Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2023 turun dibanding bulan sebelumnya. Hal ini diungkapkan dalam dokumen Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Oktober 2023 oleh Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan.
Secara tahunan, ULN Indonesia pada Agustus 2023 juga mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,8% (y-o-y), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 0,7% (y-o-y).
Pada Agustus 2023, posisi ULN Indonesia berada di angka US$395,147 miliar atau sekitar Rp6.165 triliun. Dari jumlah ini, ULN pemerintah dan Bank Sentral memiliki proporsi sebesar 50,83% di angka US$200,870 miliar.
Bila diuraikan, posisi ULN pemerintah tercatat di angka US$191,598 miliar atau sekitar Rp2.999 triliun dan ULN Bank sentral sebesar US$9,271 miliar atau sekitar Rp144 triliun.
Sedangkan 49,17% proporsi sisanya tercatat sebagai ULN swasta yang terdiri dari Lembaga Keuangan dan Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan, dengan nilai ULN sebesar US$194,277 miliar atau sekitar Rp3.031 triliun.
Posisi ULN pemerintah di akhir Agustus 2023 ini menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yang tercatat di angka US$193,174 miliar. Meski demikian, angka ini masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,6% secara tahunan (y-o-y).
Berdasarkan sektor ekonomi, posisi ULN pemerintah pada Agustus 2023 yang tertinggi masih dicatatkan oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan proporsi 23,97% dan nilai ULN di angka US$45,931 miliar atau sekitar Rp719 triliun.
Diikuti ULN pemerintah di sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan posisi ULN sebesar US$34,790 miliar atau sekitar Rp544 triliun, dan sektor jasa pendidikan dengan posisi ULN US$32,100 miliar atau sekitar Rp502 triliun.
Posisi ULN pemerintah yang tertinggi selanjutnya dicatatkan pada sektor konstruksi di angka US$27,171 miliar atau sekitar Rp425 triliun, dan sektor jasa keuangan dan asuransi dengan posisi ULN US$19,344 miliar atau sekitar Rp303 triliun.
Posisi ULN pemerintah pada Agustus 2023 ini bersumber dari pinjaman sebesar US$55,789 atau sekitar Rp872 triliun, dan instrumen surat utang sebesar US$135,810 atau sekitar Rp2.124 triliun.
Berdasarkan negara kreditur atau peminjam, posisi ULN pemerintah pada Agustus 2023 dicatatkan paling tinggi pada negara Jepang, dengan nilai ULN sebesar US$8,150 miliar atau sekitar Rp127 triliun. Posisi kedua dicatatkan pada negara Jerman di angka US$4,198 miliar atau sekitar Rp65 triliun.
Perancis berada di urutan ketiga dengan posisi ULN pemerintah tercatat sebesar US$2,410 miliar atau sekitar Rp38 triliun. Diikuti oleh posisi ULN pemerintah pada negara Tiongkok di angka US$1,356 miliar atau sekitar Rp21 triliun.
Negara tetangga, Australia berada di urutan ke-5 dengan posisi ULN pemerintah pada negara tersebut sebesar US$1,086 miliar atau sekitar Rp17 triliun.
Secara keseluruhan, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ‘debt-to-gdp ratio’ pada Agustus 2023 berada di angka 29,1% turun dari 29,2% pada bulan sebelumnya.
Dalam rilis resminya (16/20/2023), Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono menyatakan bahwa penurunan debt-to-gdp ratio ini merefleksikan ULN Indonesia pada Agustus 2023 yang tetap sehat dan terkendali.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” tulisnya.
Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya