Katanya kemiskinan tidak akan bertahan selamanya. Jika seseorang mau berusaha, pasti ia akan berhasil suatu hari nanti. Namun tampaknya, hal itu tidak berlaku bagi mereka yang lahir di India.
Lebih tepatnya, orang miskin akan semakin miskin, sedangkan orang kaya akan semakin kaya. Dari tahun ke tahun, permasalahan kesenjangan sosial akibat pembagian kasta selalu menjadi faktor terbesar mengapa India sulit berkembang hingga saat ini.
Kentalnya Tradisi Kasta di India
Sistem kasta di India telah berkembang sejak tahun 2500 hingga 1500 SM. Pada masa itu, terdapat percampuran antara bangsa Dravida dan Arya yang melahirkan agama Hindu. Pada masa inilah masyarakat India terbagi menjadi beberapa kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Kaum Dalit Adalah Kasta Paling Rendah di India
Selain keempat kasta tersebut, ada juga kasta lain yang disebut Dalit atau orang-orang tak tersentuh. Kaum Dalit merupakan kasta terendah setelah Sudra. Mereka sering mengalami perlakuan tidak adil. Mayoritas kesulitan mendapatkan pekerjaan dan akses terhadap pendidikan juga tidak memadai. Keberadaan kaum Dalit sering tidak diakui, bahkan sampai dilarang masuk ke kuil.
Mengutip BBC, seorang wanita berusia 58 tahun Meenadevi, rela setiap hari mengangkut kotoran manusia walaupun ia enggan untuk bekerja karena merasa malu dan tidak sanggup pada baunya. Namun, keadaan ekonomi yang sulit memaksa Meenadevi untuk terus menjalani pekerjaan tersebut.
"Kemiskinan membuat kami tak punya pilihan," tambahnya.
Ketimpangan Sosial Jadi Permasalahan Serius di India
Ketimpangan sosial di India merupakan isu yang semakin diperhatikan dalam beberapa dekade terakhir. Perbedaan signifikan dalam distribusi pendapatan mencerminkan disparitas ekonomi yang mendalam di negara ini.
Mengutip Oxfam, segelintir kelompok telah menguasai sebagian besar kekayaan India melalui kapitalisme dan warisan turun temurun. Sementara itu, masyarakat miskin harus terus berjuang hanya untuk memperoleh upah minimum serta mengakses layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.
50% Terbawah
Kelompok ini mencakup separuh populasi India dengan pendapatan rata-rata paling rendah sebesar Rp13,7 juta per tahun (asumsi kurs: Rp193,81). Angka ini menunjukkan bahwa banyak orang di kelompok ini hidup di bawah garis kemiskinan, dengan akses terbatas ke layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja yang layak.
40% Tengah
Kelompok ini mencakup 40% populasi berikutnya, memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp32 juta per tahun. Kelompok ini biasanya mencakup kelas pekerja yang memiliki akses terbatas ke fasilitas-fasilitas dasar yang lebih baik, namun masih menghadapi tantangan ekonomi signifikan.
10% Teratas
Kelompok ini mencakup 10% populasi yang paling makmur di India. Dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp262 juta per tahun, kelompok ini memiliki standar hidup yang jauh lebih tinggi. Perbedaan pendapatan yang signifikan ini menunjukkan adanya jurang yang lebar antara kelompok ini dan kelompok-kelompok di bawahnya.
1% Teratas
Kelompok ini adalah yang paling elite di India, dengan pendapatan rata-rata yang luar biasa sebesar Rp1,02 miliar per tahun. Pendapatan ini menunjukkan bahwa 1% teratas memiliki kekayaan yang sangat besar dibandingkan dengan mayoritas populasi. Mereka sering kali memiliki pengaruh besar dalam ekonomi dan politik, serta memiliki akses ke hampir semua fasilitas dan peluang yang tersedia.
Baca Juga: 80% Warga Desa Masih Melakukan Pengobatan Sendiri, Sudahkah Fasilitas Kesehatan Merata di Indonesia?
Orang Kaya Semakin Kaya, Orang Miskin Semakin Miskin
Berdasarkan data di atas, jelas terlihat ketimpangan yang sangat tajam di India. Jumlah miliarder di India telah meningkat secara signifikan dibarengi dengan kekayaan yang turut meningkat hampir sepuluh kali lipat dalam satu dekade.
Di balik kenikmatan para borjuis di India, realitanya masih banyak masyarakat di sana yang tidak mampu mengakses layanan dasar, seperti layanan kesehatan. Bahkan, sebanyak 63 juta orang jatuh miskin setiap tahun karena biaya perawatan kesehatan. Hal itu setara dengan hampir dua orang setiap detiknya.
Para borjuis tentu tidak perlu lagi memikirkan tentang pendapatannya, bahkan masa depan pun telah terjamin. Lain ceritanya dengan para kelompok 50% terbawah dan tengah. Butuh sekitar 941 tahun bagi seorang pekerja yang berupah minimum di pedesaan untuk mendapatkan penghasilan yang setara dengan gaji eksekutif tertinggi di sebuah perusahaan terkemuka di India dalam setahun.
Perempuan dan Anak-anak Rentan Terdampak Ketimpangan Sosial
Fenomena ketimpangan yang mencolok antara kelompok terkaya dan termiskin di India ini perlu dijadikan bahan pembelajaran bagi seluruh negara. Pemerintah perlu menyiapkan strategi khusus untuk mengatasi kemiskinan, kriminalitas, hingga diskriminasi.
Melebarnya kesenjangan sosial di India merupakan ketakutan terbesar bagi para perempuan dan anak-anak. Mereka adalah kelompok yang paling rentang mendapatkan diskriminasi atau bahkan seksisme. Insiden pemerkosaan sangat sering terjadi di India, bahkan sampai mengakibatkan kematian.
Ketimpangan akan selalu memengaruhi masyarakat di seluruh dunia. Walaupun tidak terlahir sebagai warga negara India, kita semua mempunyai hati nurani sebagai manusia. Ada hak-hak dasar yang harus diperjuangkan bagi mereka yang terlahir sebagai kaum Dalit.
Dengan ini, pemerintah India harus mulai memberlakukan sistem dan kebijakan yang lebih inklusif dan adil, terutama pada kelompok 40% menengah dan 50% ke bawah demi mencapai kesejahteraan sosial yang lebih merata di India.
Baca Juga: Provinsi dengan Ketimpangan Tertinggi di Indonesia
Penulis: Zakiah machfir
Editor: Editor