Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi pemersatu bangsa, tetap menjadi pijakan utama dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Namun di tengah dinamika sosial dan budaya, menjaga nilai-nilai Pancasila menjadi tantangan tersendiri, menuntut adanya cara-cara baru agar penerapannya tetap relevan dengan masyarakat.
Untuk itu, dalam rangka menyambut Hari Kesaktian Pancasila 2025, GoodStats merilis survei bertajuk Apa Kabar Pancasila? Potret dan Praktik Pancasila di Tengah Masyarakat Saat Ini (2025).
Survei ini memberi gambaran terkait tingkat pengetahuan dan implementasi nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat Indonesia.
Bagaimana Pemahaman akan Pancasila?
Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila sudah ditanamkan bahkan sejak bangku SD. Kendati demikian, survei GoodStats mendapati temuan menarik, bahwa mayoritas responden sudah lama tidak membaca atau mengucapkan teks Pancasila.
Sebanyak 55,9% responden sudah lama tidak mengucapkan teks Pancasila, sedangkan 23,4% responden bahkan mengaku lupa kapan terakhir membaca teks Pancasila. Mirisnya, ada 1,1% responden yang tidak pernah mengucapkan teks Pancasila.
Hanya 19,7% responden yang tercatat baru-baru ini membaca atau mengucapkan teks Pancasila, paling tidak dalam sebulan terakhir.
Meski jarang membaca atau mengucapkan teks Pancasila, 83% responden mengaku sangat hafal akan isinya. Managing Editor GoodStats, Iip M. Aditiya menyebutkan hal ini bisa bekal dalam penerapan nilai-nilai dasar negara ke depannya.
“Banyak responden yang hafal sepenuhnya isi teks Pancasila. Hanya 3% yang lupa dan sisanya hanya ingat sebagian. Ini jadi bekal positif buat peningkatan implementasi nilai-nilainya ke depan,” tuturnya pada Selasa (30/9/2025).
Potret Implementasi Pancasila di Indonesia
Survei GoodStats turut mengukur tingkat implementasi setiap sila dalam Pancasila, menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban 1-6. Skor 1 menunjukkan implementasi yang sangat kurang dan skor 6 mencerminkan implementasi yang sangat baik.
Sila pertama Pancasila meraih performa yang memuaskan dengan tingkat pelaksanaan yang cukup tinggi. Sebanyak 47,8% responden menilai pelaksanaan ini sudah terlaksana dengan baik, meski memang belum sempurna.
“Masih perlu ada perbaikan dalam kualitas toleransi antaragama dan penguatan kebijakan yang menjamin kesetaraan dalam menjalankan kepercayaan. Tapi secara keseluruhan, implementasi sila pertama ini jadi salah satu yang terbaik dibanding sila lain,” lanjut Iip.
Di sisi lain, pelaksanaan sila kedua Pancasila masih dinilai netral, dengan 30,4% responden memilih skor 3 dan 26,1% memilih skor 4.
Hanya total 8,6% responden yang menilai pelaksanaan sila ini sudah baik, menandakan perlunya kebijakan yang lebih inklusif dan teladan dari pemimpin dalam menjaga kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sama seperti sebelumnya, implementasi sila ketiga Pancasila juga cenderung netral, dengan mayoritas responden memilih skor 3 dan 4.
Indonesia yang diberkahi dengan keberagaman suku, agama, budaya, hingga bahasa harus mampu menjunjung tinggi persatuan, dan sila ketiga inilah yang merekatkan perbedaan tersebut. Masih rendahnya penilaian terhadap pelaksanaannya menegaskan perlunya kesadaran lebih akan pentingnya solidaritas dalam perbedaan.
Tidak jauh berbeda, pelaksanaan sila keempat Pancasila juga memperoleh nilai netral, dengan 26,1% memilih skor 4 dan 21,17% memilih skor 3.
Total 34,8% responden bahkan memberi nilai rendah yang mencerminkan belum terlaksananya nilai-nilai sila keempat.
“Perbaikan kualitas dan transparansi para pewakilan rakyat dibutuhkan buat meningkatkan implementasi sila ini,” ujar Iip.
Terakhir, pelaksanaan sila kelima Pancasila mendapat nilai paling buruk, dengan total 69,6% responden menilai implementasinya belum benar-benar terlaksana.
Hal ini menegaskan bagaimana publik Indonesia merasa belum mendapat kesempatan yang sama di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga hukum, tanpa adanya diskriminasi.
Negara juga dinilai belum optimal melindungi kelompok lemah dan memastikan penggunaan sumber daya difokuskan untuk kemakmuran rakyat. Masih tingginya kesenjangan sosial yang tinggi membuat implementasi sila ini terus dipertanyakan.
Apa Tantangan Terbesar Implementasi Pancasila?
Sebanyak 52,2% responden menyebutkan kurangnya teladan sebagai tantangan utama dalam mengamalkan Pancasila, menunjukkan bahwa mereka yang punya kekuatan untuk memengaruhi banyak orang belum benar-benar menerapkan Pancasila.
“Teladan ini bisa dateng dari mana aja. Survei kami juga menunjukkan kalau mayoritas responden memilih guru, dosen, dan aktivis jadi teladan paling layak buat mengamalkan Pancasila,” ungkap Iip.
Di sisi lain, 17,4% responden mengaku sibuk dengan urusan pribadi seperti sekolah dan pekerjaan. Ada pula 16% responden yang merasa Pancasila sudah “jauh” dari kehidupan nyata, yang berarti implementasinya harus disesuaikan lagi dengan tuntutan zaman.
Terakhir, 13% responden menilai pengaruh media sosial dan budaya luar membuat ideologi Pancasila kurang mendapat perhatian.
Korupsi Bawa Ancaman bagi Pancasila
Ketidakadilan sosial dan ekonomi yang masih lebar, termasuk praktik korupsi yang merajalela, dinilai sebagai ancaman serius bagi eksistensi Pancasila.
Nilai keadilan, persatuan, dan gotong royong yang seharusnya menjadi dasar kehidupan berbangsa justru tergerus oleh kepentingan sempit, sehingga menantang komitmen Indonesia dalam menjaga nilai-nilai Pancasila.
Di sisi lain, 33% responden menilai polarisasi politik dan konflik kepentingan sebagai ancaman utama eksistensi Pancasila. Ancaman ideologi lain dari luar juga dinilai berbahaya.
Pada akhirnya, nilai-nilai Pancasila hanya bisa hidup jika seluruh masyarakat bersama-sama mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Butuh kerja sama dan kesadaran kolektif untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa,” lanjut Iip.
Metodologi
Adapun survei GoodStats bertajuk Apa Kabar Pancasila? Potret dan Praktik Pancasila di Tengah Masyarakat Saat Ini (2025) dilaksanakan pada 20-28 September 2025 dengan melibatkan 1.000 responden melalui survei online menggunakan panel responden GoodStats.
Mayoritas responden berusia 18-24 tahun dan merupakan lulusan S1/sederajat.
Sebanyak 65,5% responden berada di Pulau Jawa, terbanyak di Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan 34,5% sisanya berasal dari luar Jawa.
Simak survei selengkapnya di sini.
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor