Peredaran dan penyalahgunaan narkoba masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Setiap tahun, jumlah kasus narkoba kerap mengalami fluktuasi yang mencerminkan dinamika kompleks antara upaya pemberantasan dan tantangan baru yang muncul. Tahun ini, perhatian publik dan pihak berwenang kembali tertuju pada tren jumlah kasus narkoba yang mencatatkan angka-angka signifikan.
Mengutip laporan dari Pusiknas, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo tengah menyiapkan strategi untuk memberantas narkoba hingga ke akarnya. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi dalam analisis forensik digital dan pemetaan jaringan. Kapolri juga tengah menyiapkan pengembangan satuan tugas khusus berantas narkoba hingga ke tingkat Polres.
Hal itu pun ditegaskan kembali dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR di Kompleks DPR, Jakarta Pusat (11/11/2024), “Polri terus berkomitmen untuk menindak tegas para pelaku kejahatan narkoba dan mengusut tuntas jaringan narkoba sampai ke akar-akarnya,” ujar Listyo.
Data dari Pusiknas Polri menunjukkan bahwa jumlah kasus narkoba di tahun 2024 mengalami fluktuasi signifikan setiap bulannya. Pada Januari, tercatat 3.915 kasus, angka yang cukup tinggi untuk awal tahun, namun mengalami penurunan drastis pada Februari dengan 3.015 kasus. Penurunan ini hanya bersifat sementara karena Maret menunjukkan lonjakan menjadi 4.014 kasus yang merupakan indikasi peningkatan aktivitas terkait narkoba di periode tersebut.
Pada kuartal kedua, jumlah kasus menunjukkan pola naik-turun. April menjadi bulan dengan jumlah kasus terendah sepanjang tahun, yakni 2.658 kasus. Namun, situasi berubah drastis pada Mei dengan lonjakan tajam hingga 4.858 kasus, menjadikannya bulan dengan jumlah kasus tertinggi pada tahun ini.
Lalu, Juni mencatat sebanyak 3.819 kasus, menandakan sedikit penurunan tetapi tetap berada dalam kategori yang cukup tinggi. Tren ini berlanjut pada kuartal ketiga, di mana Juli mencatat angka 4.324 kasus diikuti oleh penurunan moderat pada Agustus dan September dengan masing-masing 3.632 dan 3.844 kasus.
Pada kuartal keempat, Oktober mencatat 3.809 kasus, hampir sama dengan September. Data sementara dari 1-25 November menunjukkan 3.228 kasus, mengindikasikan potensi penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara keseluruhan, pola yang terlihat adalah adanya lonjakan signifikan pada beberapa bulan tertentu, diikuti oleh penurunan yang tidak selalu konsisten.
Tren Jumlah Terlapor Kasus Narkoba dalam 5 Tahun Terakhir
Data jumlah terlapor kasus narkoba dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren yang terus meningkat, dengan beberapa fluktuasi yang signifikan. Pada 2020, terdapat 31.358 orang, yang merupakan angka terendah dalam periode ini. Lonjakan drastis terjadi pada 2021 dengan 48.358 orang, meningkat dari tahun sebelumnya.
Tahun 2022 menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan 2021, dengan jumlah terlapor mencapai 44.983 orang. Penurunan sekitar 7% ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan strategi dalam penanganan kasus atau berkurangnya pengungkapan kasus dalam periode tertentu.
Namun, tren kembali meningkat tajam pada 2023, mencapai 50.291 orang yang menandakan bahwa masalah narkoba masih menjadi tantangan besar meskipun upaya penanganan terus dilakukan.
Jika tren ini berlanjut, kemungkinan total jumlah terlapor pada 2024 akan menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Tren ini mengindikasikan bahwa meskipun ada upaya intensif, ancaman narkoba tetap menjadi persoalan serius yang membutuhkan pendekatan lebih strategis, termasuk dari sisi pencegahan dan rehabilitasi.
Baca Juga: Jenis Narkoba yang Paling Banyak Ditemui di Indonesia
Penulis: Risma Elsa Tiana
Editor: Editor