Berbagai inovasi di dunia pendidikan Indonesia terus bermunculan di tengah gairah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin tinggi. Presiden Joko Widodo menunjuk Nadiem Makarim untuk mengemban amanah sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam periode kedua masa jabatannya.
Beberapa program telah dijalankan dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun di berbagai lini baik pendidikan usia dini, dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Program-program tersebut di antaranya asesmen nasional, bantuan operasional sekolah (BOS) langsung ke sekolah, penerimaan peserta didik baru (PPDB) fleksibel, merdeka belajar, dan sebagainya.
Di bawah kepemimpinan Nadiem, Kemendikbudristek juga menyentuh isu sosial budaya yang selama ini cenderung diabaikan seperti masalah kekerasan seksual di lembaga pendidikan. Kemendikbudristek juga mengupayakan optimalisasi proses pendidikan di tengah masa pandemi Covid-19.
Sebuah survei dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia (IPI) untuk meninjau tanggapan masyarakat terkait kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan oleh Kemendikbudristek dalam periode Kabinet Maju. Adapun survei ini dilaksanakan dalam kurun waktu 7 hingga 12 April 2022 terhadap 1.520 responden di seluruh Indonesia.
Pembelajaran tatap muka dinilai jadi program paling bermanfaat
Sebagian sekolah di Indonesia sudah memulai tahun ajaran baru 2022-2023 mulai Senin, 11 Juli 2022 dengan sistem pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Sebagaimana temuan hasil survei IPI mengungkapkan bahwa mayoritas responden menilai bahwa PTM merupakan program atau kebijakan Kemendikbudristek yang paling bermanfaat. Adapun persentasenya sebesar 42,8 persen.
Secara lebih rinci terkait pembelajaran tatap muka, sebesar 46,5 persen responden menganggap bahwa kegiatan PTM cukup bermanfaat untuk pemulihan proses pembelajaran peserta didik. Sementara itu, 3,8 persen responden mengungkapkan bahwa program PTM kurang bermanfaat, bahkan 1,2 persen di antaranya menilai program PTM sangat tidak bermanfaat. Sisanya, 5,8 persen responden mengungkapkan tidak tahu atau tidak menjawab.
Berikutnya, program kartu Indonesia pintar (KIP) Kuliah Merdeka berada di posisi ke-2 dengan perolehan suara sebesar 42 persen responden. Sementara itu, program bantuan kuota data internet menempati posisi ke-3 program Kemendikbudristek yang paling bermanfaat dengan raihan persentase sebesar 40,6 persen.
Selain itu, BOS yang langsung ditransfer ke rekening sekolah dan semakin fleksibel penggunaannya serta Peraturan Menteri (Permen) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) juga termasuk ke dalam program atau kebijakan Kemendikbudristek yang dinilai masyarakat paling bermanfaat.
Di sisi lain, terdapat beberapa program yang dinilai cukup bermanfaat bagi masyarakat di antaranya ialah bantuan untuk pelaku budaya, guru penggerak, matching fund vokasi, sekolah penggerak, dan platform Merdeka Mengajar.
Mayoritas responden cukup puas dengan kinerja Nadiem Makarim
Lebih lanjut, hasil survei IPI menunjukkan bahwa mayoritas responden telah mengenal Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan persentase sebesar 60,2 persen. Sebagian responden juga mengenal Nadiem sebagai pendiri startup Gojek.
Sebagai menteri, mayoritas responden mengaku cukup puas dengan kinerjanya. Adapun persentase responden yang merasa cukup puas mencapai 63,6 persen. Selain itu, 5,8 persen responden mengungkapkan bahwa mereka sangat puas dengan kinerja Nadiem.
Sebesar 23,5 persen di antaranya mengaku kurang puas dan 2,1 persen responden merasa tidak puas sama sekali dengan kinerja Nadiem sebagai menteri. Sisanya sebesar 5 persen responden memilih tidak tahu atau tidak menjawab.
Di sisi lain terkait kepuasan masyarakat akan berbagai kebijakan yang telah dibuat oleh Kemendikbudristek, mayoritas responden juga mengungkapkan bahwa mereka cukup puas terhadap kebijakan yang diterapkan dengan persentase sebesar 64,6 persen.
Sebesar 3,4 persen di antaranya mengaku sangat puas sementara itu di sisi lain sebesar 23,2 persen responden merasa kurang puas dengan kebijakan yang ditetapkan Kemendikbudristek. Adapun sebesar 2,7 persen responden merasa tidak puas sama sekali dan 6,2 persen mengungkapkan tidak tahu atau tidak menjawab.
Berbicara tentang gairah untuk memajukan pendidikan Indonesia, mayoritas responden mengungkapkan bahwa mereka cukup percaya bahwa Nadiem Makarim mampu mambawa pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Adapun persentasenya mencapai 59,2 persen pada tahun 2022.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya