Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraannya ke Amerika Serikat pada Selasa (12/11). Lokasi pertemuan diadakan di Gedung Putih Washington DC untuk melakukan sesi bersama Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Pada pertemuan tersebut, Prabowo mengucapkan bahwa ia akan memperkuat kerja sama bersama Amerika Serikat demi meningkatkan hubungan bilateral antar kedua negara.
"Amerika Serikat bagi kami adalah teman yang sangat baik. Amerika Serikat mendukung kami dalam perjuangan kemerdekaan dan membantu kami berkali-kali saat kami membutuhkannya. Oleh karena itu, saya akan bekerja keras untuk memperkuat hubungan Indonesia-Amerika Serikat," kata Prabowo mengutip Setneg.
Hubungan kenegaraan antara Indonesia dan Amerika Serikat memang sudah berlangsung lama. Pertemuan tersebut juga menjadi momentum peringatan akan keberlangsungan kerja sama kedua negara, seperti yang disampaikan oleh Biden.
"Hari ini, saya duduk bersama Presiden Subianto dari Indonesia untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara. Kami membahas upaya untuk terus memperkuat kemitraan, pertama dengan memajukan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dengan ASEAN sebagai pusatnya," kata Biden dalam unggahan di Instagram.
Perkembangan Perdagangan Indonesia-AS
Dalam data Badan Pusat Statistik yang diolah Litbang Kompas, sejak 2018 tercatat neraca perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat selalu surplus.
Adapun surplus tertinggi adalah pada tahun 2022. Di tahun tersebut, terjadi surplus sebanyak US$16,56 miliar, dengan rincian ekspor sebanyak US$28,18 miliar dan impor sebanyak US$11,61 miliar.
Pada data Januari hingga September 2024, nilai surplus perdagangannya lebih banyak US$60 juta dibanding tahun 2023. Beberapa ekspor yang dominan antara lain ekspor mesin dan peralatan mesin senilai US$3,06 miliar, serta ekspor pakaian jadi bukan rajutan sebesar US$1,58 miliar.
Berbagai komoditas seperti alas kaki serta mebel juga turut menjadi andalan Indonesia untuk melakukan ekspor ke Amerika Serikat. Hal ini menjadikan Amerika Serikat dalam salah satu mitra ekspor yang dominan di tanah air, bersama dengan China dan Jepang.
Trump Terpilih, Bagaimana Dampaknya Bagi RI?
Banyak spekulasi muncul di kalangan masyarakat Indonesia akan dampak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat selanjutnya.
Donald Trump terkenal akan kebijakan proteksionisme ekonomi bagi warganya sendiri. Kebijakan tersebut diduga akan berdampak pada naiknya tarif impor ke negara lain, maupun pengaturan kuota impor, menurut analisis yang dilakukan oleh Ekonom Institute for Economic and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus.
"Dampak tidak langsung ini berarti ada potensi perlambatan ekspor Indonesia ke negara-negara mitra dagang utama Amerika Serikat, potensi perlambatan ekspor Indonesia ke China, Vietnam, Thailand, Jepang, dan Korea," kata Ahmad yang dimuat Liputan6.
Hal ini juga mendapat perhatian dari Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso. Ia menyatakan akan mengamati fenomena tersebut sembari merumuskan kebijakan yang akan menguntungkan Indonesia.
"Pokoknya kita antisipasi lah kebijakan-kebijakan itu dengan meningkatkan daya saing kita, UMKM bisa ekspor. Pasarnya kan banyak ya, walaupun ke Amerika, mudah-mudahan sih nggak ada masalah kita kesana ya," kata Budi dalam CNBC Indonesia.
Baca Juga: Trump Menang Pemilu AS 2024, Unggul di Negara Bagian Mana Saja?
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor