikan dinamika politik yang kompleks yang menggambarkan berbagai perspektif dan preferensi yang membentuk keputusan nasional.
Tidak hanya sebagai pengamat, tetapi sebagai aktor utama dalam perhelatan demokrasi, menyumbangkan suara yang sejajar dengan rekan-rekan mereka yang berada di dalam negeri.
Data-data tersebut bukan hanya angka, tetapi kisah-kisah hidup dan aspirasi yang membentuk suara dari luar negeri. Suara dari setiap kota tersebut saling berkaitan, merangkai jalinan unik dalam perjalanan menuju Pemilihan Umum 2024 yang mendebarkan.
Pemilu 2024 tidak hanya menciptakan peluang baru, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya setiap suara, tidak peduli di mana tempat tinggalnya. Inilah saatnya untuk merayakan keberagaman suara Indonesia, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Mari bersama-sama melangkah menuju Pemilu 2024 yang inklusif, di mana setiap WNI merasakan kehadiran dan dampak suaranya dalam menyuarakan aspirasi bangsa.
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Iip M Aditiya